Re' Neo Lurvs Monté

PEREMPUAN PENAKLUK Asal PeGUNUNGan

Disclaimer

Rated: M

Genre: X

Pairing: Sasuke x Naruto(female)

Warning: FemNaru,typo,dll

Dahulu kala

Disaat Negaraku Di perintah oleh Seorang Tirani

Pengalaman Pribadi ku bagikan pada Kalian Generasi Muda abad ini.

Ketika itu umurku baru 17 tahun di saat terjadi pembasmian etnis Uzu di provinsi Konoha di Negara Hi.

Tangisan, deruan tembakan senjata api dan histeria massal etnis kami ketika derap-derap langkah ribuan serdadu tentara Negara Hi mengpora-porandakan rumah-rumah kami, anak-anak gadis kami mereka ambil dan ribuan nyawa etnis kami mereka tanggalkan.

Kami seperti kumpulan orang-orang terhina yang berlumuran dosa di muka bumi . Di perlakukan bagai binatang yang mereka buru untuk kesenangan mereka semata.

Aku pun ingat ketika itu aku Diseret-seret dengan paksa oleh beberapa tentara untuk memasuki sebuah mobil bak terbuka. Aku meronta terdiam menduduki tanah yang berlumpur karena lumuran darah dari etnis kami yang sudah mati. Bukan aku semata yang melawan ribuan gadis yang senasib denganku juga melawan tak ingin mereka menginjak-injak harga diri etnis kami lebih dari ini yang sudah terlindas oleh kebiadaban mereka.

tapi sayangnya Aku beserta ribuan gadis lain dari etnis yang sama tak bisa berrbuat banyak. Akhirnya kami pasrah di bawa entah kemana meninggalkan keluargaku yang entah tahu keselamatan mereka.

Meneteskan air mata untuk terakhir kalinya di tempat itu aku bersua" selamat tinggal" dan kami para gadis Uzu meninggalkan Kampung halaman kami entah tahu kapan kembali.

Seminggu telah berlalu setelah pembantaian etnis uzu, kami para gadis Uzu di tempatkan di sebuah camp kumuh di pinggiran kota yang kami entah tahu itu tepatnya di mana.

Telah tiga hari kami menghuni camp ini dan tiga hari itu juga aku menangis putus asa dengan keadaan ku di camp tersebut.

Aku menghuni sebuah sel yang juga di tempati oleh 15 gadis Uzu lainnya. Kami berdesak-desakan mencari tempat yang cukup untuk sekedar berbaring mengistirahatkan raga tapi namanya juga sempit ya terpaksa kami saling tindih memaklumi keadaan ini.

Ku ingat hari itu di mana ketika Beberapa gadis berambut merah khas etnis kami mencoba kabur dengan cara menyelinap ke dalam sebuah box mobil truk yang akan meninggalkan camp ini setelah mengirimkan persedian makanan untuk beberapa tahanan yang memghuni camp yang ku huni.

Namun niat baik untuk melarikan diri malah terbalik menjadi bunuh diikat disebuah pohon rambutan di belakang sel yang ku tempati karena ketahuan oleh beberapa penjaga camp yang menggeledah box truk yang mereka gunakan untuk kabur.

Mereka mati tapi aku tak peduli yang hidup harus melanjutkan kiprahnya yang mati biarlah mati tak usah di kasihani toh mereka sudah tak ada harapan untuk membantu kami untuk bebas dari sini.

Ku lihat di tengah malam jasad mereka yang diikat masih menggantung di sebuah pohon rambutan. Entah sampai kapan mereka akan tetap seperti itu. Aku tak peduli bukan aku egois tapi keadaan sulit ini membuatku apatis akan keadaan sekitar sini.

4 hari berselang

Puluhan Gadis Etnis Hyuuga yang memiliki ciri fisik yang khas pada matanya yang seperti tidak berpupil turut mendekam di camp yang ku huni. Mereka lebih tragis daripada etnis kami disaat mereka sudah tiba di camp. Ku dengar dari beberapa petugas jaga yang tak sengaja ku dengar diantara beberapa gadis etnis Hyuuga tersebut ada yang dilecehkan bahkan ada yang juga di bunuh karena berusaha melawan ketika akan diperkosa oleh tentara yang bejat akan moral. Aku setidaknya bersyukur setidaknya etnis kami tak sampai di lecehkan atau di bunuh seperti itu.

Ya mungkin saja pembawaan perempuam etnis Hyuuga yang lemah lembut membuat tentara seakan lebih leluasa melecehkan mereka karena tak ada perlawanan yang berarti. berbeda dengan etnis kami yang sejak kecil sudah berlarian mencari penghidupan entah laki-laki atau perempuan mereka memiliki tanggungan yang sama.

Secara fisik perempuan etnis kami terbilang mumpuni bayangkan saja perempuan terpendek di etnis kami yang mendekam di sini sekitar 182 cm hmm memang di atas rata-rata dari tinggi perempuan etnis lain.

Itulah penyebab perempuan etnis kami tak bernasib sama seperti perempuan etnis yang baru saja tiba di camp yang ku huni ini.

Ku lihat dari dalam jeruji besi mereka bermuka masam dan lusuh bahkan diantara mereka diseret-seret bagai karung oleh salah seorang tentara karena mereka sudah tak kuat lagi hanya sekedar untuk berjalan.

Mereka menuju sel yang ku huni menjebloskan sekitar 10 perempuan etnis Hyuuga dengan paksa hah membuat sel ini semakin sesak saja.

Hah tak ada niatan untuk mendekati mereka yang baru tiba. Ya tak ada namun sesaat aku berpikir tak salahkah mencari sekutu di dalam kandang kutu terhina ini.

Ku dekati seorang gadis manis yang sejak tadi duduk di pinggiran sel dengan kedua tangannya menutupi wajahnya.

Plukk

"Hyuuga" ku panggil dia mengusap-usap ubun-ubun kepalanya lembut untuk menolehkan padangannya padaku.

"Ekkhhh...A-ada a-apa? " balasnya gugup hihi dengan ekspresi pucat pasi dan gugup membuatnya terlihat menggemaskan namun sayang hidupnya harus bernasib seperti ini.

"Tak ada hanya ingin menyapamu saja. Ku lihat dari tadi kau terus murung menutupi wajahmu sendiri. Sebenarnya ada apa?" Ucapku ramah tersenyum memperlihatkan deretan gigiku yang menguning karena sejak tiba di sini Aku tidak pernah menggosok gigiku lagi dengan serbuk bata dan saat itu pasta gigi mahal harganya ya untuk etnis Uzu yang tinggal di lereng pegunungan tak mau ambil pusing dengan pasta gigi toh serbuk batu bata sudah cukup membuat gigi etnis kami strong Dazelling.

"Ke-kenapa ka-kau menyapaku ?" Tanya gadis Hyuuga itu tidak mengerti denganku yang mendekatinya ini.

"Tidak tahu mungkin melihatmu yang Manis membuatku ingin mendekat"

"Hanya itu saja ya. Terima kasih hmmm..." kata gadis Hyuuga itu tapi kebingungan melanjutkan kata-katanya.

"Uzumaki Naruto panggil saja Aku Naruto! Lalu Namamu?"

"Namaku Hinata, terima kasih ya Uzumaki-san" ucap gadis yang bernama Hinata itu.

"Untuk Apa berterima kasih padaku?" Tanyaku tidak mengerti dengan maksud ucapan terima kasih dari gadis Hyuuga tersebut padaku.

"Terima kasih kau mau mengobrol denganku" balas Hinata matanya mengeluarkan air mata entah tahu penyebabnya apa.

"Kau Aneh hanya sekedar berbicara denganmu kau sudah berterima kasih padaku apalagi kalau aku memberikan sebuah makanan untukmu hihi. Ekhh kenapa kau menangis? Tak senang ya kehadiranku di dekatmu." Kataku panik melihat Hinata semakin bercucuran air mata.

Hinata mengusap paksa pelupuk matanya mengeringkan air matanya " bu-bukan begitu, Aku hanya terharu."

"Terharu?" Beo Ku tidak mengerti hah sulit sekali memahani perkataan gadis Hyuuga yang ku ajak berbicara ini.

Ku lihat Hinata menunduk menyembunyikan wajahnya yang manis dengan matanya masih berkaca-kaca karena menangis tapi dengan cepat mendongak kepalannya kepadaku. Aku terpekik seperti tercekik ku lihat Hinata hidungnya mengeluarkan darah yang terus menyucur dari kedua lubang hidungnya.

"Hinata hi-hidungmu ke~~"

"Berdarah ekhh? Hm " ucap Hinata tersenyum padaku. Sungguh manis senyuman perempuan yang baru ku kenal ini.

"Kenapa bisa?" Tanyaku penasaran sebab gadis Hyuuga ini terus menyucurkan darah dari kedua lubang hidungnya.

"A-aku~~" Ku pasang kupingku dengan daya maksimal namun perkataan Hinata mengenai pendarahannya terpotong ketika seorang Tentara Berlogo bintang Merah membuka gembok yang ku huni beserta puluhan gadis yang lain menyuruh kami untuk keluar dari sel.

Hampir ku lupa mungkin kalian penasaran mengapa banyak gadis etnis terbantai mendekam di camp ini uniknya lagi hanya perempuan muda yang di tangkap dan di jebloskan di sini.

Ya kalian pasti tahu tentang Romusha ataupun Rodi ya hampir sama mungkin kami akan dipekerjakan dengan upah Murah di sebuah pabrik atau lebih dari itu kami akan di perjual-belikan ke rumah-rumah bordil di luar negeri sana yang mengincar gadis-gadis muda dan cantik sebagai komoditas utama untuk memancing sekumpulan bajingan hidung belang ke rumah bordil yang membeli para gadis yang mendekam di camp ini.

Namun untungnya saat ini tahun pelik bagi usaha rumah bordil karena krisis ekonomi di negeri seberang sana ,ya setidaknya berkerja di pabrik dengan upah murah sangat lebih baik ketimbang harus melayani lelaki hidung belang di rumah-rumah bordil di negara seberang sana.

Kembali ke zaman di mana aku mengalami kisah ini.

Aku menggenggam tangan Hinata erat sekali menjaganya untuk tidak berpisah denganku berusaha keras untuk keluar dari sel yang sungguh sesak ini.

Kami digiring menuju sebuah Aula yang luas di camp ini setelah Aku dan Hinata keluar dari sel kami.

Semua orang menunggu cemas , berdiri kikuk di absen oleh seorang Presiden.

Seorang Presiden yang memiliki kuasa dan wewenang termasuk membantai etnisku yang ku banggakan dan etnis Hyuuga juga.

Presiden yang ku benci menatap persatu wanita yang di absen oleh salah satu letnan yang baik. Ia sungguh baik namun sayang ia hanya bawahan presiden.

Letnan itu bernama Nara Shikamaru dari etnis Nara yang berasal di ujung tapal batas utara di negeri ini. Ia seperti seseorang pemalas yang tak berguna namun di balik semua itu ia adalah seorang yang baik hati tampa pamrih dan seorang penjaga bagi kami dari tindakan Asusila yang dilakukan oleh beberapa tentara bintang merah yang bejad.

Nara Shikamaru memanggil Namaku "Uzumaki Naruto" . Aku tersentak mendapat panggilan itu. Aku menoleh pada Hinata di Sampingku. Lalu ia melepaskan genggaman tanganku dan berkata "Semoga beruntung" .

"Uzumaki Naruto " Nara Shikamaru memanggil namaku kembali dengan Toannya. Aku menatap Hinata sejenak lalu berlari untuk menghadap Sang Presiden Dalang dibalik pembantaian etnisku.

Aku berdiri di hadapan Presiden yang duduk angkuh di singgasana kursinya yang empuk.

Ia menatapku dari atas ke bawah meneliti lekuk tubuhku. Presiden berdiri dari singgasananya mendekat padaku.

Wajahnya dihadapanku saat ini. Wajahnya terus dekat semakin mendekati wajahku. Aku menunduk menjaga pandangan mataku padannya namun ia dengan cepat mencekram daguku mendongakan paksa supaya menatapnya.

"Uzumaki ekhh?" Ucapnya seolah bertanya apakah aku seorang dari etnis Uzu.

Sang Presiden melepaskan cengkramannya padaku namun beralih pada Rambutku yang berwarna kuning cerah mencolok bagai sinar matahari.

"Lihatlah Nara bahkan rambutnya tak sama dengan mereka-mereka yang di sana!" Ucap Sang Presiden menunjuk sekumpulan perempuan Uzu yang belum di absen di belakangku.

Presiden tengik itu terus memainkan rambutku yang panjang. Memilintirnya,mengelusnya,dan mencium Aroma rambutku yang mungkin sangat bau karena Aku sama sekali tak keramas tentang hal-hal sepele seperti keramas semenjak mendekam di camp laknat ini.

"Wangi" gumam sang Presiden terus merasapi aroma rambutku dengan hidungnya membuatku sedikit geli dengan perlakuan sang Presiden ini.

"Siapa Namamu?" Tanyanya dengan nada bicaranya yang datar sembari berhenti menghirup aroma rambutku dengan hidungnya.

"Na-naruto" jawabku gugup seorang presiden menanyaiku.

Setelah mengetahui namaku, presiden itu menggenggam tanganku lembut menggiringku menuju singgasanannya.

Ia menduduki singgasananya yang empuk menepuk-nepuk singgasanannya mengisyaratkat aku untuk duduk di sampingnya yang artinya aku menduduki singgasana yang tak sembarang orang boleh mendudukinya.

Aku ragu untuk duduk di samping sang Presiden. Presiden terus menepuk-nepuk singgasananya namun Aku tak bergeming tak menghiraukan isyarat Sang Presiden. Mungkin sudah lelah atau kesal ia menarik tanganku membuatku oleng dan menimpa Presiden yang duduk di singgasananya.

"Akhh" pekikku ketika badanku bertubrukan dengan dada bidang sang presiden namun tanpa ku sadari tangan kekar Presiden memelukku dari depan itu membuatku mau tak mau menatap Presiden yang tersenyum aneh padaku.

"Nara? Ku ambil Nona ini! Tak apa kan?" Pinta sang presiden pada bawahannya Letnan Jendral Nara Shikamaru.

"Hah yasudahlah ambil saja. Pabrik bungkil mungkin tak menerimanya karena rambutnya itu." ujar Shikamaru mengiyakan permintaan Atasannya itu.

"T-tuan Nara , Apa mak-maksudmu?" Tanya ku pada Nara Shikamaru namun tak menoleh pada orang yang di tanyaiku karena seluruh tubuhku termasuk wajahku bertubrukan dengan dada bidang sang presiden membuatku kesulitan menoleh pada Shikamaru.

"Hah Maaf ya Nona Uzumaki, sepertinya anda tak dapat bekerja di pabrik macam teman-temanmu yang lain karena presiden yang tengah memelukmu itu menginginkanmu. " tutur Letnan Jendral itu menjawab pertanyaanku.

Aku terpaku 'apa maksudnya ini? Menginginkanku? Kenapa?' Innerku bertanya-tanya.

"Nona bila kau tanya kenapa? Jelas aku pun tak tahu pak presiden memang tidak terduga." Kata Nara itu menambahkan.

Aku yang tidak nyaman dengan keadaanku yang tengah di peluk oleh Presiden meronta ingin membebaskan diri tapi entah kenapa aku seperti terangkat dan menduduki paha Presiden.

"Diamlah! Turuti aku! Nyawa teman -teman seetnis mu tergantung padamu. mengerti!" Ancam presiden padaku dengan nada yang datar namun aku cukup merinding dengan reputasinya yang bertangan dingin dan tanpa belas kasihan.

"Hyuuga Hinata" panggil Letnan Jendral Shikamaru memanggil dengan Toanya.

'Hinata?' Batinku

"Pak Presiden bagaimana dengan gadis ini?" Tanya Shikamaru pada presiden setelah memdapati kehadiran Hinata di depannya.

"Hn. Bawa saja ia ke Rumahmu? Jangan kerjakan orang penyakitan macam Hyuuga ini di pabrik-pabrik milik Negara! Obati dia! Setelah itu kau bebas apa-apakan dia." Respon sang presiden sejenak menatap Hinata yang kondisinya di penuhi darah yang berasal dari Hidungnya.

Presiden beralih kembali menatap wajahku membuatku ketakutan seakan nyawaku di pintu awang-awang menuju kematian.

"Kau milik ku Uzumaki Naruto" katanya seolah aku adalah kepunyaannya.

Setelah itu entah kenapa badanku seperti melayang ekh ternyata pak presiden mengendongku ala bridal style menuju sebuah ruangan berpintu merk Taiso membawaku memasukinya menempatiku di sebuah ranjang di ruangan tersebut.

Setelah menempatkanku di sebuah ranjang, pak presiden keluar dari ruangan yang ku tempati menutup pintu itu dengan dentaman yang keras

Blamm

"Line 1 ,Harap yang menempati barisan line 1 untuk menaiki mobil bus militer nomor satu. Dan untuk 26 Line lainnya harap memasuki bus yang sesuai dengan Nomor line mu seperti Line 1. Mengerti Minna-san?" Suara Toa berkumandang memberi intruksi kepada seluruh gadis yang sudah di bagi kedalam beberapa barisan.

Aku beranjak dari ranjang yang ku duduki ini berjalan menuju pintu keluar ruangan ini.

"Terkunci" kataku saat itu setelah menggerakan knop pintu tersebut.

Hah ku coba memaksa knop pintu supaya terbuka tapi yasudahlah aku berbalik lagi ke ranjang yang tadi ku tempati.

PENGIKUT GODEG OF PASUNDAN

Hari ini semua gadis telah di kirim ke semua pabrik milik Negara dari berbagai sektor. Tapi malang bagi Hinata yang tak dapat di perkejakan karena kondisi kesehatannya ini.

Nara Shikamaru Letnan itu yang akan membawanya entah kemana ia tak tahu. Kini ia menaiki sebuah mobil sedan klasik era tahun 70'an menuju bandara untuk pergi dari kota ini.

"Letnan Ki-kita a-akan Kemana?" Tanyanya kikuk kepada seseorang di sampingnya yang sering menguap tanda bosan.

"Kau tahu Kota Nara?" Tanya balik orang di sampingnya seakan tak ada niatan untuk menyahuti pertanyaan gadis di sampingnya.

"Ya a-aku tahu. Kota yang indah di utara negeri ini. Apakah kita akan ke sana Letnan?"

"Tidak"

"La-lalu kita akan kemana?" Tanya Hinata lagi kebingunan dan penasaran dengan tempat yang akan di tujunya.

"Kita akan menuju tempat dinas baruku di Kota Dorodoro-darake Provinsi Ame."

Hinata tak bertanya lagi ketika tahu tempat tujuannya.

Suasana hening pun terjadi setelah pembicaraan tersebut di dalam mobil itu yang sedang melaju menuju Bandara.

PENGIKUT GODEG OF PASUNDAN

Malam hari ini terasa lebih terang dari biasanya bulan purnama memantulkan cahayanya pada malam ini

Aku kini terbaring di sebuah ranjang di dalam sebuah pesawat kepresidenan milik Uchiha Sasuke Presiden Negara ini.

Ia tengah memelukku menetapkan kepalaku berdekatan dengan dada bidangnya. Aku tidak mengerti kenapa ia seperti begitu. Sangat baik namun tak banyak bicara padaku. Ia memperlakukanku layaknya kekasihnya.

Namun apakah ia hanya pura-pura atau apa? Tapi kenapa? Ia membantai etnisku, membumi hanguskan tempat tinggalku dan menculik seluruh gadis dari etnisku. Apa maunya Presiden ini.

Pusing memikirkan ini aku tanpa sadar tertidur menyender pada dada bidang sang presiden entah tahu perjalanannya kemana menaiki pesawat tersebut.

Tbc or End

Halo Urang Sunda Aya abdi nu anyar hanet keneh hehe

Ok maaf ya kalau hancur lebur fanfic pertamaku soalnya.

Lanjut atau di stop saja ya

Salam kenal semua

Author baru

Namaku: PENGIKUT GODEG OF PASUNDAN

Umur : 16 tahun

Gender: O+

Ras: Manusia

Etnis: Sunda

Spesifik: Sundayana eung Jajarana

Ideologi: Sundanism,Sosialisme,Islamisme

Organisasi: PARTAI PASUNDAN

Cita-cita: Mendirikan Negara Pasundan Merdeka Golongan Sundayana eung Jajarana.

Sifat: Rasis( Ramah dan berprestasi) Berjiwa Sosialis yang tinggi sesama Golongan Sundayana Eung Jajarana,

Idola: Ketua Anamui dan Wakil Ketua Cecep Suwirya

Fans club: Stoke City dan PERSIWA WANAHERANG

Bahasa Ibu: Sunda dan Espanol

Harapan: Semoga saja Republik Pasundan berdiri tegak menyongsong masa depan yang cerah.

Chapter 2

"Apakah ini Kota Dorodoro-darake, seperti hancur di landa perang"

"Pak Presiden, kau serius?"

"Kau membantai etnis kami kenapa,,kenapa kau ingin aku..."

"Hinata Penyakitmu mungkin sulit untuk di sembuhkan. Tapi Aku akan berusaha untuk menyelamatkanku."

"Dimana ini kenapa Aku memakai Gaun pengantin?

R

E

V

I

E

W

O

R

F

O

L

L

O

W