Main Genre :

Romance, Fantasy

Main Chara :

-Lu Han as Luhan Xaviera and Luna Demonia

-Oh Sehun as Willis Demonia / Sehun Xavier

Other Chara :

-Kim Jongin as Kai Asterian

-Park Chanyeol as Chanyeol Asterian

-Wu Yifan as Kris Asterian

-Do Kyungsoo as Kyungsoo Xavier

-Byun Baekhyun as Baekhyun Xavier

-Huang Zitao as Zitao Xaviera

and others

Main Couple :

HUNHAN

Other Couple :

Kailu, Chanlu, Krislu, and others

Note : GS for uke, RATE M, TYPO, HAREM

Note [2] : Sebenarnya ini adalah tema novel buatanku sendiri. Tapi dengan nama tokoh yang berbeda, alias karakter buatanku sendiri. Jadi istilahnya, aku nge-remake karyaku sendiri. SEMOGA SUKA YA :D

SUMMARY : Gadis itu adalah Luhan Xaviera. Dia adalah Sang Perhiasan Istana. Aturan mengatakan bahwa dia tak boleh disentuh siapapun. Luhan harus suci tak terjamah kaum pria. Suatu ketika cermin dunia, dengan dua sisi yang bertolak belakang, retak lalu pecah. Saat itulah dia bertemu dirinya yang lain, Willis Demonia dan Luna Demonia.

~•~•~•~

Prolog : Sang Perhiasan Istana

Bicara tentang keadilan hidup, sungguh takkan ada habisnya. Bicara tentang kepuasan diri, itu bahkan tak lebih dari sekedar bualan. Karena tak ada satupun keadilan di dunia ini jika yang kau maksud adalah 'sama rata'. Juga, karena tak ada istilah kepuasan selama manusia itu hidup.

Namun harus bagaimana? Beberapa orang harus puas dengan keadilan model bobrok ini.

Salah satunya?

Luhan Xaviera.

Gadis itu sibuk 'mendandani' wajahnya dengan tanah tanaman ubi kayu. Dia harus ekstra hati-hati saat menaburkannya pada wajah penuh lebam-lebam itu. Gadis itu bahkan susah untuk meringis saat ini, karena bertambah perih. Alih-alih mendapat makan, tamparan, pukulan, juga jambakan adalah imbalan dari kerja kerasnya. Tapi gadis itu bersyukur, setidaknya juragan kebun masih mau memberinya sekeranjang ubi kayu untuk direbus.

Luhan berusaha melupakan apa yang istri juragan itu katakan padanya.

"Dasar pelacur! Beraninya tebar-tebar senyum pada suamiku! Butuh uang?! Jajakan saja tubuhmu di jalanan dan puaskan pelangganmu di jalanan pula, SIALAN!"

Baik sang juragan, bahkan Luhan sendiri, tak saling tersenyum. Keduanya bersikap selayaknya majikan dan bawahan. Gadis itu pikir, mungkin Bu juragan sedang datang bulan.

Setelah dirasa memarnya tak terlalu terlihat, Luhan mulai menggotong sekeranjang ubi kayu. Dia bawa di atas kepala, yang dialas kain tebal untuk melindungi kepalanya. Langkahnya melaju mantap, meniti jalan setapak untuk sampai di rumah.

Walaupun kakinya dipenuhi luka-luka akibat goresan dengan batu-batu serta kerikil, Luhan masih tetap terlihat cantik dan menguarkan pesona tersendiri. Banyak pemuda bahkan pria hidung belang yang menginginkannya sebagai istri, rela menceraikan istrinya yang lama, atau sekedar menjadikan gadis itu sebagai ajang senang-senang. Itu juga dengan jaminan hidup yang layak. Namun Luhan tetap Luhan. Harga dirinya harus dijunjung setinggi-tingginya disaat semua orang memperlakukannya serendah-rendahnya.

"Luhan."

Gadis itu tersenyum pada seorang pemuda desa. Pemuda itu bernama Jesper. Salah satu keponakan Kepala Desa Pollux, desa tempat Luhan tinggal bersama ketiga adiknya.

"Ya?"

"Aku bisa bawakan—"

"Tidak perlu," Luhan masih tampak cantik dengan wajah penuh noda tanah, "aku bisa sendiri."

Terakhir Luhan menerima bantuan Jesper, ibu pemuda itu langsung mencercanya habis-habisan bahkan menghina kedua orang tuanya. Walaupun ibu kandungnya hanya budak yang sudah meninggal dua tahun lalu, sementara ayah tirinya hanyalah petani musiman, mereka berdua adalah kebanggaan Luhan dan ketiga adiknya. Beliau meninggal setahun lalu, karena demam tak kunjung sembuh.

Semua itu juga, membawa julukan 'Keluarga Sialan' yang disematkan pada kepala Luhan.

"Tapi, Luhan—"

"Aku bisa kok. Maaf ya Jesper, kakiku bisa pegal-pegal kalau tidak segera melangkah."

"O..oh...ya... Tapi aku bisa—"

"Tidak perlu menemaniku."

Sesampainya di rumah, Luhan dikejutkan dengan kedatangan banyak prajurit berkuda hitam, sebuah tandu bertengger di depan halaman rumah, dan tak lupa banyak tetangga mengintip di balik pohon-pohon atau jendela rumah mereka, hanya untuk melihat keramaian di rumah Luhan.

Gadis itu seketika ingat adik-adiknya.

Setelah meletakkan sekeranjang ubi kayu di depan teras rumah reyot peninggalan ibunya, Luhan langsung menerobos masuk di antara banyaknya prajurit. Dia tahu mereka prajurit kerajaan, dilihat dari seragam warna perak dan pin-pin berlogo bintang. Sungguh, Luhan takut bila terjadi sesuatu pada ketiga adiknya.

Namun apa yang dia dapatkan?

Ketiga adiknya makan dengan lahapnya. Hanya beralas tikar, namun disuguhi berbagai macam makanan dengan alas daun pisang.

Luhan bahkan tidak memiliki piring. Benda-benda seperti piring, gelas, bahkan pakaian layak, dijual untuk makan dan bayaran pada tabib yang merawat salah satu adiknya sewaktu demam berkepanjangan.

"Kak Luhan!!" Seru salah satu adiknya, namanya Zitao Xaviera, gadis kecil mungil berambut cokelat. Disusul pula oleh dua adik laki-lakinya. Kyungsoo Xavier dan Baekhyun Xavier. Mereka lahir bersamaan, karena mereka kembar identik.

Kyungsoo buru-buru berlari memeluk kaki sang kakak, disusul kedua adik lainnya. Mereka melupakan makanan lezat yang tersaji. Sekarang mereka sibuk menyuruh Luhan makan banyak.

Manik biru Luhan bersitatap dengan manik biru yang sama. Bukan cerminan dirinya. Melainkan orang lain. Yaitu seorang pria yang duduk di hadapan ketiga adiknya. Pakaiannya sangat mewah. Dia duduk seakan tak peduli pada alas rumah yang penuh debu.

"Siapa anda?" Tanya Luhan.

"Kau tidak mengenaliku?"

"ehm... Maaf?"

Pria itu hanya sibuk menatap selidik pada seluruh permukaan wajah Luhan. Kemudian dia menghela nafas, "namaku Kris Asterian."

Luhan pernah mendengar nama itu. Buru-buru dia bersujud tanpa peduli dahinya lecet karena kerikil-kerikil super kecil di alas rumahnya. Namun pria itu segera menepuk bahunya, "jangan seperti itu. Bangunlah."

Luhan kembali duduk tegak. Wajahnya menyiratkan kekhawatiran.

"Ada apa gerangan anda kemari?"

Pria itu langsung menjawab, "aku menginginkan sebuah kesepakatan."

"Kesepakatan?"

"Ya. Kehidupan ketiga adikmu akan terjamin di bawah naungan istana kerajaan."

Mata Luhan memicing waspada. Bentuk respon tidak sopan itu membuat salah satu prajurit mengacungkan ujung pedang ke wajahnya. Pria bernama Kris itu mengangkat tangan. Prajurit tersebut mundur menjauhi Luhan.

"Pasti ada syaratnya, kan?" Tanya Luhan.

"Kau sangat cerdas, Luhan."

Seringai itupun muncul.

Luhan merasa, dirinya mulai terintimidasi.

"Jadilah Sang Perhiasan Istana—"

Mata Luhan terbelalak.

"—sampai kau tidak cukup cantik untuk posisi itu."

.

.

.

.

.

.

.

.

TBC

~•~•~•~•~

AUTHOR NOTE :

Aku adalah HHS setelah bunda lulu keluar dari EXO. Jadi istilahnya, newbie, walau udah dua tahunan ini suka mereka.

Salam kenal ya :D