Disclaimer: Naruto belongs to Masashi Kishimoto

Rating: T (Chapter depan ganti jadi M) :p


Lanjutan Kakashi No Hatsukoi

PROLOG

Helaian perak mencuat itu melesat cepat hingga tampak bagai kilat diantara pepohonan di sekitarnya. Surai perak itu berkibar lembut karena pemiliknya yang berlari tanpa suara melawan arah angin. Jubah putihnya menyapu batang pepohonan yang dilalui pemiliknya. Sosok itu bergerak licin hingga nampak seperti sekelebat bayangan dalam gelap. Mata kelabunya menatap lurus ke depan, namun indera lain berikut otot-otot refleksnya tak pernah absen memasang mode waspada, begitulah seorang ninja harus bergerak dan bersikap.

Warna jubah dan rambutnya yang senada terlihat kontras dengan area sekitar hutan yang kelewat gelap. Geraknya yang cepat namun tenang bukanlah untuk menuju suatu tempat berbahaya ataupun untuk menjalankan misi, melainkan untuk pulang ke kediamannya.

Gerakan kakinya kian berkurang kecepatannya seiring bayangan pepohonan yang juga semakin jarang hingga benar-benar menghilang. Kini ia telah berdiri di jalanan desa, ia telah mengganti larinya menjadi langkah santai yang menimbulkan suara ketukan lemah yang terdengar dari gesekan sandalnya dengan aspal jalan. Kesunyian desa di tengah malam seperti inilah yang membuat langkahnya terdengar sangat jelas. Hanya beberapa kedai minum dan restoran yang masih terlihat beraktivitas di jam istirahat seperti ini.

Sesekali sosok itu tersenyum di balik maskernya sambil melambaikan tangannya saat salah seorang menyapanya di jalan.

Langkahnya semakin pelan dan tanpa suara saat kakinya telah menginjak halaman kediamannya. Dengan hati-hati ia masuk tanpa suara agar tak menganggu pengguni rumahnya yang saat ini mungkin telah terlelap. Tak sulit bagi seorang ninja hebat sekelas dirinya untuk menyelinap masuk tanpa suara dan kecurigaan penghuni lainnya.

Sosok itu melangkah menuju kamar mandi untuk mencuci tangan, kaki, dan wajahnya. Saat sedang membasuh wajahnya untuk yang terakhir kalinya, ia melirik sikat giginya yang di gantung di dinding kamar mandi sebelah wastafel. Ia kemudian menyikat giginya dengan cepat dan segera keluar menuju kamar dengan pintu ber-cat hijau kelam, warna yang selalu membuatnya tersenyum karena mengingatkannya pada seseorang yang dicintainya.

Didapatinya seorang balita laki-laki yang sedang tertidur pulas di atas box tidurnya. Tubuh mungilnya meringkuk sambil memeluk guling kecil di tangannya yang mengepal. Wajah damainya begitu menggemaskan dibingkai rambut peraknya yang lembut. Sosok yang sedang memandangi balita itu sambil tersenyum kini mengulurkan tangan kanannya untuk mengelus sayang surai lembut yang sewarna dengan miliknya itu. Dikecupnya kening sang balita cukup lama, dan selanjutnya ia berbalik melangkahkan kakinya keluar kamar tersebut untuk menuju kamar lainnya, kamarnya sendiri.

To Be Continue...


Druella Wood