OHAYOU GOZAIMASU, KONNICHIWA, KONBANWA MINNA-SAN!
Welcome back again with Ney. Well, dengan sangat berat hati Ney mau bilang bahwa ff Ney yang berjudul 'Arigatou' bakal Ney discontinue-in. Soalnya Ney bener-bener sudah kehilangan feel buat bikin ceritanya. Apalagi genrenya bukan romance-nya, jadi makin males aja deh-Ney juga nggak tahu kenapa dulu bikin cerita itu.
Nah, sebagai gantinya Ney buat cerita ini, file aslinya sudah tamat sih. Dan harap maklum ya kalau isinya sedikit-sedikit. Soalnya setiap ngetik ini. Ney ngetiknya dari hp dan curi-curi waktu kalau lagi senggang.
HAPPY READING MINNA!
Subordinate Prince
Based from Subordinate Prince by Ayano Saijo
Story by Neiyha
Disclamer Masashi Kishimoto-jii
Genre : Romance and Humour(?)
Warning: AU, TYPO, OOC, and many more.
Bandung—19 Oktober 2012
PROLOGUE
.
.
.
Hidup itu tidak adil. Itulah yang terpatri dengan baik dalam pikiran Hinata takkala mendapati kehidupan yang penuh cobaan diusianya yang masih berumur 19 tahun. Ditinggalkan oleh ayahnya kabur dengan semua utangnya membuat Hinata harus menghidupi dirinya sendiri. Dengan hanya bermodalkan ijazah SMA, Hinata dibuat pontang-panting mencari pekerjaan walau akhirnya diterima sebagai pelayan disuatu cafe yang tak jauh dari rumahnya.
Terkadang Hinata menangis sendirian ditengah malam. Meratapi nasibnya yang tak kunjung membaik. Oh, lihatlah lantai rumahnya yang sudah berderit dan mengelupas termakan jaman. Bahkan Hinata pun sudah lupa, kapan terakhir kali dirinya membenahi atau bahkan sekedar membersihkan rumahnya yang mulai terlihat seperti lautan sampah.
Mungkin itu semua lebih mudah kalau saja hanya itu yang Hinata hadapi. Hinata masih bisa bersabar dan mencoba tegar untuk menjalani hidupnya yang sarat akan penderitaan. Tapi kelihatannya kami-sama menuliskan takdir lain pada garis takdir Hinata. Sebelum cobaan-cobaan lain yang Hinata anggap sebagai ujian ketabahan itu datang, sejak kecil sudah ada satu penderitaan yang mengikutinya dan apapun yang Hinata lakukan, Hinata tahu bahwa dia tidak mungkin-mustahil lepas dari jerat penderitaan yang satu ini.
Sungguh, permintaan Hinata tidak muluk-muluk. Ditengah krisis finansial yang menimpanya, sebagai seorang perempuan normal, Hinata tentu saja menginginkan kehidupan romansa cinta seperti roman-roman picisan yang pernah dibacanya dari novel obralan yang dibelinya setengah harga di toko buku dekat rumahnya. Tetapi Hinata tidak sampai meminta dikirimkan seorang malaikat, Hinata hanya ingin kehidupan cintanya berjalan biasa-biasa saja. Bertemu dengan orang biasa, jatuh cinta secara biasa, dan akhirnya hidup bahagia selamanya. Tidak perlu terlalu dramatis seperti sinetron-sinetron yang sedang kejar tayang di stasiun-stasiun tv baik swasta maupun lokal. Tapi sayangnya kami-sama tidak mengabulkan permohonan Hinata, jangankan seorang malaikat yang dikirimkannya. Kenyataannya Hinata mendapatkan seorang iblis jahat yang selalu menganggu hidupnya.
Pagi itu, Hinata sedang terburu-buru menyusuri jalanan yang becek karena hujan yang turun tadi malam. Tangan-tangannya mengenggam mantelnya erat membuat buku-buku tangannya memutih karena kekurangan pasokan darah. Rupanya mantel tipis yang membalut badannya tak membuatnya serta-merta merasa hangat. Salahkanlah dompet Hinata yang selalu tipis dan tidak berisi. Jangankan membeli mantel baru, bisa makan sehari tiga kali saja Hinata sudah bersyukur. Jadi biarkan mantel usang yang warnanya sudah pudar dengan sedikit benang-benangnya yang mulai terlepas tetap melekat pada tubuh Hinata.
Sekali dua kali Hinata mencoba menghindari genangan air yang menghiasi jalan setapak. Tetapi langkahnya terhenti takkala mendapati sebuah mobil sport hitam yang melaju cepat dan memotong jalannya sehingga menciptakan cipratan air yang sukses mengotori mantel miliknya. Hinata mengeram, apalagi setelah mendapati sang pengemudi mulai membuka kacanya dan memandang angkuh ke arah Hinata.
"Heh? Aku kasihan padamu. Sudah keluar dari rumah reot. Bajumu kampungan pula." Bukannya meminta maaf sang pengemudi malah mengejek Hinata dengan tatapan menghina. Hinata hanya bisa mendengus kesal karena satu lagi harinya harus diawali dengan kesialan yang sama.
Ya, ini dia. Setidaknya Hinata tidak meratapi nasibnya yang selalu sial dan berusaha untuk memperbaikinya. Tetapi untuk yang satu ini, Hinata sudah menyerah. Sungguh, Hinata tidak habis pikir, kutukan apa yang dahulu nenek moyangnya berikan sehingga tidak pernah habis berurusan dengan penderitaan yang satu ini.
Masih mempertahankan posisi angkuhnya pria tersebut mulai membuka pintu mobilnya dan beranjak keluar mendekati sang Hyuuga. Matanya menatap tajam kearah amnesthy Hinata yang mulai meneguk ludah ketika menerima tatapan mengintimindasi dari iris kelam pria tersebut.
Oh my my my, ucapkan selamat tinggal pada hari damaimu, Hinata. Sejak kecil pria ini tak pernah membiarkanmu hidup damai barang sehari. Hinata sudah mulai bosan akan keadaan ini. Sekeras apapun dia berusaha, dirinya tetap tidak bisa mengubah bahwa sampai kapanpun dirinya tetap berada dalam sangkar iblis
.
.
.
-Sasuke Uchiha.
.
.
.
Nah, bagaimana tanggapan kalian tentang fic ini?
Semoga tidak kecewa dengan ceritanya yang super duper pasaran dan absurb.
Thanks for reading.
Mind to RnR?
-Ney,2012
