Chapter 1: Keluarga Baru

Tittle: Kepuasan

Author: Hime Putri Akira137

Disclaimer: Masashi Kishimoto

Genre: Crime, Romance, Slice of Life, Family, Drama.

Pairing: NaruSasu, BoruMenma, ItaKyuu slight NaruSaku.

Rate: M

Warning: Yaoi, Slash, BL, ada adegan kekerasan yang berangsur, Lemon Scene, Hardcore, bahasa yang vulgar, EYD, OC, Incest.

Summary: Menma tidak pernah mengenal siapa ibunya, yang merawatnya dari kecil adalah ayahnya. Namun, saat ayahnya menikah lagi karena paksaan dari nenek dan kakeknya kehidupan akan kepuasan pun telah dia nikmati, ibu tiri yang dia tunggu telah datang.

Note: Meskipun authornya masih dibawah umur, tapi tetap saja gak bisa nolak yang namanya yaoi. Fanfic ini untuk kalian yang punya saudara tiri yang teramat jahat maka lakukanlah hal yang juga pernah mereka lakukan pada kalian. Fanfic sesuai pesanan para penggemar NaruSasu FansClub maaf kalo garing ya. Kalo lemonnya kurang review aja.

Boruto: 19 tahun

Menma: 18 tahun

Ryuuuchi, Syuuichi dan Yuki: 21 tahun

Happy Reading

Don't Like Don't Read

.

.

.

Mata sapphirenya menatap tiap tamu yang berdatangan silih berganti didepan pintu utama, melangkahkan kaki mereka untuk memasuki gedung besar ini. Sebagai putra kesayangan dia akan diam saat melihat ayahnya menikah untuk ketiga kalinya, tidak ada penolakan dihatinya, tapi tatapannya sangat tidak suka saat melihat wajah wanita itu tersenyum menggandeng tangan ayahnya dengan mesra, perlahan wajah akan kebencian itu sirna tergantikan dengan senyum liciknya.

"Menma!" Panggilan seseorang membuatnya berbalik mencari sumber suara, mendapati seseorang tengah berjalan menujunya.

"Boruto!" Matanya terlihat sendu saat melihat wajah orang yang berjalan kearahnya, kerinduan akan hal yang kecil, tersenyum senang saat orang itu datang kearahnya dengan senyum khas yang merupakan keturunan dari ayah mereka berdua.

"Menma, jadi kau akan punya ibu baru? Apakah kau tidak akan berkunjung lagi ke tempatku?" Katanya dengan wajah sedih akan kabar bahagia ini, menatap wajah yang sedang tersenyum kecut.

"Tentu saja, aku akan berkunjung ke tempatmu, itu juga jika sempat bukannya kau bisa bertemu denganku di sekolah?" Kata bocah itu menatap orang terkasihnya dengan senyum paksa.

"Baiklah, aku pergi dulu, Himawari sepertinya sedang menangis!" Katanya beranjak pergi menjauh dengan lambaian tangan.

Menma Namikaze anak tunggal dari si bungsu Namikaze, namun kini dia bukanlah anak tunggal lagi karena dia akan memiliki seorang adik perempuan, bisa disebut adik tiri dari dulu Menma benci saudara tiri tapi Menma tidak dapat menghalangi kebahagian ayahnya yang terpaksa karena keadaan sekarang.

Menma tidak pernah mengenal atau tau akan wajah ibu kandungnya, tiap kali dia menanyakan hal tersebut pada ayahnya, jawaban yang dia dapatkan adalah sebuah ketidak pastian. Menma benci ibu tiri, dulu saat dia punya ibu tiri orangnya baik namanya Hinata Hyuga, wanita yang teramat lemah lembut dan sangat anggun, baik padanya tidak pernah marah atau memukulnya, dia suka akan sikap wanita itu. Tapi, saat Menma ingin melancarkan rencananya pada wanita itu, tidak berselang lama wanita itu dengan ayahnya bercerai.

Tapi, kali ini Menma yakin wanita bernama Sakura Haruno itu akan bersikap terbalik dari Hinata, dan ini adalah tantangan buat Menma serta gadis itu.

"Kak Menma a-ano!" Menma berbalik mendapati seorang gadis kecil menunduk malu, sedang menggandeng tangan dengan seseorang.

"Hima-chan, sudah lama tidak bertemu!" Menma berlutut untuk mensejajarkan tingginya dengan gadis kecil didepannya. Mengelus pelan surai rambut hitam yang merupakan keturunan dari ibunya.

"Kak Menma selamat ya, dan juga jangan lupa sering-sering berkunjung ke rumah, nanti jika Himawari rindu, siapa lagi yang akan Himawari ajak bermain?" Kata gadis kecil itu menatap Menma yang hanya mengangguk pelan sebagai jawaban setuju.

"Iya, Hima-chan. Kak Menma akan sering berkunjung. Baiklah aku pergi dulu, Boruto jaga adikmu!" Kata Menma meninggalkan dua kakak-adik yang tersenyum senang.

Menma melihat bahwa pesta pernikahan akan lama selesai. Setelah sampai di rumah baru nanti, mungkin Menma akan menggeledah seisi rumah untuk membuat rencana atau semacamnya yang dapat dia gunakan nantinya.

"Papah, apakah masih lama, aku harus pergi sekarang?" Kata Menma menatap papahnya yang hanya tersenyum pada tamu, lalu menatapnya dengan tatapan lembut.

Senyum palsu, membuat semua orang tertipu akan senyum merekah itu, tapi tidak untuk Menma dia tau akan senyum itu, berbagai perasaan terpendam dan menumpuk bagaikan sebuah buku tebal yang siap dibakar oleh api amarah.

"Baiklah, kau bisa pergi kesana terlebih dahulu!" Kata sang pria itu mempersilahkan putra kesayangannya untuk pergi ke rumah baru mereka.

"Naruto, bukannya kau terlalu memanjakannya?" Tanya wanita yang telah menjadi seorang istri dari pria tersebut menatap kesal suaminya dan bocah yang pergi dengan angkuh serta wajah dinginnya.

"Dia anakku bukan anakmu, Sakura!" Kata pria itu tersenyum menatap wanita didepannya dengan tatapan yang sulit diartikan.

Tidak lama datang seseorang yang mereka tunggu keluarga kecil yang sudah lama tidak dia jumpai, seorang wanita paruh baya sedang merangkul tangan seorang pria dengan mesranya yang diikuti dua anaknya yang berjalan terlebih dahulu, berdiri tepat didepan dua mempelai yang sedang tersenyum senang akan kebahagian mereka sekarang, tapi wanita paruh baya itu melihat ada paksaan tertera disenyum pria yang pernah dia cintai itu.

"Naruto-kun selamat atas pernikahanmu, aku turut senang akhirnya kau akan mempunyai keluarga lagi!" Senyum manisnya merekah, menatap mantan suaminya yang hanya menyambut jabatan tangannya.

"Terima kasih Hinata-chan, selamat atas kehamilanmu ya, semoga kau mendapatkan anak yang kuat seperti ayahnya dan mirip seperti ibunya!" Kata Naruto melihat kearah perut mantan istrinya yang membesar.

"Terima kasih, kami pergi dulu. Boruto, Hima-chan kalian bisa disini jika ingin melihat ayah kalian?" Kata wanita itu menatap kedua anaknya yang hanya mengangguk senang.

Naruto Namikaze seorang pria yang terkenal akan kekayaan perusahaannya Namikaze corp yang dipegang oleh kakaknya dan Uzumaki corp yang dipegang sang ayah, Naruto sudah menikah dua kali namun pernikahannya yang kedua gagal karena percerai, sedangkan yang pertama Naruto masih tutup mulut membahas akan pernikahan pertamanya. Sedangkan pernikahannya yang sekarang Naruto tidak tau akan ada hal apa saja yang terjadi pada anak yang sedang pergi, berbagai perasaan berkecambuk dihatinya tapi biar begitu tetap tidak ada yang tau siapa ibu dari Menma Namikaze.

"Ayah, apakah aku bisa berkunjung kapan saja ke rumah barumu untuk menemui Menma?" Tanya bocah lelaki itu menatap ayahnya, bersanding di altar pernikahan dengan wanita yang teramat dia kenal, wanita yang merupakan ibu dari teman sekelasnya.

"Tentu saja, pintu rumah akan selalu terbuka untukmu dan juga Hima-chan, kalian jangan sungkam ke rumah baru ayah!" Kata Naruto berlutut tepat didepan kedua anak semata wayangnya itu.

Boruto Namikaze mungkin nama marganya telah berganti karena anak semata wayangnya ini telah mempunyai ayah baru, dan juga gadis kecil itu, Himawari Namikaze merupakan adik dari Boruto mirip memang tapi hanya goresan tertera dipipinya sedangkan wajahnya lebih mirip ibunya.

"Ayah, apakah Menma senang jika aku sering mengunjunginya?" Tanya Boruto menatap wajah ayahnya itu dengan rasa penasaran.

"Tentu saja, Menma pasti akan merasakan senang apa lagi yang berkunjung adalah kakak kesayangannya atau bisa disebut kekasihnya!" Kata Naruto menatap senang anak kesayangannya itu, mengelus rambutnya dengan lembut.

"Baiklah, ayo Himawari kita pergi!" Ajak Boruto pada adiknya yang hanya mengangguk, beranjak pergi meninggalkan sang ayah yang teramat dia rindukan.

"Naruto-kun, nanti malam apakah kau bisa menemaniku?" Tanya wanita itu bergelayut manja ditangan suaminya itu, membuat semua mata yang melihat iri akan kemesaraan itu.

"Mungkin bisa jika sebentar, tapi malam ini aku harus ke rumah sakit ada beberapa pekerjaan menungguku disana!" Kata Naruto menatap istri barunya itu.

Tidak lama datanglah Menma dengan tangan yang sedang menggendong sesuatu, membuat Naruto yang sedang menyambut beberapa tamu mulai memperhatikan anak kesayangannya itu dengan kebingungan. Dengan wajah ketidak perduliannya Menma terus berjalan menghampiri sang papah dan berdiri disampingnya.

"Papah, paman Kyuubi datang!" Kata Menma melihat kearah pintu utama yang terlihat seseorang berjalan dengan angkuhnya dengan menggandeng tangan seseorang.

Terlihat dua orang pria tengah berjalan dengan mesranya, dibelakang mereka ada tiga anak kembar sedang berjalan menatap ketidak sukaan, tiga bocah kembar itu berjalan dengan wajah malas dan kesal, karena mereka sangat tidak suka berada ditempat ini.

"Kak Ryuu!" Menma mendekati salah seorang bocah yang berpaut lima tahun darinya, mulai membicarakan sesuatu yang sangat rahasia.

"Naruto, adikku! Maaf kami datangnya terlambat, kau tau anak-anak kami terlalu sulit dibujuk karena mereka tau ini bukan pernikahan yang...!" Kata seorang pria tersenyum dengan paksa menatap Naruto.

"Iya aku tau kok, lalu kak Kyuubi bagaimana dengan pekerjaannya masih bisa menanganinya sendiri?" Kata Naruto tersenyum penuh kemenangan, menatap kakak iparnya yang sedang tersenyum disampingmya.

"Tentu saja, aku bisa menanganinya, selama ada Itachi aku dapat melakukan sesuatu yang sulit sekali pun!" Kata pria itu menatap pasangan hidupnya yang berdiri tepat dibelakangnya.

"Baguslah! Hmm... Kak, hewan yang digendong Menma itu pemberianmu?" Tanya Naruto menunjuk pada hewan yang sedang digendong oleh Menma, merasa aneh dengan pemandangan yang pertama kali dia lihat.

"Tentu saja, kau tau Menma sangat menginginkan musang itu!" Pria itu berbalik menatap keponakannya yang terlihat senang mendapatkan hadiah darinya.

"Kau terlalu memanjakan anak itu, kak?" Kata Naruto hanya menggeleng kepalanya.

"Kau sama saja Naruto, baiklah ayo Itachi kita pergi sudah saatnya kita mengantar anak-anak!" Ajak pria itu ingin pergi namun dicegat oleh Naruto.

"Are... Sebegitu cepatnyakah? Kau tau kalian baru saja datang?" Kata Naruto merasa pertemuan mereka sangat singkat, mereka belumlah berbicara banyak tapi kenapa terburu-buru sekali perginya.

"Maaf Naruto, hari ini anak-anak kami akan melakukan rekreasi di sekolah mereka, dan jam yang ditentukan pun hampir lewat!" Kata seorang pria yang berada dibelakang kakak Naruto.

"Baiklah, kalian hati-hati ya, terima kasih atas hadiahnya aku yakin Menma akan merawat musang itu dengan baik!" Kata Naruto tersenyum senang.

"Iya, sampai jumpa di rumah sakit Naruto!" Kata pria itu beranjak pergi dengan menggandeng tangan suaminya.

Menma yang sedang asik berbincang dengan ketiga kakak sepupunya itu, menatap dengan kedataran wajah. Jika sudah berhadapan dengan ketiga kakak sepupunya ini, maka aura dingin dan kedataran akan berbicara pun sudah menjadi makanan mereka sehari-hari.

"Menma kau yakin dapat bertahan dengan wanita itu?" Tanya bocah yang berpaut lima tahun dari Menma, lebih dewasa dari kedua saudara kembarnya yang lain.

"Tentu saja, aku tidak mungkin tinggal diam, jika wanita itu memperlakukanku dengan kasar!" Kata Menma mengelus hewan yang ada digendongannya, bulunya yang lembut dan putih membuat Menma tidak berhenti memberikan sentuhan lembut pada musang digendongannya.

"Ryuuchi, Syuuichi, Yuuki ayo pergi sudah saatnya!" Kata pria itu datang mengajak ketiga anak kembarnya untuk pergi dari tempat itu.

"Baik mama! Menma jika ada sesuatu terjadi katakan pada kami!" Katanya kemudian beranjak pergi dengan diikuti kedua adiknya yang berjalan mengekornya.

"Menma kami pergi dulu!" Kata pria itu tersenyum mengelus puncak rambut Menma.

"Iya!" Menma terlalu fokus pada hewan yang dia dapatkan, sudah terlalu lama dia menginginkan hewan yang berada digendongannya itu. Pada akhirnya telah mendapatkannya, hewan langka yang sudah lama Menma incar.

Setelah kedua pria itu pergi dengan ketiga anak kembar mereka, pada akhirnya Menma hanya dapat diam ditempat, merasa kesenangan dengan apa yang dia dapatkan sekarang, hingga dia lupa dengan rencananya untuk pulang ke rumah dengan beberapa rencana yang hilang karena melihat hewan kesayangannya.

"Are... Sebegitu senangnyakah mendapatkan apa yang diinginkan selama ini?" Kata seseorang dari belakang punggung Menma yang berjalan tepat dibelakangnya.

"Boruto!" Menma berbalik mendapati orang yang dia rindukkan selama dua minggu ini, libur sekolah karena ada kegiatan diluar negeri jadi mereka baru dapat bertemu sekarang.

"Wahh... Akan kau namakan siapa hewan digendonganmu itu?" Kata Boruto mengelus lembut hewan yang digendong oleh Menma.

"Kitsune, bagaimana?" Tanya Menma menatap wajah Boruto yang hanya mengangkat satu alisnya, menandakan dia sedang kebingungan atau merasa aneh dengan nama baru dari hewan tersebut.

"Kau yakin, kitsune. Itu sama saja dalam artian bahasa Jepang!" Kata Boruto mencubit pipi Menma dengan gemas.

"Sudahlah Boruto, kau memang tidak bisa menghargai pendapat orang lain!" Kata Menma beranjak pergi meninggalkan Boruto yang hanya menggeleng kepalanya dengan kekehan kecil.

"Boruto!" Panggil seseorang membuat Boruto berbalik mendengar namanya ada yang memanggil, mendapati seorang gadis berdiri dengan kepala tertunduk.

"Eh, Sarada selamat ya akhirnya kau akan memiliki ayahku, yah pada dasarnya aku tidak senang mendengar ayahku akan menikah lagi, tapi saat mendengar bahwa kau yang akan menjadi adikku, akhirnya aku menerima saja!" Kata Boruto melihat gadis didepannya itu dengan senang.

Sarada Haruno menatap Boruto dengan jantung berdegup kencang melihat betapa malunya saat orang yang dia sukai selama ini akan menjadi saudara tiri, mungkin kini cintanya tidak akan bertepuk sebelah tangan kali ini, dan peluangnya untuk mendekati Boruto sangatlah banyak, pasti dia dapat membuat Boruto jatuh kepelukannya nanti.

"Ano. Boruto sebenarnya ada yang ingin aku katakan padamu?" Kata Sarada menatap wajah tampan didepannya dengan gugup, mencoba untuk tidak salah tingkah.

"Apa itu? Katakan saja, tentang Menma'kah?" Kata Boruto menatap gadis didepannya itu dengan kebingungan, dalam hati dia dapat menebak apa yang akan dikatakan gadis ini.

"A-aku suka padamu Boruto, aku ingin kau jadi kekasihku?" Kata Sarada memejamkan matanya menunggu reaksi dari Boruto yang hanya terbelalak terkejut.

"Sarada, lihat aku!" Kata Boruto membuat Sarada membuka matanya menatap pemuda tampan didepannya, lalu mulai menunjuk kepada seseorang yang sedang menatap mereka dengan tajam dengan menggendong seekor binatang ditangannya.

"Hah!" Sarada terkejut melihatnya, bukannya itu Menma yang sedang menatap kearah mereka, kenapa dia melihatnya seperti itu.

"Apa kau mengerti Sarada?" Kata Boruto yang membuat Sarada menggeleng pelan menatap Boruto dengan kebingungan.

"Maaf, aku tidak bisa menerima ajakanmu, aku akan mendapati masalah besar jika menjadi kekasihmu!" Kata Boruto menghela nafas lelah, melihat sosok dibelakangnya dengan ekor matanya.

"Jadi, kau menolakku?" Kata Sarada tidak mengira bahwa dia ditolak mentah-mentah pada orang yang selama ini dia sukai, bertahun-tahun Sarada memendam perasaan ini, menunggu saat-saat seperti ini dan yang dia dapatkan adalah penolakan secara tidak langsung.

"Maaf ya, kau akan dapat masalah besar jika berpacaran denganku, lebih baik kita berteman saja!" Kata Boruto beranjak dari tempatnya, meninggalkan Sarada yang masih bergeming ditempatnya dengan luka yang teramat sakit.

Boruto melambaikan tangannya kearah Menma yang hanya membuang muka, karena kesal akan apa yang dia lihat tadi, kakak tirinya berbicara mesra dengan adik tirinya. Che menjijikkan sekali.

"Hai sayang, kau kenapa?" Tanya Boruto merangkul sang kekasih dengan mesranya, melihat wajah yang sedang kesal karena sikapnya tadi, mungkin.

"Apa saja yang kau bicarakan dengan Sarada?" Tanya Menma mendelik Boruto dengan tajam, menatap dengan kesal.

"Wahh. Kau cemburu ya, senangnya ada yang cemburu, kau imut saat marah Menma!" Kata Boruto terkekeh pelan melihat tingkah kekasihnya yang hanya membuang muka karena malu.

"Baiklah. Baiklah, akan aku jelaskan, sebenarnya Sarada tadi menyatakan cinta padaku dan mengajakku untuk menjadi kekasihnya!" Kata Boruto dengan santainya mengambil minuman dari pelayan yang berlalu lalang, membawakan minuman untuk tamu yang berdatangan.

Sret.

"Apa!" Kata Menma terkejut menarik kerah baju Boruto dan membuat jarak diantara mereka menyempit, menatap dengan tajam menantang sang seme untuk menatapnya.

Cup.

Boruto mengecup pelan bibir ranum Menma yang langsung menjauhkan wajahnya dengan malu, mengusap bibirnya yang memang sudah tidak perawan lagi.

"Tenang Menma, aku sudah menolaknya dan hanya menganggapnya sebagai teman atau saudara!" Kata Boruto tersenyum puas mendapatkan sebuah kemenangan, berupa pengharagaan karena telah mendapatkan ciuman tidak sepihak dari Menma.

"Kuso. Seme tidak tau diri, jangan sentuh aku lagi dan kau tidak akan mendapatkan jatah selama sebulan!" Kata Menma beranjak pergi meninggalkan Boruto dengan keterkejutannya.

"A-apa sebulan tanpa menyentuhmu!" Kata Boruto menatap kepergian Menma yang hanya diam tanpa melihat kearah belakang.

"Hahaha. Yang tidak dapat jatah sebulan. Sabar Boruto seharusnya kau memperlakukan Menma dengan lembut!" Kata Naruto datang dengan menggendong Himawari yang tertawa pelan melihat kakaknya yang cintanya ditolak.

"Kakak juga yang salah, kalo ingin bicara dengan Kak Menma siapkan mental dulu!" Kata Himawari.

"Hahh... Sebulan itu rasanya setahun, bagaimana nanti di sekolah, apa yang harus aku lakukan saat dia mengabaikanku dan nanti saat di ruang ganti olahraga, apa yang harus aku lakukan?" Kata Boruto meratapi nasibnya yang tidak menyentuh tubuh mulus itu sebulan, lalu tidak lagi mendengarkan suara merdu itu mengalun indah saat malam hari.

"Boruto, lihat Sarada kau bisa memanfaatkannya sementara waktu sampai sebulan, mulailah pendekatannya dan ajak dia menjadi temanmu!" Kata Naruto melihat kearah Sarada yang diam menata gelas bening ditangannya.

"Baiklah, terima kasih atas sarannya ayah!" Kata Boruto beranjak dari tempatnya menghampiri Sarada yang bergeming ditempatnya.

"Hima-chan kita lihat apa yang akan dilakukan Kak Menma, saat melihat kakakmu berdekatan dengan seorang gadis?" Kata Naruto melihat putra yang sedang melambaikan tangannya pada gadis berkacamata itu.

"Panggil saja Kak Menma, lalu kita lihat nanti raksinya?" Kata Himawari menunjuk kearah dimana Menma sedang berdiri sendirian.

"Menma!" Panggil Naruto membuat orang yang dipanggil menoleh dan beranjak untuk menghampirinya.

"Ada apa?" Tanya Menma yang baru datang dengan membawakan segelas air ditangannya, menatap Naruto yang menunjuk kearah dimana Boruto sedang asik bercanda dengan Sarada.

Krak.

"Kuso" tatap Menma tajam, membuat gelas kaca yang ada ditangannya pecah seketika saat dia genggam dengan erat, beranjak dari tempatnya dengan kesal.

"Wahh... sepertinya Kak Boruto akan mendapat amukan dari Kak Menma, ayo ayah kita lanjutkan tontonannya!" Kata Himawari yang hanya mendapat anggukan dari Naruto.

Terlihat Menma berjalan dengan kesal menuju arah Boruto dengan membawakan sebilah pisau digenggamannya, entah akan Menma gunakan untuk apa mungkin membuat goresan baru pada Boruto nantinya.

"Lihat Hima-chan apa yang dibawa Kak Menma, dia berniat melakukan apa dengan pisau itu?" Kata Naruto melihat putra berjalan dengan tatapan menusuk membawakan sebilah pisau yang teramat tajam.

"Apakah Kak Menma berniat membunuh orang?" Tanya Himawari mendongakkan kepalanya menatap wajah ayahnya yang menggeleng pelan.

"Tentu saja tidak, dia hanya mengancam kakakmu!" Kata Naruto menatap malas, dia tau jelas seperti apa sifat anaknya itu, keturunan dari istri pertamanya.

Boruto melihat senyum cantik didepannya walaupun tidak dapat menjadi seorang kekasih dari gadis ini, karena Boruto terlanjut mencintai orang lain. Maka dia hanya bisa menganggap saudara tirinya itu sebagai teman.

"Teman ya?!" Kata seseorang membuat Boruto terbelalak terkejut, melihat kearah belakang dengan ekor matanya, tidak berani menoleh karena dia merasakan lehernya yang dingin menyentuh sesuatu yang tajam.

"Menma apa ya-" kata Sarada terpotong saat mendengar Menma berteriak dan mengarahkan pisau kearahnya.

"Diam kau dasar penjilat, murahan, tidak ada harga diri, beraninya kau menggoda kekasih orang lain. Che bitch!" Kata Menma mengarahkan pisau yang dia pegang kearah Sarada yang hanya diam membeku.

Sret.

"Menma, tenanglah!" Kata Boruto menarik lengan tan itu dan mengambil pisaunya lalu menaruhnya keatas meja.

"Lepaskan!" Kata Menma mencoba berontak dari genggaman Boruto yang membawanya menjauh dari acara pernikahan ayah mereka yang masih berlangsung.

Sarada baru kali ini mendengar kata kasar dari seorang Menma yang sangat dia kenal sebagai orang yang pendiam, tidak pernah berkata kasar atau pun mengolok temannya tapi ini apa, seorang Menma Namikaze mengata-ngatainya dengan tidak ada sopan santun.

.

.

Tepat dibelakang halaman gedung yang sunyi tidak ada seorang pun yang berlalu lalang hanya ada Boruto dan Menma yang terlihat berjalan dengan sedikit memaksa. Berjalan lagi kesebuah tempat yang lebih sunyi dan sempit, seperti gang kecil yang sedikit sempit namun masih bisa dimasukki beberapa orang.

"Lepaskan!" Menma menghentakkan tangannya membuat genggaman Boruto terlepas dari genggamannya. Mengelus pergelangan tangannya yang terasa sakit akibat dari cengkraman tangan Boruto yang kuat.

Menma beranjak pergi meninggalkan Boruto tanpa sepatah kata pun.

Sret.

Cup.

"Hmm.. nghh!" Menma mencoba berontak saat tangan dan kakinya dikunci begitu pun mulutnya yang dilumat oleh Boruto dengan nikmat.

Boruto menjelajahi rongga mulut Menma yang hangat itu, lalu melilitkan lidahnya dengan lidah Menma mengajaknya untuk sekedar bermain adu lidah. Membuat suara kecapan yang sangat basah, hingga saliva pun keluar dari sudut mulut Menma.

"Nghh.. hmpp.. ahh.. Bo.. nghh!" Menma mendesah saat tangan Boruto mulia masuk kedalam pakaiannya, naik seperti mencari sesuatu didalam sana. Sementara tangan satunya mencoba melepaskan kancing baju Menma.

"Tunggu-hmm.. nghh.. ahh!" Saat tangan Menma mencoba menghentikkan tangan Boruto, dengan sengaja Boruto menggesekkan lututnya pada bagian bawahnya yang masih terbungkus celana.

Setelah pada kancing terakhir Boruto pun melepaskan ciuman memabukkan itu, membuat benang saliva diantara kedua bibir. Boruto melihat wajah memelas yang kelelahan akibat ciumannya, rona merah yang sangat seksi saat mata sayu itu menatap ingin lebih, memaksa dirinya untuk kembali menyentuh kebagian yang lainnya.

"Aku tidak dapat menahannya lagi!" Boruto kembali melanjutkan kegiatannya dengan menjelajahi leher tan yang mulus tanpa cacat itu.

"Ahh.. Boruto.. ahh.. lagi.. ahh!" Menma mendesah saat Boruto menggigit pelan lehernya, menjilat dan mengecupnya. Memanjakan leher yang akan dia berikan tanda entah berapa kali sudah dia memberikannya. Sebuah tanda yang tidak akan Menma sembunyikan saat sekolah nanti.

"Ahh.. ja-jangan.. ahh.. disana!" Mulut Boruto semakin turun hingga ke-nipple Menma yang mengeras sempurna, menjilat dan mengulumnya berharap akan ada sesuatu yang keluar dari sana.

Satu tangan Boruto mencoba menahan tangan Menma yang ingin menghentikkan kegiatannya, sementara tangan kanannya dia gunakan untuk memilin nipple kiri Menma yang merah muda.

"Ahh.. Boruto.. lagihh.. ahh.. akhh!" Menma menggeleng kepalanya kekanan dan kekiri, tidak menahan kenikmatan yang diberikan oleh Boruto padanya.

"Hahh.. hahh.. Boruto?" Menma melihat Boruto telah berhenti menjamahnya, menatap penuh tanda tanya kenapa Boruto berhenti ditengah jalan, setaunya Boruto tidak pernah berhenti saat dia mendesah kenikmatan seperti tadi.

"Sekarang kau yang layani aku!" Kata Boruto tersenyum penuh arti pada Menma.

"Baiklah!" Kata Menma memutar matanya malas, dia tidak dapat menolak keinginan dari kekasihnya jika sudah ingin menjamahnya.

.

.

Hinata Hyuga melihat kesana kemari mencari sosok putranya yang menghilamg dari pesta berlangsung tadi yang dapat dia temukan hanya putri kecilnya yang asik bermain dengan mantan suaminya di altar pernikahan.

"Hinata-chan ada apa?" Tanya Naruto melihat wanita cantik itu sedang kebingungan, seperti sedang mencari sesuatu dari tadi tapi belum menemukamnya.

"Boruto, apakah kau melihatnya?" Kata Hinata menatap Naruto yang tersenyum senang kepada Himawari, menyisyarat tentang kejadian tadi.

"Sstt!" Kata Himawari meletakkan jari telunjuk tepat didepan bibirnya, memberikan isyarat pada Naruto agar tutup mulut atas kejadian tadi.

"Tenang Hinata-chan, Boruto ada dengan Menma biar aku yang hubungi mereka jika kau masih cemas!" Kata Naruto menatap putri kecil yang tertawa kecil.

"Benarkah baguslah, aku cemas sekali, aku takut dia berkelahi dengan Iwabe!" Kata Hinata menatap Naruto yang asik duduk di altar pernikahan dengan putrinya.

"Kau tenang saja, sekarang Boruto sedang memberi hukuman pada Menma!" Kata Naruto membuat Hinata mengerutkan keningnya kebingungan.

"Ma-maksudnya?" Kata Hinata tidak mengerti, memberi hukuman memangnya apa diperbuat Menma hingga dia dihukum anaknya.

"Mama, sebenarnya kakak hanya pergi keluar bersama Kak Menma!" Kata Himawari membuat Hinata mengangguk pelan sebagai jawaban.

.

.

"Hmm.. nghh..!" Menma memaju mundurkan kepalanya dengan tempo sedang, begitu pun tangannya yang sedang mengocok penisnya yang sedang menegang dibawah. Mengocoknya sesuai dengan irama tempo kuluman pada penis Boruto dimulutnya.

Boruto hanya mengelus rambut raven itu dengan lembut, menyaksikan kekasihnya melayaninya.

Drtt. Drtt.

Boruto mengambil handphone yang ada disaku bajunya, melihat nama papahnya tertera tepat didepan layarnya, entah ada angin apa yang membuat papahnya menelponnya.

"Hallo. Ada apa pah?"

"Kau ada dimana?"

"Aku ada disebuah tempat yang tenang!"

"Belakang gedung pernikahan, mamamu mencarimu, Boruto!"

"Benarkah, katakan padanya bahwa aku akan pulang nanti malam, aku ada urusan dengan Menma!"

Menma yang mendengar namanya disebut-sebut hanya diam kembali melanjutkan aktifitasnya, memperdalam kulumannya pada penis Boruto yang ada didalam mulutnya.

"Stt. Papah nanti kita lanjutkan!"

"Baiklah!"

Boruto memejamkan matanya saat sesuatu ingin keluar dari penisnya, sesuatu yang mendorong hingga membuatnya semakin memperdalam kuluman Menma.

"Hmm.. nghh.. hmmpp!" Menma mempercepatan kocokan pada penisnya dan tempo kuluman pada penis Boruto, merasakan sesuatu yang bergejolak ingin keluar dari penisnya.

"Sstt!" Boruto mendesis saat penisnya mengeluarkan cairannya tepat dimulut Menma yang mengerang nikmat.

"Hmmpp!" Menma merasakan cairan Boruto yang keluar mengenai mulutnya menembakkannya sampai lima kali dan menelan semua benih Boruto tanpa sisa sedikit pun, begitu pun penisnya yang mencapai klimaksnya membasahi dinding tembok dan tangannya.

Menma melepaskan kulumannya pada penis Boruto, mencoba untuk mengatur nafasnya yang memburu. Melihat tangannya yang basah akibat dari cairan penisnya tadi, menjilatnya dengan sesual untuk membersihkan tangannya yang ada disisa cairannya sendiri.

"Apa kau masih ingin melanjutkannya?" Tanya Boruto mencoba membantu Menma berdiri.

"Lanjutkan!" Kata Menma menatap Boruto dengan tatapan sayu.

Menma berbalik membelakangi Boruto, mungkin mereka akan melanjutkan keronde kedua entah apa yang akan dilakukan Boruto pada Menma nantinya. Celana yang tadi melekat ditubuh mereka sudah terlepas dan ditaruh disebuah tempat.

"Cepat Menma!" Kata Boruto mendesak Menma agar memperbolehkannya memainkan bagian kesukaannya.

"Tunggu, aku mencoba mengatur nafas sebentar!" Kata Menma membelakangi Boruto yang sudah terlihat tidak sabar ingin memainkan bagian kesukaannya.

"Baiklah, aku tunggu!" Kata Boruto menyeringai setan, dalam hati dia sudah ketawa iblis, dia berniat mengerjai sang uke. Secara diam-diam Boruto mengeluarkan sesuatu dari jas baju yang dia kenakan, sebuah vibrator yang dia bawa untuk jaga-jaga kalo saja uke kesayangannya ingin bermain lagi.

Tanpa menggerakan sesuatu yang mencurigakan dari dirinya, perlahan tangan Boruto mengelus pelan bongkahan pantat yang sudah dia tusuk berkali-kali. Perlahan Boruto mengelus luar lubang rectum Menma yang sedikit mengerang karena menahan nikmat. Tanpa aba-aba Boruto pun memasukkan vibrator yang dia pegang.

"Hyaaaaaa.. ahh.. ahh.. ahh!" Menma berteriak saat merasakan lubang rectumnya ada sesuatu yang mendorong masuk, melihat kebelakang ternyata Boruto memasukkan sebuah alat vibrator secara perlahan kelubang rectumnya yang sempit, sudah lama tidak dimasukki oleh Boruto.

"Kenapa Menma, merindukan alat ini lagi?" Tanya Boruto memaju mundurkan vibratornya secara perlahan, bergetar tepat didalam rectum Menma membuat pantatnya bergerak sendiri untuk memperdalam tusukan dari vibrator itu.

"Kuso. Ahh.. Boruto.. lebihh.. ahh.. dalam!" Kata Menma menikmati permainan tersebut, merasakan prostatnya mengenai vibrator yang bergetar cepat.

Drrtt. Drtt.

Tangan Boruto berhenti bergerak saat handphonenya kembali bergetar, menandakan ada telpon masuk, melihat dilayar handphonenya tertera sebuah nama salah satu teman sekelasnya.

"Hallo, ada apa Shikadai?"

"Aku ingin berbicara dengan Menma!"

"Baiklah!"

Boruto memberikan handphonenya kepada Menma yang masih asik menggerakan pinggulnya untuk memperdalam tusukan.

"Dari siapa?" Tanya Menma mengambil handphone Boruto, menempelkannya pada telinganya.

"Hallo, ada apa?"

"Menma, besok kau akan pergi kemana? Masih ada waktu libur?"

"Aku hanya ingin di rumah, bermain bersama Boruto, kau mengganggu acaraku!"

"Hahh... Merepotkan, kau yakin aku dan yang lain ingin pergi ke pantai, aku dipaksa Inojin untuk mengajakmu dan Boruto!"

Melihat sang uke asik bertelponan dengan nada kesal, Boruto memperdalam lagi vibratornya yang semakin bergetar hebat didalam lubang rectumnya.

"Ahhhh. Boruto!"

"Wahh. Sepertinya kalian sedang bertempur ya, baiklah lanjutkan saja, nanti akan aku katakan pada Inojin bahwa kau sedang sakit!"

Menma melempar handphone Boruto ketanah dan kemudian hancur lebur tidak berbentuk lagi, membuat Boruto terbelalak terkejut tidak percaya dengan apa yang dia lihat, handphone kesayangannya hancur dilempar sang kekasih. Padahal dia baru beberapa hari memakainnya dan hancur tidak berbentuk lagi, pupus harapan Boruto akan mengabadikan momen hubunagn intim mereka sebagai barang ancaman.

"Astaga, handphone baruku padahal itu hadiah minggu lalu. Kejam sekali kau Menma. Aku tidak akan melepaskanmu sebelum kau mendapat hukuman dariku!" Kata Boruto melepaskan vibrator yang ada didalam lubang rectum Menma.

"Tidak Boruto" Menma merasakak firasat buruk dengan keadaannya, pasti dia tidak akan bisa berjalan nanti seharian penuh.

.

.

Naruto melihat kearah layar handphonenya dan memasukkan kembali kedalam saku jas pernikahannya, menatap kearah wanita cantik yang sedang penasaran tersebut.

"Nanti malam dia akan pulang, mungkin dia bersama Menma keluar untuk makan atau bermain dengan temannya yang lain!" Kata Naruto.

"Baiklah, Himawari sudah saatnya pulang, kita sudah terlalu lama disini!" Ajak Hinata yang hanya dapat anggukan dari Himawari.

"Ayah kami pulang dulu, jaga dirimu baik-baik!" Kata Himawari berdiri dari duduknya beranjak pergi dengan Hinata.

"Kau juga putri kecil ayah!" Naruto melambaikan tangannya kepada Himawari sebagai salam perpisahannya pada putrinya.

"Sepertinya acaranya akan selesai, tapi kedua anak itu belumlah pulang, dasar enak sekali mereka bermain!" Kata Naruto menggeleng kepalanya, melihat tamu yang datang mulai banyak pulang keluar gedung pernikahannya.

"Andai kau ada disini?" Tatap Naruto sendu dia sangat rindu akan terkasih yang tidak berada disini.

.

.

Menma mengerang saat tubuhnya terhentak akibat tusukan dari penis Boruto yang terus memaju mundurkan penisnya tanpa henti, membuat tusukan pada prostatnya yang berkedut dari dalam akibat dari gesekan penis Boruto pada dinding lubang rectumnya.

"Ahh.. Boruto.. pelan.. ahh pelan.. ahh.. nghah!" Boruto terlalu bernafsu menyetubuhinya hingga lupa bahwa dia sedang kesakitan, membuat setetes darah keluar dari lubang rectumnya.

Boruto melihat ada darah keluar membuatnya memperlambat temponya, apakah dia terlalu kasar pada Menma hingga lubang rectumnya berdarah. Gesekan penisnya terlalu berlebihan hingga mengakibat dinding rectumnya darah.

"Hahh.. aku mohon pelan-pelan!" Menma menahan tubuhnya agar tidak jatuh pada tembok didepannya, melihat kebawah dimana dia melihat setitik darah keluar.

Seharusnya dia tidak melempar handphone kekasihnya, mungkin dia harus menggantinya nanti. Sebagai salam perminta maafnya.

"Maaf Menma!" Boruto kembali menusuk lubang rectum Menma dengan tempo yang sedang, tidak ingin melihat darah lagi yang keluar nantinya.

"Ahh.. hah.. hah.. nghah.. lagihh.. Boruto.. ahh.. lebih.. ahh.. dalam.. lagihh..!" Menma merasakan prostatnya kembali ditusuk berkali-kali, membuat kepalanya mabuk kepayang merasakannya.

Boruto memegang pinggul Menma agar dapat mengontrol tempo kecepatan tususkannya pada lubang rectumnya.

"Ahhhhhh!" Menma berteriak saat prostatnya ditusuk dengan keras oleh penis Boruto yang menggesek dinding luang rectumnya.

"Menma, katakan apakah kau mencintaiku?" Tanya Boruto mempercepat tempo tusukannya membuat tubuh Menma terhentak keras, mengerang keras saat lubangnya semakin ditusuk tanpa henti.

"Tentu.. ahhh.. aku.. ahhh.. tidak akan.. nghh.. membiarkanmu bersama.. ahhh... orang lain... ahh... Boruto!" Menma mencoba berkata-kata disela desahannya, membuat salivanya turun menikmati betapa hebatnya tusukan Boruto pada lubang rectumnya.

"Benarkah!" Kata Boruto tersenyum senang, mempercepat tempo tusukkannya membuat Menma semakin berteriak histeris merasakan prostatnya ditusuk kuat.

"Ahhh.. aku.. aku mencintaimu Boruto.. ahhhhhh!" Teriak Menma saat dia merasakan klimaks keduanya, menyemburkan cairannya mengenai tembok didepannya, mengeluarkan beberapa kali tembakan.

"Hahh.. hahh.. hahh..!" Tubuh Menma terasa lelah, dia tidak kuat lagi melanjutkan permainan ini dengan Boruto.

"Kau tidak berpikir untuk menganggap semua ini berakhir bukan?" Kata Boruto menahan tangan Menma yang ingin terjatuh diri karena lelah.

"A-aku hah.. lelah.. Boruto.. hah.. hah!" Kata Menma menegakkan dirinya dan menyadarkan tubuhnya pada dada Boruto yang berlapis jas hitamnya.

"Aku belum klimaks Menma, ayo kita lanjutkan!" Kata Boruto menjilat pelan leher jenjang Menma yang sudah banyak bercak merah, tanda dari Boruto Namikaze bahwa Menma Namikaze adalah miliknya seorang.

"Baiklah!" Menma dengan tubuh lelah dan berat hati kembali melanjutkan hubungan intim mereka, sebagai uke yang setia dia akan membuat semenya klimaks dan permainan pun selesai.

Dengan penis yang masih tertanam dilubang rectum Menma yang berkedut karena mendapatkan gesekan dahsyat dari Boruto.

Boruto pun kembali menusuk luang rectum Menma yang mengerang lagi, melanjutkan ronde mereka yang ketiga. Terlihat wajah Menma yang kelelahan dan mendesah nikmat, dengan rona merah yang ada dibawah pipi tannya. Cucuran air peluh dan air mata sudah membasahi pelipis dan sudut matanya.

"Ahh.. Boruto.. Lebih cepat.. hyaaaa!" Menma merasakan prostatnya ditusuk lagi lebih dalam oleh Boruto, membuatnya mengerang tidak karuan.

"Hah.. hahh.. Aku tidak akan berhenti sampai aku mendapatkan klimaksku Menma!" Kata Boruto mempercepat tempo tusukkannya pada lubang rectum Menma, mendesis saat penisnya merasakan panas dan gesekkan yang sangat ketat.

"Ahh.. ahhh.. ahh.. Boruto.. aku.. aku.. ahh akan melayanimu.. ahh.. sampai.. ahh.. puas!" Kata Menma mendesah dengan terputus-putus.

"Anak baik!" Boruto mempercepat tusukannya pada lubang rectum Menma yang bergoyang maju mundur dari penisnya yang keluar masuk. Mendengarkan betapa merdunya desahan itu melantun indah ditelinganya.

"Boruto.. aku.. aku.. ahh.. akan.. ahh.. keluar lagi... hyaaaaaa!" Desah Menma tidak kuat lagi menahan gejolak kenikmatannya, membuat tubuhnya membungkuk.

Tidak kuat menahan lelah ditubuhnya, dia seharusnya pulang dan tidur setalah dia klimaks tadi, tapi Boruto belum mendapatkannya jadi dia harus rela tubuhnya kembali dia paksakan untuk bersetubuh melayani Boruto.

"Ahh.. ahh.. Boruto.. aku.. ahh.. tidak kuat lagi.. ahh!" Boruto hanya diam menulikan telinganya kembali melanjutkan tusukannya pada lubang rectum Menma, menahan tubuh Menma tidak jatuh dengan menahan kedua tangan Menma.

"Hyaaaaaa!" Menma berteriak merasakan cairannya kembali keluar untuk ketiga kalinya, menyemprotkannya hingga mengenai wajahnya yang tertunduk karena lelah.

"Menma, kau bisa menahannya lagi, aku belum klimaks!" Kata Boruto melepaskan penisnya dari lubang rectum Menma yang mendesah pelan saat mendapatkan gesekan pelan.

"Lalu, kau ingin apa lagi? Aku benar-benar lelah, Boruto!" Kata Menma membalikkan tubuhnya melihat wajah kekasihnya yang terlihat terdesak menahan gejolaknya.

"Bersandarlah pada tempok itu!" Kata Boruto yang hanya dapat anggukan dari Menma.

Menma tau betul waktu klimaks Boruto sangatlah lama, maka akan sulit baginya jika berhubungan karena dia terlebih dahulu mudah lelah, jadi Menma maklum jika semenya lama akan mencapai klimaksnya.

Boruto mengangkat kaki kanan Menma kebahunya membuat sang uke kebingungan dengan perlakuan semenya, sepertinya Boruto akan melakukan gaya yang baru kali ini. Entah berapa banyak gaya sudah mereka lakukan, Menma lupa.

Perlahan Boruto memasukkan penisnya yang masih menegang sempurna sedikit mengeluarkan cairannya sebagai pelumas masuknya lubang surga duniawi itu, bagi Boruto ini adalah surganya yang paling nikmat.

"Ahhh!" Menma mendesah saat penis besar itu memasukki lubang rectumnya, menatap wajah Boruto yang terlihat menahan gejolaknya.

Menma melingkarkan kedua tangannya keleher Boruto agar mendapatkan keseimbangan pada saat ronde keempat mereka.

"Jika.. hahh.. kau belum klimaks sempai sekarang.. hahh.. aku ingin kita lanjutkan di rumah!" Kata Menma menatap wajah tampan itu dengan memelas.

"Iya!" Kata Boruto mengangguk pelan, dia kasihan melihat Menma kelelahan menerima tiap tusukkan dari penisnya tanpa henti. Mungkin faktor dia tidak mendapati klimaks keduanya.

Boruto perlahan menusukkan penisnya kelubang rectum Menma dengan tempo pelan, mencoba membuat Menma tidak merasakan gelisah lagi ketika penisnya menusuk lubang rectumnya dengan bertubi-tubi.

"Ahh.. Boruto.. ahh!" Menma mendesah pelan merasakan betapa lembutnya perlakuan semenya padanya, betapa pelannya tempo yang dia terima.

"Lebih cepat Boruto... ahh.. aku mohon.. ahh!" Menma memelas dengan mata yang terlihat setengah hampir tertutup karena kelelahan.

"Ahh.. ahh.. lagihh.. lagihh.. ahh!" Desah Menma merasakan prostatnya kembali ditusuk dengan keras, membuat tubuhnya terhentak dan penisnya yang kembali menegang.

"Ahh.. Boruto.. tanami aku.. ahh.. dengan.. ahhh.. benihmu!" Desah Menma tepat ditelinga Boruto dengan suara yang dibuat-buat untuk menggodanya.

"Tentu saja!" Kata Boruto kembali menusukkan penisnya pada lubang rectum Menma dengan cepat tanpa celah untuk mendesah.

"Hmpph.. nghh!" Desah Menma tertahan saat bibirnya dikunci oleh bibir Boruto yang mengajak lidahnya untuk beradu sebelum dia klimaks nantinya.

Menma memperdalam ciuman mereka dengan menekan kepala Boruto, memilin dan mengecap lidah Boruto yang tidak mau kalah mempermainkannya.

Boruto semakin mempercepat tempo tusukkannya saat penisnya merasakan sesuatu ingin keluar, lidahnya terus bermain dengan lidah Menma yang sudah kewalahan menhadapi gaya bertarung Boruto yang kuat dan tangguh.

"Hmpp.. ahh.. Boruto.. aku.. aku!" Menma mendesah saat dia merasakan gejolak dipenisnya ingin mengeluarkan cairan kental untuk keempat kalinya.

"Bersama-sama!" Boruto semakin mempercepat tusukkannya membuat Menma mendesah tidak karuan dibuatnya.

"Boruto. Hyaaaaa!"

"Menma. Stt!"

Menma mengeluarkan cairannya yang mengenai wajah dan bajunya serta baju Boruto. Sementara Boruto mengeluarkan cairannya tepat didalam tubuh Menma yang mengerang saat merasakan perutnya ada sesuatu yang menenuhi, benih yang diinginkan Menma sudah tertanam didalam sana.

"Hahh.. hah.. kau sudah puas.. hah.. tuanku?" Tanya Menma menatap wajah tampan didepannya yang hanya tersenyum senang.

"Tentu saja!" Kata Boruto tetap pada posisinya membiarkan Menma untuk bernafas sampai puas.

"Aku mencintaimu, Boruto!" Kata Menma memeluk Boruto, menurukan kakinya pada bahu Boruto dan merebahkan kepalanya pada dadanya.

"Aku juga mencintaimu, Menma!" Kata Boruto mengecup puncak kepala Menma yang asik merasakan aroma tubuhnya.

.

.

Naruto menunggu kedua putranya yang belum memperlihatkan batang hidung mereka, sudah lewat satu jam dia menunggu dan dari tadi Naruto menghubungi Boruto tidak diangkat, apakah seseru itukah hukuman mereka jadi tidak ingat untuk pulang.

"Dasar anak itu, hah... Itu mereka!" Kata Naruto melihat sosok Boruto berjalan kearahnya dengan menggendong Menma ala bridal style, entah dia yang menikah atau anaknya. Kenapa yang lebih mesra itu anaknya daripada dirinya yang baru menikah.

"Maaf telat ayah, Menma tertidur saat mendengar ceramahku tadi!" Kata Boruto membuka pintu mobil dengan lebar dan memasukkan Menma terlebih dahulu.

"Ya sudah, ayah juga tadi berniat meninggalkan kalian karena lambat datang kemobil!" Kata Naruto menunggu dengan sabar menanti kedatangan kedua anaknya.

"Baiklah, saat pulang ke rumah baru!" Kata Boruto sesudah memasukki mobil, duduk tepat disamping Menma yang tidur dengan memeluknya erat.

"Boruto, nanti lanjutkan lagi di rumah!" Kata Menma mengeluskan wajahnya pada dada Boruto yang terbalutkan jasnya.

"Iya!" Boruto akan jawab iya jika sudah bersangkutan dengan sebuah permainan.

Naruto menjalankan mobilnya dengan kecepatan yang sedang, sesekali melihat kebelakang dengan cermin yang ada didepannya, memastikan kedua anaknya tidak berbuat macam-macam, karena gaya duduk Menma diluar batas kewajaran, bagaimana tidak. Menma duduk tepat diatas pangkuan Boruto dan memeluknya erat seperti sepasang kekasih yang habis berhubungan intim. Naruto tidak pernah melupakan kata kekasih itu.

Boruto mengelus surai raven Menma dengan lembut, memberikan sentuhan yang akan membuat Menma tenang dalam tidurnya.

Menma melihat keluar jendela mobil dengan seringai iblisnya, sepertinya dia tidak melupakan rencananya dalam menyiksa ibu tirinya nanti. Menunggu waktu yang tepat akan rencananya.

'Akhirnya kalian datang!'

.

.

.

To Be Continue

.

.

.

Kurangkah lemonnya atau kurang panas, maaf kalo gitu kan namanya juga pembuka masa langsung ada adegan lemon yang berkepanjangan hingga sampai sepuluh ronde, makasih sudah membacanya. Fanfic pesanan para NSFC.

Asal kalian tau aja membuat lemon ini sangatlah susah karena banyak tantangan dari kakak-kakakku yang tiduran tepat dikanan dan dikiri, nah pikirin aja sendiri bagaimana caranya nasibku.

RnR please.