Cerminan

Gaara dan Yondaime Kazekage adalah kepunyaan Masashi Kishimoto

Penyajian secara POV berselang

Hanya sekedar melampiaskan rasa penasaran akan chapter 525. Mohon maaf untuk segala salah lihat, salah ingat, salah paham. Benar-benar merupakan cerminan isi hati Ambu saja

aicchan, biar cuma sedikit?

-o0o-

Perang Besar tiba juga akhirnya. Setelah beradu argumen cukup panjang, akhirnya kami sepakat membentuk pasukan gabungan.

Kini tak ada lagi pasukan Suna, pasukan Konoha, pasukan manapun. Yang ada adalah pasukan Shinobi, dengan 'S' besar. Selain memimpin Divisi 4 Jangkauan Jarak Jauh, aku juga memimpin keseluruhan pasukan.

Dan di sinilah aku berada. Mendahului pasukan, aku berusaha mengintai, siapakah mereka sebenarnya, seberapa besar kekuatan mereka.

Daisan no Me

Membuka telapak tanganku, mengepalkannya, saat terbuka, muncullah Mata Ketiga. Meluncur ke udara perlahan namun pasti, Mata Ketiga terus memastikan di mana keberadaan lawan—

Sepertinya aku mendapatkannya. Atau, mendapatkan mereka. Ya, aku bisa melihat mereka. Sandaime Raikage. Nidaime Mizukage. Nidaime Tsuchikage

-o0o-

"—dan aku merasakan seseorang dengan chakra yang sama dengan orang yang baru ini—"

"—bukankah kau—"

"Aku Yondaime Kazekage—" sahutku, sambil meneruskan percakapan mereka tentang Edo Tensei. Jelas, kami sadar, apa yang sedang dilakukan orang yang masih hidup pada kami yang sudah berada di alam lain, di dimensi lain, yang sudah berupa arwah.

Ketiga Kage itu masih saling bersitegang tentang keinginan mereka untuk saling membunuh. Tentang bahwa justru sekarang mereka tidak bisa berbuat sesuka hati mereka lagi. Bahwa ada yang menyetir tubuh mereka agar tak mengikuti pikiran mereka.

Tapi aku melihat sesuatu mengapung di udara. Kecil, berbentuk lingkaran, tak terlihat tak terhiraukan.

Kecuali jika kau mengenali apa itu.

-o0o-

—dan Tousan

Itu Tousan. Benar-benar Tousan.

Sebelum aku terlena lebih jauh, aku teringat untuk melambaikan tangan sebagai tanda pada pasukanku. Sambil tak tentu rasa, tak jelas pikiran.

Itu Tousan.

Dan kami akan bertempur.

Oya, aku tahu itu bukan Tousan sesungguhnya. Jasadnya tentu jasad orang lain. Yang dipanggil dengan Edo Tensei adalah arwah, arwah yang kemudian mewarnai jasad-entah-siapa menjadi mirip semasa hidupnya. Segalanya yang dipunyai di akhir hidupnya, pikiran, perasaan, jutsu andalan.

Jadi itu adalah jasad-entah-siapa dengan pikiran Tousan, dengan perasaan Tousan, dengan jutsu terakhir Tousan. Yang sudah menumpukkan kesengsaraan demi kesengsaraan padaku? Yang membuatku menjadi monster yang ditakuti seisi desa? Yang membuatku membunuh dengan mudah, semudah membalik telapak tangan? Yang membuatku terlahir tanpa mengenal Kaasan? Yang membuatku membenci hari kelahiran, alih-alih merayakannya seperti lazimnya anak-anak lain?

Itu Tousan.

Dan kami akan saling bertempur—

-o0o-

Itu Mata Ketiga. Daisan no Me. Tak bisa salah lagi, tak ragu lagi.

Gaara—

Sudah sebesar apa dia sekarang?

Aku sadar sesadar-sadarnya, bahwa Gaara mungkin anak bungsu, tapi dia justru tak perlu dilindungi seperti anak bungsu pada umumnya. Dia justru ditakuti orang—

Masihkah ditakuti?

Ada rasa menyesak di dada. Aku ayah yang tak bisa memberi kehangatan pada anaknya sendiri, bahkan semenjak mereka lahir. Aku bahkan memberikan kesengsaraan demi kesengsaraan—

Dan sekarang, bahkan jikapun aku berniat baik, jikapun aku tak ingin menambah kesengsaraan pada mereka, aku tak bisa.

Edo Tensei sialan ini, akan membuatku menuruti keinginan siapapun orang terkutuk yang memanggil kami—

-o0o-

Kami akan saling bertempur.

Aku harus bisa mengalahkan makhluk-makhluk serupa Kage ini, salahsatunya adalah Tousan. Aku akan bisa membalaskan dendamku—

—benarkah itu dendamku? Benarkah itu dendam seorang Kazekage penerus terhadap seorang Kazekage pendahulunya? Seharusnya Kazekage pendahulu menurunkan kebijakan, bahkan menurunkan ilmunya pada Kazekage penerus—

Tapi benarkah itu dendamku? Jika saja aku berada dalam posisi Tousan, apakah aku akan mengambil tindakan yang sama? Dengan tanggungjawab melindungi ribuan penduduk desa, sepertinya tindakan Tousan mengorbankan anak sendiri, jauh lebih baik daripada mengorbankan orang lain...

Tanganku refleks mengepal erat-erat.

Jika kau punya tanggungjawab sebegitu besar, dan kau tak punya pilihan lain, bahkan jika itu berarti mengorbankan orang terdekatmu—jiwa istrimu dan kehidupan normal anakmu sendiri—apakah itu akan kau pilih?

Aku tak bisa menjawab.

Kepalanku menjadi lebih erat.

-o0o-

Aku hanya berharap, bahwa kau akan bisa menangani kami, Nak. Aku hanya berharap kau bisa mengembalikan kami ke tempat kami yang seharusnya. Seharusnya aku tak boleh berharap terus, selalu menuntut darimu, tapi kalau boleh, ini tuntutanku terakhir padamu, Nak.

Kalahkan kami. Kembalikan kami ke tempat yang semestinya. Jangan biarkan wujud kami yang sekarang ini merusak kehidupan kalian, rakyat kalian, masyarakat kalian.

Aku akui, aku terlalu berharap. Tetapi, aku menduga kau sudah menduduki jabatan penting, bahkan kemungkinan besar Kazekage! Kalau tidak, mana mungkin kami para Kage dibangunkan kembali, digunakan kembali untuk melawan kalian!

Aku tak boleh berhenti berharap—

-o0o-

Aku tahu, mereka bukan para Kage yang sebenarnya. Para Kage itu sudah mati. Mereka hanya pemanfaatan jutsu plus chakra yang mereka punyai. Aku tak boleh menuruti kata hati, aku tahu aku harus melenyapkan makhluk-makhluk ini, tapi bukan dengan dendam terhadap Tousan

Aku hanya ingin bertemu secara normal dengan Tousan. Berbicara dengan wajar. Menjalani hari dengan biasa, seperti selayaknya ayah dan anak—

-o0o-

Aku hanya ingin bertemu denganmu, Nak, secara normal. Tak ada Ichibi. Berbicara dengan wajar. Menjalani hari dengan biasa, sepertinya selayaknya ayah dan anak—

-o0o-

Aku rindu padamu, Tousan!

-o0o-

Aku rindu padamu, anakku!

FIN