Naruto by Masashi Kishimoto
Tidak ada keuntungan apapun yang diperoleh dari penulisan fanfict ini kecuali rasa senang semata.
A fanfict for 1st anniversary Yamanaka Famiy (Root and Flower)
Nadia Syafiqah Present,
.
.
.
.
.
BELOVED FAMILY
Suara teriakan yang beradu dengan suara bola yang dipantulkan menggema mengisi keheningan koridor sekolah sore itu, ditambah dengan suara pintu loker yang dibuka bersamaan oleh gerombolan anak-anak yang baru saja berlatih futsal membuat suasana semakin ramai.
"Inojin, aku duluan ya."
Tepukan Boruto di punggungnya membuat kepala Inojin hampir saja beradu dengan pintu loker, dia hanya menanggapi dengan anggukan, enggan berkomentar lebih jauh.
"Inojin, kau pulang dengan siapa?"
Kali ini si gendut yang tak ingin disebut gendut, Chouchou Akimichi yang mengagetkannya.
"Aku dijemput ayah, pulanglah lebih dulu."
"Baiklah, aku dan Shikadai duluan ya."
Chouchou menggendong tas ranselnya yang Inojin yakin hanya berisi keripik kentang favoritnya, perempuan yang menjadi menejer tim itu pun berlalu bersama Shikadai Nara yang melambaikan tangan tak semangat, membuat koridor menjadi semakin lengang. Inojin membanting pintu lokernya dan segera menuju ke parkiran karena sang ayah telah menunggu di sana, namun sebuah kertas berwarna pink tertangkap oleh mata hitamnya ketika melewati tempat sampah, bukan kertas itu yang menjadi perhatiannya melainkan nama yang tertulis di atas kertas tersebut, namanya.
Dia mengambil kertas itu lalu memasukkannya ke dalam tas.
"Hai, Ayah. Maaf menunggu lama."
Sapanya setelah memasang sabut pengaman.
"Uhm, hai Inojin. Ibumu telah berulang kali menelpon ayah. Siapkan telingamu untuk mendengar ocehannya."
Inojin hanya tertawa mendengar candaan sang ayah, baginya selama ibunya masih bisa marah-marah berarti ibu masih menyayanginya. Ibu marah untuk kebaikan Inojin juga, kan?
"Tadaima, Ibu."
"Okaerinasai, Inojin-kun, Sai-kun. Kenapa pulang begitu terlambat, hm? Lihat sudah pukul berapa sekarang?"
"Gomen ne, Ibu. Latihan begitu padat hari ini dan Ayah terlambat menjemputku."
Ino mengalihkan atensinya pada sang suami yang sedang membuka jas kerjanya, "kenapa terlambat menjemput Inojin, Sai-kun?"
Sai berjalan menghampiri Ino yang berkacak pinggang di ruang tamu, matanya melirik sang anak yang telah sibuk dengan kuas dan kanvas baru yang dia belikan kemarin, ah anaknya memang kloningan yang sempurna darinya dan Ino, lihat saja bagaimana seriusnya dia ketika telah berhadapan dengan alat lukis, dia bahkan tak lagi mempedulikan anak rambut berwarna pirang warisan keluarga Yamanaka yang jatuh menutupi dahinya.
"Ino-chan, sedang PMS, eh? Kenapa kau begitu sensitif hari ini?"
Ino mencebikkan bibirnya mendengar jawaban Sai, dia mendengus lalu mengambil tas kerja suami dan anaknya yang diletakkan sembarangan di sofa ruang keluarga,
"Inojin, ganti bajumu dan mandi, setelah makan kau harus belajar. Setelah itu, kau baru bisa menyentuh alat lukis."
"Ya bu,"
Ino menarik napas melihat Inojin hanya mengiyakan tanpa melaksanakan hal yang dia minta, dia merebut kuas dari tangan anaknya lalu menyembunyikannya dibalik punggung,
"Ibu tidak pernah melarangmu untuk melukis. Tapi, prioritaskan kebutuhanmu terlebih dahulu, Inojin. Cepat ke kamar."
Inojin memutar bola matanya sebal dan segera menuruti perintah sang ibu.
"Sai-kun?"
"Ya?"
"Butuh peringatan juga?"
Sai tertawa mendengar suara geram istri cantiknya ini, dia bangkit dari kursi lalu mengecup kening Ino penuh kasih,
"Kau tahu, Ino? Aku selalu menyukai saat-saat seperti ini. Hanya ada kamu, aku, dan Inojin. Aku tak berharap apa-apa lagi, karena kalian sudah membuat hidupku lengkap dan penuh warna. Terima kasih."
Ino memeluk pinggang Sai dan merebahkan kepalanya di dada bidang sang suami, menikmati kehangatan yang selalu ditawarkan laki-laki yang dia nikahi 19 tahun yang lalu itu.
"Aku menyayangimu."
Ucap mereka bersamaan.
"Inojin,"
Tegur Ino ketika mereka baru saja makan malam dan sedang berkumpul diruang keluarga,
"Ya Ibu?" jawabnya tanpa mengalihkan pandangan dari buku cetak kimia yang sedari tadi dia tekuri,
"Ibu menemukan ini di dalam tasmu," Ino mengacungkan sepucuk kertas berwarna pink yang bahkan sudah Inojin lupakan keberadaanya.
"Oh."
Sai yang duduk tak jauh dari anaknya mengerutkan kening mendengar jawaban 'Oh' yang keluar dari mulut Inojin.
"Hanya 'Oh'?" tanyanya
"Lalu Ayah berharap aku menjawab apa?" sahut Inojin cuek. Sai menggeleng pelan dan kembali mengalihkan pandangan ke arah televisi yang menyiarkan acara talkshow.
"Ibu bisa membacanya?"
Tanya Ino penuh harap dan dijawab anggukan kepala, melihat kode iya dari si empunya surat membuat Sai beringsut ke arah Ino, ingin mengetahui kali ini siapa perempuan yang memberikan anaknya surat berwarna pink, surat cinta.
"Wow! Surat yang luar biasa."
Pekik Ino setelah membaca surat tersebut, matanya berbinar senang dengan bibir yang mengulum senyum yang tampak aneh di mata Inojin,
"Memangnya, itu surat dari siapa, Bu?"
Ino merangkul bahu kanan Inojin dan berbisik pelan,
"Coba kau tebak, hm."
Inojin mengangkat bahu tak acuh, Sai ikut duduk di samping kirinya dan tersenyum jahil,
"Tampaknya kita akan berbesan dengan keluarga Uchiha, bukan begitu Ino-chan?"
Inojin berpikir sejenak, "APA!? UCHIHA? MAKSUD IBU SURAT ITU DARI SARADA?" teriaknya. Ino mengangguk keras dan tersenyum gembira.
"Impossible!"
"Impossible is nothing!"
Inojin merebut kertas itu dari ibunya lalu membacanya sendiri,
Hei Inojin Yamanaka yang super cool.
Aku menyukaimu.
Sejak kita pertama kali bertemu, saat bibi Ino mengenalkanmu padaku ketika dia bertemu dengan Mama di sebuah pusat perbelanjaan.
Aku menyukai lukisanmu.
Lukisan pertama yang kau berikan untukku ketika aku berulang tahun yang keenam belas kemarin, walaupun aku tahu kau sangat terpaksa melukis itu untukku.
Hey, manusia super sengak!
Aku menyukaimu.
Aku bahkan sudah lupa kenapa aku bisa menyukaimu. Huh.
Ketika kau membaca surat ini, berarti aku sudah berhasil mengalahkan harga diri yang selama ini melarangku untuk menyampaikan hal ini padamu,
U.S (11-A)
p.s: Surat ini adalah dare dari Mitsuki, dan ini jujur. Tapi, terserah kau sih mau percaya atau tidak.
"Percaya sekarang?"
Inojin tak lagi bisa merespon pertanyaan ibunya, mata hitamnya masih memandang inisisal U.S yang ada di akhir surat. Tidak salah lagi, satu-satunya perempuan kelas 11-A yang berinisial U.S hanya Uchiha Sarada. Ah, Inojin baper.
FIN!
Happy birthday for Yamanaka Family yang pertama. Maaf cuma bisa nyumbang fanfict yang tak seberapa ini. Semoga ke depannya makin bagus lagi dan berkembang ya grupnya!
All the best dan tetap berkarya!
Salam bunga tinta,
Nadia Syafiqah (Fikachuu)
