TRAINING WHEELS
Karakter :
Johnny Seo
Jaehyun
Hansol Ji
Jeffrey the 1st (Jay)
Abstrak
Bagi Johnny Seo, Jaehyun bukanlah sekedar adik. Dia adalah pemegang keseimbangan hidup. Jaehyun adalah miliknya, sumber kewarasannya.
/-\
\-/
\-/
Cerita ini adalah murni dari otak saya yang kelaparan saat menahan haus dan lapar. Cerita ini bukan maha karya tapi murni ngabuburit saya semata.
/-\
\-/
\-/
X : "Johnjae itu ga cocok, gua ga bisa liatnya. Mereka itu lebih ke bro brother
Gua : *Look at the amount of 'incest' tag in my manga online acc* "SHIT..."
#orangpinggiran
/-\
\-/
\-/
Di sebuah kamar tidur mewah, dengan nuansa biru laut, seorang tinggi yang berbalut kemeja putih dan jas hitam sedang membungkuk nyaris berlutut. Tangannya lihai bergerak cekatan memakaikan kancing pada kemeja hitam di tubuh seorang anak berambut cokelat gelap sedikit panjang yang diikat dengan pita hitam. Suspender dan celana pendek yang dia kenakan juga berwarna senada. Anak itu cukup tinggi untuk ukuran 8 tahun tapi wajah dengan pipi chubby menunjukkan bahwa dia masih belum menyentuh pubertas. Dia pantas disebut menggemaskan. Jika saja mata almond itu berbinar seperti mata kebanyakan anak-anak seusianya. Jika saja yang keluar dari bibir lucunya adalah kata-kata yang pantas.
"Anak pelacur itu sudah datang ?" Suaranya masih nyaring , selayaknya suara anak laki-laki yang belum dewasa. Tapi nada bicaranya yang dingin, kata-kata kasar itu dapat membuat orang yang mendengarnya merinding.
"Jika yang Tuan Muda maksud adalah adik baru tuan muda, maka jawabannya adalah ya. Dia sudah sampai disini sejak setengah jam yang lalu." Pria tampan yang kelihatannya masih baru menyentuh umur 20 tahun itu menjawab dengan sopan. Matanya fokus pada memeriksa kesempurnaan pakaian dari anak berkucir kuda itu. Dia sudah tidak heran, mengapa anak kecil bisa menggunakan kosa kata seperti itu dengan sangat santai. Bagaimana tidak, Nyonya dan Tuan Seo bertengkar hebat dan berteriak teriak sejak sebulan lalu membahas mengenai "anak" ini. Tanpa memikirkan tata krama, atau lebih tepatnya tanpa peduli dengan apa yang didengar anak bungsu mereka yang liburan musim panas di rumah mereka sekarang di Korea. Nyonya Seo sudah menghancurkan benda, dekorasi rumah, jangan bayangkan berapa harga semua benda itu karena dipastikan dapat menghidupi banyak kaum kelaparan. Berteriak, menangis, menghambur makanan di meja makan. Tuan Seo jarang di rumah , jadi wanita itu lebih sering berteriak pada udara kosong. Didengarkan oleh seluruh pelayan. Didengarkan oleh Johnny kecil yang dilupakan.
"Mom bilang dia adalah sampah yang tidak pantas berada di rumah ini. Kalau begitu aku akan menghajar dan menghancurkannya untuk dibuang. Mungkin Dad akan berbicara padaku dan berterima kasih?" Sambil menurunkan tangannya yang terentang tadi, anak itu mengalihkan tatapannya. Mata cokelat terang beradu dengan mata bulat rusa berwarna hitam yang teduh.
"Kenapa berpikir begitu ? Dia bisa menjadi teman tuan muda selama liburan disini. Bukankah lebih baik lelah setelah bermain bersama, daripada karena menghajar adik anda sendiri." Butler muda milik keluarga Seo itu memegang bahu kecil dan menatap mata Johnny dalam. Berusaha mencari sisi kemanusiaan dan kepolosan anak-anak.
"Aku tidak butuh teman selain Jay. Seorang sampah tidak pantas untuk menjadi adik Johnny Seo."
"Tuan Muda Johnny, anak itu adalah manusia , sama seperti kita, bukan barang atau sampah. Dia mempunyai nama.."
"Cukup Hansol. Kita bukan sedang dikelas tata krama. Sebelum melihat dia, sekarang kita harus menjenguk Jay, kasihan dia, sudah lama aku tidak menjenguknya." Johnny melangkah menuju satu meja kecil di sebelah meja belajar besar. Mengambil satu tangkai bunga calla lily dan boneka tikus kecil.
/-\
/-\
\-/
Suara ketukan sepatu terdengar bersama dengan sapaan beberapa pelayan yang tidak dijawab sama sekali oleh anak kecil yang hanya memasang wajah angkuh. Kaki kecil itu berjalan , telah paham dengan hatinya kemana dia harus menuju di rumah besar yang tak terlihat ujungnya , melewati banyak kamar dan ruangan yang berguna untuk berbagai keperluan, luas tapi sepi. Johnny kecil bersama dengan butler nya akhirnya keluar ke taman belakang. Taman besar dengan rerumputan hijau dan taman bunga kecil yang warnanya hampir selengkap pelangi. Air mancur dengan patung malaikat berada di tengah-tengah. Terdapat ayunan besar berwarna putih dan bangku dan meja kecil berwarna sama. Tidak, tidak, bukan keindahan itu yang Johnny cari, dia malah sekarang berada di paling pojok taman. Lelaki tinggi berambut ash brown kemudian membuka pagar teralis yang dipenuhi tumbuhan menjalar dengan sedikit bunga. Setelah itu, Hansol dengan cekatan menggenggam tangan kecil Johnny dan membantunya berjalan di rerumputan liar. Seperti sebuah hutan , tapi tidak ganas berbahaya, lebih seperti hutan indah di buku-buku cerita dongeng yang dibaca oleh anak kecil yang terlihat sedikit terburu-buru ini. Mereka pun sampai. Pada tempat yang terdapat sebuah nisan salib dan gundukan kecil. Biasanya hati kecil Johnny menghangat sekaligus merenyuh karena rindu jika datang kesini. Tapi kali ini darahnya tersirap naik. Matanya membelalak lebar. Melihat seorang anak dengan kemeja baby pink dan celana putih sedang mengangkat sebuah frame foto yang didalamnya adalah sketsa. Atau mungkin lukisan dengan pensil. Bahkan kucing bisa seindah itu berkat arsiran tangan Johnny Seo.
BRUKKK
Hansol tidak sempat menahan tangan kecil itu ketika Johnny berlari dan mendorong anak kecil itu dengan amat keras hingga tersungkur ke tanah. Tidak ada belas kasihan, Johnny benar benar tidak menahan diri.
BHUAGG
Tinju kecil tapi keras berbenturan dengan pipi gempal. Terlempar ke samping kiri sampai merunduk. Johnny mengambil frame foto yang sudah jatuh dan menempatkannya kembali ke nisan. Memunguti bunga cala lily yang dan boneka tikus kecil yang tercecer karena terlepas dari genggamannya. Tidak peduli dengan rintihan dan tangisan pelan yang menyedihkan. Jika ditanya apa yang dirasakan Johnny mendengar tangisan itu, jawabannya adalah dia akan menghajar anak itu sampai tidak bisa membuat suara yang sangat menganggu seperti itu lagi.
"SIAPA YANG MEMBOLEHKAN KAU MENYENTUH JAY!" Tidak seperti anak normal lainnya. Emosi Johnny gampang naik dari titik terendah menuju puncak tertinggi. Tidak ada jeda untuk empati, kemarahan Johnny bukan seperti membakar sumbu api, perlahan menjalar lalu meledak, lebih kepada reaksi kimia bahan mudah terbakar yang meledaknya itu instan.
Johnny mencengkram keras anak itu dan mengangkatnya tinggi hingga hanya ujung kaki kecilnya yang menapak tanah. Kemeja pink nya menjadi berantakan, anak itu bergetar ketakutan dan merunduk tidak berani menatap balik mata nyalang Johnny.
"Sssory.. I jjust." Tangan kecil pucat itu bergetar, terangkat, dan terlihat dia menggenggam origami berbentuk bunga berwarna putih. Seputih hatinya yang hanya ingin berbelasungkawa pada kucing yang bahkan belum pernah dia temui sebelumnya.
"LOOK AT ME WHEN I TALK TO YOU" Johnny merasa direndahkan karena anak ini tidak menghormatinya ketika berbicara dengan menatap mata . Dia bersiap untuk tinjuan selanjutnya, sampai ketika anak itu mendongak dan memperlihatkan wajahnya. Johnny yang tubuhnya merasa terbakar oleh emosi, seketika tersiram air es. Dia membeku. Seketika, Jiwa Johnny seperti dibawa ke masa lalu.
/-\
/-\
\-/
Flashback
"Nana, if someone we love dead , leave us in this world alone, that mean He hate us for sure, right ? He didn't love me anymore ?" Johnny berbicara menatap seorang wanita tua renta yang sedang duduk di tempat tidur dengan pakaian sederhana. Wanita itu tersenyum hangat dan mengelus kepala cucunya yang ada di atas pangkuan. JOhnny akhir akhir ini terlihat murung dan dia tidak mau berbicara pada siapapun bahkan pada guru di sekolah Katolik. Akhirnya Ayah Johnny memperbolehkannya untuk mengunjungi nenek dari pihak ibunya. Orang yang bisa membujuk Johnny selain Hansol.
" Kematian adalah sesuatu yang harus dialami setiap makhluk little John. Tapi cinta tidak akan ikut mati dengan tubuh yang hancur oleh tanah. Don't tell you papa , tapi Nana percaya kalau jiwa tidak akan pernah mati. Jika benar benar menyayangi seseorang, maka jiwa itu akan kembali hidup, kembali pada orang yang dia sayangi." Tangan keriput itu menyentuh helaian rambut cokelat dengan penuh kasih sayang.
"But Father Smith said we will go to either Heaven or Hell ?" Johnny dididik dengan pembelajaran katolik sejak dini. Tidak mengerti apa yang dikatakan oleh neneknya. Nenek selalu mengatakan sesuatu yang unik tapi itulah yang Johnny suka dari satu-satunya anggota keluarga yang peduli padanya.
"Ini rahasia kita saja. Percayalah orang itu akan kembali dalam pelukanmu, kembali meski dia sudah meninggal di kehidupan satunya." Sang nenek menganggukan kepala memegang pipi gembul dengan gemas.
"Maksud nana dia akan hidup lagi ? Jay temanku akan hidup lagi ?" Secercah harapan terlihat jelas dimata cokelat terang itu.
"Bukan seperti itu. Jiwanya yang akan hidup lagi. Tapi tidak tau akan hidup kembali menjadi apa. Bisa saja dia tidak akan hidup sebagai manusia lagi, mungkin sebagai benih bunga baru."
"Jay, bukan manusia nana. Jay adalah kucing scottish fold dengan bulu putih dengan sedikit kuning karamel . Pipinya sangat menggemaskan, karena dia suka sekali makan. Aku tidak mau Jay hidup sebagai tumbuhan. Kan tidak bisa bermain denganku lagi? Tidak bisakah dia hidup lagi sebagai bagaimana dia saat menjadi temanku ?" Johnny duduk lurus, menatap neneknya penuh harap.
"Bukan kita yang menentukan dia akan menjadi apa. Tapi karma nya yang akan menentukan bentuknya di kehidupan selanjutnya. Jika dia baik, bisa saja hidup kembali menjadi manusia dan bisa menemanimu bermain lagi seperti dulu." Wanita tua yang masih terlihat kecantikan digaris wajahnya itu tersenyum. Johnny Seo tidak menyangka itu adalah senyum terakhir nenek tercinta.
/-\
/-\
\-/
Cengkraman tangan Johnny terlepas. Wajah merah amarahnya berubah seketika, menjadi ekspresi kaget dan takjub. Anak itu jatuh terduduk, dan Johnny berlutut mengikutinya. Tangan kecil Johnny bergetar menyusuri pipi tembam putih. Warnanya terlalu pucat seakan mata bisa tembus melihat jelas semburat merah darah mengalir. Jemari Johnny menyusuri rambut cokelat karamel yang sedikit basah oleh keringat. Matanya tidak terlalu besar tapi bulat hitam, hampir hitam legam jika tidak ada sinar matahari yang memunculkan warna cokelat kemerahan di irisnya. Air mata mengalir menunjukkan anak itu ketakutan. Johnny teringat pada kucingnya Jay yang selalu terlihat ketakutan karena telinganya yang mengatup. Johnny berani bersumpah demi seluruh eksiklopedia binatang yang diberikan kakeknya, kalau Jay menjadi manusia , maka seperti inilah dia. Indah tak terlukiskan, tampan namun menggemaskan. Auranya suci tanpa dosa.
"JJ..Jay ?"
Takjub, bahagia, tidak percaya, merasa beruntung. Tidak dapat digambarkan dengan jelas dari nada bicara Johnny pada anak itu. Matanya yang penuh kebencian berubah menjadi penuh kekaguman, afeksi kasih sayang dengan sedikit obsesi gila yang baru saja mekar di hatinya. Yang akan terus tumbuh besar menjalar sampai bertahun tahun selanjutnya dalam hidup mereka.
"Uhh? Jjjaehyun. I am Jae.." Anak itu menjawab ketakutan. Pipinya masih berdenyut sakit tapi dia merasakan kehangatan tangan yang ada di pipi. Tangan kecil gendut yang lembut. Jaehyun terjebak dalam mata cokelat terang itu. Sangat indah, membuat dia tidak bisa berpaling.
"Jay. From now. You are my Jay. You are mine only." Johnny memeluk tubuh kecil itu erat. Terlalu kuat hingga sesak, tapi tubuhnya bergetar karena gelombang emosi yang amat besar. Diciumnya helaian rambut halus. Johnny berani bersumpah , dalam hidupnya tidak pernah dia mencium aroma harum yang semerbak melebihi aroma tubuh Jaehyun.
Jaehyun membalas pelukan pertama yang dia dapatkan dalam kurun beberapa tahun yang dia ingat dalam hidup. Anak seputih kapas itu tidak pernah mendapat afeksi dari wanita yang melahirkannya. Dia menangis karena merasa dicintai. Tidak mengingat lagi pada tindakan kasar dan bogem mentah yang dihadiahkan Johnny pada pertemuan pertama mereka ini. Jaehyun datang ke rumah ini dengan pikiran bahwa dia dibuang oleh Ibunya. Dibuang dan harus tinggal dirumah super besar tanpa satupun orang yang dia kenal, membuat dirinya diliputi perasaan ketakutan. Akan tetapi semua ketakutan serasa sirna, karena pelukan itu membuat dia percaya, orang ini, akan menemaninya. Melalui intensitas kekuatan dekapan yang sungguh erat Jaehyun percaya orang ini akan melindunginya.
Hansol yang melihat pemandangan itu tercengang. Dia merasa lega, tapi penuh antisipasi. Memikirkan kemungkinan apa yang akan anak pucat itu lakukan pada keseimbangan hidup tuan mudanya di masa yang akan datang.
/-\
/-\
\-/
9 Tahun Kemudian...
"Sudah belum Hyung !" Bibir merah basah milik anak berkulit putih porselen mengerucut maju. Pipi serupa mochi itu menggembung kesal.
"Wait Jay, Masih panas. Fuhh..Fuhh.." Remaja dengan tubuh tinggi besar yang berbalut celana hitam dan jas kuning menjawab dengan sabar. Dia terus meniupi fishcake besar yang menempel di sebuah tusuk lidi besar. Bibirnya menempel sedikit memeriksa suhu dari makanan itu. Tangan yang lain memegang gelas karton berisi kuah panas.
"Aku sudah besar Hyung, bisa makan makanan panas. Cepat sini itu kan punyaku!" Anak yang berambut cokelat karamel itu menghentakan kakinya kesal. Dia sudah memegang 4 tusuk besar pertanda sudah makan cukup banyak. Tapi dasar perut karetnya itu susah dipuaskan.
"Iya baby Jay sudah besar. Tapi kalau bibir mu terbakar bagaimana ? Aku hanya akan memastikan makanan ini aman untuk adik tersayangku. Oke ini sudah cukup hangat, be careful Jay!" Johnny mencoba sedikit fishcake itu dan langsung dirampas oleh adiknya. Dia tidak marah dengan perlakuan kasar itu. Lihat saja tatapan sayang yang dia berikan pada anak berseragam biru dongker kuning yang lebih pendek darinya itu. Melihat pipi itu bergerak-gerak memakan makanan adalah kesenangan sendiri bagi remaja tujuh belas tahun dengan tinggi menjulang ini. Dia kawatir bibir dan lidah adiknya akan terbakar oleh panas. Cemas akan tersedak oleh fishcake yang lembut. Was was ada yang menyampur sesuatu berbahaya kemakanan sampai Johnny harus mencoba semuanya terlebih dahulu. Sampai sejauh itu.
Orang orang disana yang juga ikut makan di stan "Busan Odeng" terdiam mengagumi pemandangan dua anak lelaki ini. Bukan pemandangan baru, karena ini adalah rutinitas. Cukup sering dua anak bertampang tampan luar biasa ini makan di tempat sederhana itu. Tetap saja mereka terasa seperti dari dimensi lain. Bukan aura orang biasa, lebih seperti pangeran zaman modern yang ikut makan bersama rakyat jelata. Terutama pembawaan sang kakak yang tinggi dengan perawakan campuran itu sangat berbeda dengan orang biasa. Terkesan anggun tapi kaku seperti menyalin dari buku tata krama. Hanya anak pucat yang seperti malaikat kecil ini yang lebih santai. Lebih periang mengimbangi sifat kalem dari kakaknya. Bohong kalau beberapa orang tidak mengenal anak ini. Mungkin yang menonton berita pernah melihat wajah anak tinggi itu di foto keluarga pemilik perusahaan nomor 6 terbesar di Korea Selatan dalam bidang otomotif. Wajah yang agak terlupakan karena berada di urutan ke-5 dari deretan anak laki-laki dan perempuan dewasa pewaris dari bisnis raksasa itu. Semua yang tampan dewasa dan telah sukses. Ada yang sudah memulai keluarga baru dan sibuk meneruskan bisnis ayah atau bisnis sendiri. Semua kakak Johnny yang sudah dewasa dan sukses itu adalah anak dari istri pertama Dad nya.
Pandangan Johnny beralih sebentar dari Jaehyun lalu pada orang berjas abu-abu yang makan disamping adiknya. Lelaki itu memakan semua jenis makanan. Terutama jika ada yang baru saja habis dimasak, dia akan cekatan memakan makanan itu duluan, meski hanya sedikit dari satu porsi yang diberikan. Sembari mengelus surai cokelat karamel yang bergerak gerak kecil, pandangan Johnny berputar pada sekeliling. Pada orang-orang berbaju bermacam-macam yang ada di radius pandangannya. Semua muka familiar bagi Johnny Seo, apalagi yang berjas Hitam dan bermata bulat rusa itu.
"Psst.. kancil, makanan apa aman ? " Pria berjas hitam itu berbisik pada kerahnya. Lebih tepatnya berkomunikasi dengan alat tersembunyi dengan orang yang berada di sebelah Jaehyun. Orang itu memutar satu tusuk lidi besar. Memberikan kode semua clear.
"Semua makanan sudah kami coba saat tadi pagi pertama kali Ahjumoni berjualan. Semua aman. Bahan-bahan pembuatan makanan sudah dipastikan juga. Pemeriksaan berkala dapur ahjumoni tadi pagi sudah dilakukan dan semua makanan tidak ada yang mengandung makanan berbahaya." Sebuah suara lain terdengar di headset beberapa orang yang bersembunyi tidak jauh dari sana. Sepertinya dari laki-laki yang memakai hoodie baseball dan pura pura membeli minuman.
"Baiklah sekarang Tuan Muda Seo akan naik kereta bawah tanah. Kelinci, bagaimana ,sudah aman di dalam kereta ?" Hansol kembali berbicara dengan alat komunikasinya
"Kereta ramai sekali dengan orang tapi clear tidak ada yang mencurigakan. Kami terus mengawasi dan ya kami sudah standby di pintu ketiga." Terdengar suara perempuan di headset semua bodyguard
"Oke arahkan ke pintu ke tiga. " Hansol mengangguk.
"Jay, sudah yuk, nanti kita terlambat. " Johnny memberikan kuah hangat pada Jaehyun yang sudah habis dengan makannya. Anak itu langsung meminumnya.
"Tapi mau ddeokbokki Hyung!" Air liur Jaehyun terasa ingin menetes melihat Ahjumma yang sedang membuat adonan ddeobokki baru.
"Kan harus pilih , mau odeng atau ddeok. Makan jajanan terlalu banyak nanti disini-disini akan bengkak." Johnny mencubit pipi dan perut Jaehyun.
"Hya ! Memang aku gendut ya Hyung ?" Muka menggemaskan itu tiba tiba terlihat takut. Dia menyentuh pipinya sendiri.
"Iya seperti babi dari cerita kerudung merah!" Terlihat sedikit senyum geli sebentar terbentuk diwajah tenang itu. Johnny dengan cekatan memberikan kartu pada penjual makanan sambil memberikan tusuk lidi besar itu. Membayar semuanya.
"Jay bukan babi!" Anak itu meninju pelan perut kakaknya. Teknik baru yang dia pelajari dari bela diri. Johnny mengaduh pelan minta ampun. Memberikan botol minum iron man milik adiknya dan menggengam tangan putih itu, menarik dia pergi dari situ. Pria berjas disamping Jaehyun menjauh sedikit tapi mengikuti berjalan di samping mereka. Ramai kesibukan pagi hari tapi Johnny mengenal semua muka muka orang yang berada di sekeliling mereka seperti membuat lingkaran kasat mata. Tentu tidak terlalu kentara jadi Jaehyun tidak sadar.
Mengapa anak kaya seperti mereka malah repot repot naik kereta bawah tanah bukan mobil pribadi ? Karena keinginan Jaehyun yang ingin suasana baru dalam perjalan menuju sekolah. Setelah mencoba, Johnny juga merasa lebih menyukai suasana berjalan bersama ke berbagai stasiun sambil berbicara bersama adiknya mengenai suasana sekeliling. Dia senang melihat senyum ,tawa dan bicara antusias Jay, dibanding dengan raut wajah sedih saat melihat pertokoan di pinggir jalan dari dalam mobil mewah pribadi mereka. Jaehyun tidak tau betapa alot tawar menawar antara Johnny dengan ayahnya agar dia boleh menggunakan kendaraan umum dan bukan mobil pribadi ke sekolah. Akhirnya ayahnya setuju tapi dengan pengamanan ketat untuk menjaga keselamatan mereka. Johnny berusaha meyakinkan ayahnya bahwa ini akan menjadi imej bagus untuk dirinya. Istrinya terkenal dengan gaya hidup glamor yang menjadi pembicaraan masyarakat Korea. Anak keduanya diisukan terlibat dengan bisnis dunia gelap. Anak ketiga yang sudah menikah digosipkan hobi tidur dengan banyak idol wanita. Anak keempatnya yang perempuan terkenal suka pesta hura-hura di berbagai club malam yang dimiliki atas nama keluarga mereka. Tidak sempurna sebenarnya keluarga itu. Keluarga gila kata Johnny. Biarlah Johnny yang menjadi anak patuh, down to earth, berprestasi bagus di sekolah. Juga menjadi kakak yang menyayangi 'anak angkat' di keluarga tersebut. Ibu Johnny sudah menyuarakan ketidaksetujuannya akan ide berbahaya ini. Wanita Amerika-Korea itu menyuruh untuk Jaehyun saja yang silahkan naik kendaraan umum sendiri ditemani satu orang penjaga. Johnny menolak keras tidak setuju. Dia tau benar betapa benci dan jijik Ibunya pada Jaehyun. Anak hasil dari hubungan singkat suaminya dengan seorang wanita Jalang Amerika. Johnny dapat melihat dari kilatan mata, ide busuk apa yang wanita itu rencanakan pada malaikat kecilnya.
Selain bisa mencari alasan untuk terus menggenggam tangan pucat yang selalu lembab itu, hal yang membuat Johnny bertahan selama satu tahun ini untuk berjalan jauh dan menaiki anak tangga tinggi di stasiun kereta bawah tanah adalah karena ada kegiatan yang paling dia sukai saat berada di dalam kereta yang penuh. Saat kereta pagi penuh sesak,tubuh Jaehyun akan menempel dengan tubuh Johnny. Jaehyun biasanya berusaha menjaga jarak tapi Johnny akan menarik tangannya mendekat. Sangat dekat agar Johnny bisa mencium puncak kepala dan menghirup aroma tubuhnya. Terkadang mengelus bahu dan punggung adiknya sambil merasakan perbedaan dari tahun ke tahun bagaimana tubuh itu berkembang tumbuh besar, memberikan sensasi kegilaan tersendiri. Jaehyun tidak pernah mengeluh tapi pernah bertanya
"Kenapa Hyung selalu memelukku di kereta ?"
"Kenapa ? Jay tidak suka? Hyung tidak akan melakukannya lagi kalau kau tidak suka."
Setelah pertanyaan ini Johnny benar-benar tidak menyentuh Jaehyun sedikit pun di kereta bawah tanah. Tapi adiknya lah yang meremas jas kuning Johnny dengan tangan kecil. Dia sendiri yang mendekat dan menempel pada tubuh tegap dan dada bidang kakaknya. Johnny berpura-pura sibuk dengan ponsel, berusaha tidak menyeringai melihat tatapan kecewa, ketakutan yang adiknya berikan. Daripada mendiang kucing, Jaehyun terlihat seperti anjing yang kehilangan perhatian tuannya. Semenjak itu, Jaehyun tidak pernah bertanya lagi dan Johnny kembali 'memeluknya' seperti biasa.
"Itu webtoon apa ?" Johnny yang tersadar dari lamunan singkatnya menatap kebawah. Kelayar ponsel pintar milik adiknya. Terlihat gambar yang cukup mengagetkan.
Jaehyun terkejut dan cepat menutup komik itu. Dia mengganti dengan komik Jepang online langganannya. Keringat mengalir di pelipis Jaehyun dan anak itu tidak sanggup menatap balik sang kakak.
"Webtoon apa itu Jaehyun ?" Jika sudah dengan nada bicara menuntut , dan memanggil nama 'Jaehyun' maka berdegup kencang lah jantung anak yang masih duduk di bangku sekolah menengah ini. Dengan cemas ditatapnya mata cokelat terang yang tidak lembut penuh kasih sayang seperti biasa. Jaehyun sangat takut, terkadang, mata itu bisa menatap nyalang , terlihat seperti binatang liar yang tidak bisa diprediksi tindakannya.
Seperti disihir Jaehyun memberikan ponsel nya pada lelaki yang masih sedarah dengannya itu. Johnny mengambil ponsel, dengan tenang membuka komik online korea. Gambar lelaki dan wanita yang berciuman. Jari besarnya menscroll layar dan terlihat gambar wanita setengah telanjang.
Dua sudut bibir Johnny bergerak. Jaehyun, tidak tahu apakah itu senyuman. Apa itu seringai. Apa itu tanda dia marah. Kereta yang penuh terasa semakin sesak. Suara riuh beberapa penumpang tua dan suara wanita dari speaker yang menandakan pemberhentian tidak dapat masuk dalam telinga putih Jaehyun. Hanya suara napasnya dan debaran jantung sendiri yang terdengar jelas. Bibir merah si rambut cokelat karamel terbuka tapi tidak ada suara yang keluar. Sulit membaca emosi lelaki yang lebih tua darinya ini. Untuk ukuran normal anak anak seusia Jaehyun , membangkang, memberontak membuat orang yang lebih tua kesal adalah hal yang menarik dan menyenangkan. Akan tetapi tidak bagi dirinya. Dia suka bercanda dengan Johnny Hyung nya. Tapi tidak ingin membuat kecewa atau kesal.
"Kau masih empat belas tahun . Apa yang seperti ini yang dibaca anak empat belas tahun sekarang? You never tell Hyung about this?"
"A..aku tidak tahu itu Lucas yang mengirim link nya lewat kakaotalk tadi, I swear to God, Hyung I am sorry Hyung ,Johnny Hyung" Jaehyun menggeleng dan berat rasanya bernapas. Dia memilih menempatkan pandangan pada sepatu hitam. JOhnny memasukkan ponsel Jaehyun ke saku jas kuningnya.
Jaehyun dapat merasakan ujung jemari dingin pada pipi kiri bergerak ke leher belakangnya. Jemari tangan kanan Johnny meraba bibir bawah Jaehyun yang lebih tebal dari bibir atasnya. Menarik bibir itu sehingga sedikit terbuka. Kemudian terus turun pada dagu. Johnny menarik dagu itu keatas membuat anak yang masih mengalir darah ayahnya itu menatapnya langsung.
"Kalau Jay mau tau mengenai cara menjadi dewasa, jangan sentuh hal hal seperti itu oke? Tanya saja pada Hyung. Johnny Hyung will tell and teach you everything. " Johnny tersenyum simpul. Jaehyun tidak mengerti maksud kata-kata kakaknya itu, tapi dia merasa sekujur tubuhnya merinding. Tatapan Johnny Hyung sering memberikan sensasi aneh pada dirinya.
"Iya.. Okay.." Jaehyun mengangguk patuh dan Johnny memberikan kembali ponselnya. Jaehyun tidak tau bagaimana emosi sudah berkecamuk pada diri kakaknya.
/-\
/-\
\-/
Mereka akhirnya sampai di stasiun dekat sekolah. Johnny keluar dari kereta dan tentu saja dia sadar bahwa mereka tetap diikuti baik oleh beberapa orang baru di stasiun ini atau yang mengikuti mereka dari awal.
"Hyung, sakit perut." Jaehyun memegang perutnya sambil bersender di pinggir tangga , karena banyak sekali orang yang lalu lalang.
"Itu karena Jay terlalu banyak makan. Bagaimana ini ? Mau Hyung gendong ?" Johnny berkata dengan nada bicara khawatir. Suatu tawaran yang ekstrim sebenarnya. Mau naik hampir seratus anak tangga dengan seorang remaja tanggung di punggung? Johnny memang sangat kuat tapi tentu akan melelahkan.
"Tidak Hyung, malu banyak orang !" Semburat merah tampak jelas di wajah pucat itu, Jaehyun meneruskan untuk naik anak tangga tanpa melihat pada sang kakak.
Johnny menghela napas. Seingatnya dua tahun lalu Jaehyun masih suka digendong. Sekarang sudah menolak. Apalagi yang akan Jaehyun tolak untuk lakukan bersama di masa yang akan datang, tidak siap pemuda berambut cokelat gelap itu membayangkan.
Mereka pun sampai di trotoar jalan besar diluar. Johnny terus memberikan pujian pada Jaehyun agar dia semangat untuk berjalan menaiki jalan berbukit untuk sampai sekolah. Johnny berusaha fokus pada pembicaraanya dengan Jaehyun seputar film superhero terbaru, tapi pikirannya masih menyangkut pada webtoon tidak senonoh itu. Dia tidak akan membiarkan kepolosannya adiknya diambil oleh hal begitu.
Mereka akhirnya sampai di NCT High. Sekolah elite tempat anak dari keluarga yang berpengaruh sekolah. Dalam komplek sekolah itu terdapat gedung untuk Junior High School dan Senior High School. Muridnya memang tidak terlalu banyak , jadi sekolah itu besar karena berbagai fasilitasnya. Perlu di ketahui sekolah itu adalah sekolah laki-laki.
"Hyung, sampai sini saja ya. Tidak usah sampai kelas, aku sudah kelas 8 sekarang jadi bisa sendiri."
Jaehyun berbicara pada Johnny sambil memegang tali tas warna merah. Dia tersenyum jenaka pada Hyung nya dan sudah mengantisipasi apa yang akan JOhnny jawab.
"Okay then. Hyung duluan kalau begitu." Raut wajahnya datar. Johnny menjawab singkat dan dia langsung meninggalkan Jaehyun sendiri.
W H A T
Jaehyun menganga. Ya menganga mulut nya terbuka lebar karena terlalu kaget dengan perilaku dingin. Biasanya Johnny akan bersikeras untuk mengantar sampai ke depan kelas. Bahkan sambil memiting kepala, menyeret paksa, lalu Jaehyun akan pura pura kesal dan tidak mengindahkan lambaian tangan Johnny yang pergi. Demi Bapa di Surga, Jaehyun merasa panik. Dia mau mengejar Hyung nya tapi takut sudah akan masuk jam sekolah. Jaehyun berjalan di lorong gedung sekolah sambil meremas rambutnya. Dia rasa Johnny benar benar marah padanya karena webtoon sialan itu. Dia akan memarahi Lucas yang mengerjainya dengan mengatakan itu adalah link untuk figurin spiderman keluaran terbaru. Jaehyun berjalan sambil menghentakkan kakinya. Didepan kelas, Jaehyun mengelus rambutnya sendiri. Biasanya Johnny Hyung yang mengelus rambutnya, sekarang dia melakukan untuk diri sendiri.
Menyebalkan.
/-\
/-\
\-/
TBC
*EDITED
Terimakasih atas respon positifnya. Sudah gua edit demi kenyamanan kalian pembacaku semua. Mohon berikan review agar ka daun semangat melanjutkan cerita. Gua juga penasaran apa kalian menyukai cerita seperti ini ? atau tidak ? atau apa saja hehe. Sebaiknya diakhiri dengan manis, atau twist yang panas? Sejujurnya gua ingin yang manis. Melumuri kepolosan adik Jay dengan manisnya dosa #ahay
