Naruto © Masashi Kishimoto

Rated: T

Gender:Angst, Hurt/Comfort, Family, Romance, Tragedy, Fantasy

Warning: AU, OOC, Gaje, Typo bertebaran, EYD berantakan dll.

Don't Like? Don't Read!

Di dalam sebuah istana, terlihat dua anak kecil berambut merah yang sedang memainkan boneka kayu yang terbaik di negerinya. Wajah mereka tampan, dengan pakaian yang sangat bagus, kemeja putih dengan celana hitam dengan kualitas bahan terbaik dipadu dengan dasi kupu-kupu dan pin kerajaan yang melekat pada dada kiri mereka.

Yang lebih tua umurnya sekitar enam tahun, sedangkan yang lebih muda usianya sekitar tiga tahun. Mereka terlihat sangat gembira bermain dengan mainan yang baru ayah mereka belikan. Tak lama Sang Ayah dan Ibu pun datang menghampiri mereka.

Sang ibu yang tengah hamil besar duduk di kursi dengan dibantu oleh suaminya, disertai dengan senyuman anggunnya ia berkata, "Sasori Gaara kalian terlihat sangat senang."

Si sulung menjawab dengan riang sambil mengangkat mainan kayunya, "Tentu saja bu! Ayah memberikan ini kepada kami tadi sore. Beliau bilang ini karya terbaru pengrajin di kota."

Sang ibu melirik kearah suaminya, "Jangan terlalu memanjakan mereka kau ingat?"

Sang ayah tersenyum, menjawab pertanyaan istrinya dengan penuh kharisma sebagai seorang raja, "mereka masih kecil karura, ketika tiba saatnya mereka akan ditempa untuk menjalani tugas mereka yang sesungguhnya. Biarkanlah mereka menikmati waktu mereka."

Mata sang ibu menerawang melihat kearah kedua buah hatinya "Aku percaya mereka akan menjadi Pangeran hebat nantinya."

Sang ayah mengikuti arah pandang istrinya lalu berkata, "Aku juga percaya itu-" ia mengelus perut istrinya "-dan aku percaya puteri kita juga akan menjadi Putri yang hebat nantinya. Kerajaan Akasuna pasti Berjaya di tangan mereka"

Sang ayah kembali menoleh kearah dua buah hatinya, "Sasori Gaara kalian ingin mengusulkan nama untuk adik kalian?"

Mereka berdua berpandangan, lalu si adik mengangguk ke arah sang kakak. Dan akhinya sang kakak menyampaikan aspirasinya dengan bersemangat. "Tadi aku dan Gaara sudah berunding, kami ingin adik kami dinamakan Sakura."

Kedua suami istri itu berpandangan, melalui tatapan mereka saling berkomunikasi, lalu sang ibu menjawab, "Nama yang bagus, baiklah kita akan menamakannya Sakura."

.

.

.

Malam itu cuaca mendung, langit begitu gelap. Bintang dan bulan tidak bermunculan seperti biasa, melihat sang istri yang sedang menahan sakit karena akan melahirkan membuat Raja menjadi semakin gelisah.

Sang Raja keluar dari pintu besar dengan ukiran yang indah khas kerajaan, Ia menoleh dan mendapati pengawal yang tengah bertugas. "Pengawal! Kenapa Sakumo lama sekali?"

Raja terlihat begitu gusar. Padahal baru dua puluh menit berlalu, perjalanan ke kota biasanya memakan waktu tempuh tiga puluh menit dengan berkuda.

Tak salah Raja menyuruh panglima yang menjemput tabib yang sangat terkenal tersebut. Kecepatan berkudanya memang sudah tidak diragukan lagi. Namun tetap saja itu memakan waktu, karena mengingat halaman istana yang luas saja perlu waktu sepuluh menit untuk keluar.

Sang pengawal meneguk ludahnya, ia pun menunduk member hormat lalu menjawab,

"Maaf Yang Mulia Raja, mungkin Panglima Sakumo sedang dalam perjalanan kembali ke istana."

"Dimana Danzou?"

"Beliau sudah sejak sore tidak kelihatan Yang Mulia, mungkin sedang mengunjungi kerabat di Tyneside."

Tyneside merupakan desa bebas, tanpa satupun kerajaan yang mendudukinya. Karena desa tersebut dipimpin oleh seorang Aurelian. Aurelian adalah penyihir yang hebat. Di dunia hanya diketahui tiga Aurelian, dan diantara tiga orang tersebut salah satunya pemimpin Tyneside. Oleh karena itu tidak ada satu pun kerajaan yang berani menduduki wilayah tersebut. Termasuk kerajaan Akasuna yang wilayahnya terletak paling dekat dengan Tyneside. Dan untuk kedua Aurelian yang lain masih tidak diketahui identitasnya.

Sang Raja mengangguk lalu ia masuk lagi ke dalam ruangan dibalik pintu besar itu.

Setelah lima belas menit pintu besar itu diketuk dan tampaklah dua orang berambut putih masuk. Yang satu merupakan panglima andalan kerajaan Akasuna yaitu Hatake Sakumo, sedangkan yang satunya merupakan tabib yang sudah tidak diragukan lagi kemampuannya.

Sang Panglima member hormat dan berkata, "Maaf Yang Mulia telah membuat anda menunggu."

Sang Raja mengangguk, "Terimakasih Sakumo, kau bisa menunggu di depan-" Sakumo pun pergi meninggalkan ruangan itu. Dan Raja mempersilahkan sang tabib, "-Nenek Chiyo silahkan"

Chiyo segera menuju kearah Sang Ratu yang sedang meringis kesakitan, wajahnya sudah penuh dengan peluh, terlihat kain yang menutupi dari pingganya sampai bawah. Ia segera melakukan tindakan untuk membantu Sang Ratu melahirkan bayinya.

Awalnya Raja menginginkan Chiyo sebagai tabib istananya. Namun, nenek itu menolak dengan halus karena merasa rakyat di kota lebih banyak yang membutuhkan bantuannya. Dan Raja menghargai keputusan nenek tua itu.

Raja melihat dahi istrinya dipenuhi peluh, ia menyekanya lalu mengenggam tangan sang istri dan memberinya semangat.

"Ayo Karura kau harus berjuang untuk puteri kita"

Karura terus berusahamendorong untuk mengeluarkan bayinya "Ngggh…. Sa…kit"

Tangan Chiyo membantu mendorong perut Karura dari luar, ia terus memberikan semagat pada Sang Ratu, "Ayo Yang Mulia teruslah mendorong"

"Nghhhh…"

BLAK!

Sang Raja menoleh kearah pintu, ia menggeram kesal melihat pintu yang secara tiba-tiba dibuka dengan cara yang kasar. Disana tampak seorang pengawal yang ia kenal sebagai penjaga benteng di Selatan Istana yang langsung berbatasan dengan hutan dengan napas yang tersengal-sengal.

Ia langsung menunduk memberi hormat, lalu memberi laporan dengan nada yang lantang.

"Lapor Yang mulia! Kerajaan Uchiha menyerang benteng Selatan! Pasukan mereka tak terlihat karena cuaca yang tidak mendukung, dan mereka menggunakan kuda dan pakaian yang serba hitam untuk berkamoflase. Mereka sudah menerobos! Keadaan kita terdesak! "

Sang Raja bergumam, "Tch!Kenapa disaat seperti ini? Fugaku brengsek! Pasti ia ingin membebaskan Kagami!"

Lalu ia berjalan menuju pintu sambil berteriak dengan lantang.

"Siapkan pasukan! Kita akan berperang dan sebagian melakukan evakuasi agar rakyat menjauh dari arena perang! Beritahu pihak Namikaze, kurasa Aurelian tidak turun tangan untuk hari ini mengingat mereka yang sudah menerobos istana. Dan untukmu Sakumo, aku minta kau bawa Sasori dan Gaara ke tempat yang aman. Mereka masa depan kerajaan ini."

Semua yang ada dihadapan Sang Raja berdiri tegak dan menjawab secara serempak, "Siap laksanakan Yang Mulia!"

Dan dalam sekejap suasana kembali hening. Mereka telah pergi dan menjalankan tugasnya masing-masing.

Sang Raja diam mematung, mendengarkan bel berdentum kencang beberapa kali-pertanda kerajaan diserang dan dalam keadaan tidak aman- dan suara teriakan istrinya yang sedang bertarung antara hidup dan mati.

Ia kemudian berbalik dan menghampiri istrinya, ia kecup keningnya dan membisikan sesuatu ke telinganya, dan mengambil pedangnya di sudut kamar, tanpa memakai jubah perangnya karena menurutnya sudah tak ada waktu lagi. Setelah itu ia keluar dari kamar itu dan menutup pintunya meninggalkan Sang Istri .

"Lahirkanlah Sakura dengan selamat, aku harus mempertahankan kerajaan ini. Setelah ini selesai keluarga kita akan berkumpul kembali. Aku mencintaimu"

Karura yang mengingat bisikan dari suaminya pun berusaha sekuat tenaga untuk melahirkan puterinya.

"Nggghhhh…. Aaaakh"

"Kepalanya sudah terlihat Yang Mulia, sedikit lagi kau harus berjuang."

"Nghhhh… sa…kit…"

"Yang Mulia pasti bisa sedikit lagi"

"HYAAA!…."

"Oeeeeeee…. Oeeeeeee…."

Terdengar suara tangisan bayi setelahnya. Bayi yang cantik, berkulit putih seputih porselen.

"Anak anda cantik Yang Mulia, saya akan membersihakannya terlebih dahulu."

Setelah selesai dibersihkan, Chiyo membawanya ke sisi Sang Ratu, wajah Sang Ratu berbinar cerah, Senyum terukir di bibirnya yang pucat. Air mata bahagia keluar begitu saja membasahi pipinya yang putih.

"Sakura, kau cantik sekali nak"

Chiyo tersenyum, "Nama yang indah Yang Mulia. Ia pasti akan tumbuh menjadi Putri yang sangat cantik dan manis"

Namun senyuman itu segera lenyap karena sebuah teriakan yang terdengar dari luar.

"Di penjara bawah tanah tidak ditemukan, Mungkin ada di tempat lain."

"Pangeran Fugaku menyampaikan pesan kepada kita untuk mencari ke seluruh istana. Sedangkan beliau sedang mengecek isi surat itu benar atau tidak. Ia menyangka ini sebuah jebakan."

"Baiklah kita cari di setiap ruangan!"

Chiyo dan Karura membatu, Pihak musuh sudah masuk ke dalam istana.

"Nenek Chiyo kau bisa pergi dengan pintu rahasia di dalam lemariku. Pintu itu memang sengaja dibuat untuk keadaan seperti ini.

Chiyo mengerutkan alisnya heran, melihat kondisi Sang Ratu yang seperti itu tidak mungkin ia bisa berjalan "Bagaimana dengan anda Yang Mulia?"

"Aku tidak ikut denganmu."

"Tapi bagaima-"

Karura berucap dengan tegas, "Ini perintah! Bawalah Sakura pergi bersamamu. Ketika keadaan sudah stabil kau bisa membawanya kembali kesini."

Chiyo masih termenung, ia tidak ingin meninggalkan Sang Ratu sendirian dalam bahaya seperti ini.

Melihat Chiyo yang masih bergeming, Karura berucap kembali dengan nada yang memohon. "Ku mohon nenek Chiyo, ini permohonan terakhirku. Sakura harus selamat."

Akhirnya nenek Chiyo pun mengangguk setuju. Ia segera mengambil kain tebal dan melapisi Sakura dengan kain itu, sebelum ia pergi Karura menitipkan gelang perak dengan permata emerald yang mengelilinginya untuk Sakura.

Chiyo masuk ke dalam lemari dan menemukan sebuah pintu tanpa kenop, ia mendorongnya dan menutupnya kembali seperti semula. Di pinggir lorong di dekat pintu masuk ia menemukan obor, lalu ia menyusuri lorong gelap itu dengan obor di tangan kanannya dan Sakura di tangan kirinya.

Lorong itu sangat panjang dan Chiyo mulai lelah, namun ia tidak berhenti karena mungkin saja musuh mengetahui pintu itu dan sedang mengejarnya. Satu yang ia tekadkan di dalam hatinya ia harus menyelamatkan Sang Putri yang ada di dalam gendongannya. Karena menurutnya hanya itulah yang bisa ia lakukan untuk Raja dan Ratu yang selama ini selalu baik hati kepada rakyatnya.

Akhirnya ia sampai di ujung lorong itu, ia kemudian menaruh obornya di pintu keluar lorong. Setelah keluar alisnya menyerit, ia tidak begitu mengenal daerah ini. Ia sudah sangat lelah terus-terusan berjalan. Ketika ia menemukan rumah seorang penduduk yang lampunya masih menyala ia mengetuk pintunya.

Tak lama keluarlah seseorang dengan wajah yang ramah, tubuhnya tinggi, rambutnya berwarna merah pudar seperti milik raja, dan terdapat sepasang kumis yang menghiasi diatas bibirnya.

"Permisi, bolehkah saya menunpang bermalam disini?"

Orang itu tersenyum melihat nenek tua yang sepertinya sedang kelelahan itu,dan ia membukakan pintu untuk nenek itu. "Silahkan masuk."

Setelah Chiyo masuk ia melihat seorang wanita yang sedang menggendong balita yang kira-kira usianya dua tahun yang sedang tertidur lelap. Wanita itu tersenyum padanya.

"Ini sudah malam, dan nenek terlihat kelelahan. Duduklah aku akan mengambilkan air."

Chiyo duduk, keringat masih bercucuran dan napasnya masih terengah.

Wanita itu menyerahkan balita itu kepada pria yang membukakan pintu untuk Chiyo tadi. Kemudian ia ikut duduk disamping Chiyo yang masih menggendong Sakura.

"Maaf nek, Kalau boleh saya tahu nenek darimana? Nenek terlihat begitu lelah, seperti habis melakukan perjalanan jauh saja."

Chiyo terkekeh pelan, "Memang hehehe"

Tak lama Wanita itu kembali dengan tiga gelas air. Chiyo segera mengambil segelas dan meminumnya hingga tandas.

"Maaf saya tidak sopan, aku merasa sangat haus."

Mereka hanya tersenyum maklum, lalu si wanita buka suara.

"Nama nenek siapa dan berasal dari mana? Dan siapa bayi kecil yang begitu cantik ini?"

"Namaku Chiyo, dan anak ini-"

Belum sempat Chiyo menjawab ia sudah dikagetkan dengan suara dari luar, "Cepat cari nenek tabib itu! Aku rasa dia belum jauh mengingat obor yang masih hangat tadi!"

Wajah Chiyo menjadi pucat pasi, ia melirik kea rah bayi yang ada dalam gendongannya. Bayi itu masih tertidur pulas seperti tidak ada yang mengganggunya. Lalu pandangannya teralihkan ke tuan rumah, mereka menatap Chiyo dengan tatapan meminta keterangan. Mengingat kini ia tengah dikejar , ia buru-buru berdiri.

"Apakah ada pintu belakang?"

Si pria pembuka pintu menjawab,"Kenapa anda begitu terburu-buru?"

"Saya tidak bisa menjelaskannya sekarang."

Mereka berdua saling pandang, lalu si pria kembali menjawab, "Baiklah akan kami antarkan."

Setelah itu mereka menuju pintu belakang.

Chiyo bingung apa yang harus ia lakukan dengan Putri yang ada di tangannya, kalau ia bawa bersamanya kemungkinan ia tertangkap akan besar dan mungkin saja Sang Putri yang baru lahir ini dibunuh. Akhirnya ia memutuskan untuk menitipkan ke pasangan ini. Kalau ia selamat ia akan mengambilnya kembali dan menyerahkannya ke kerajaan Akasuna.

Ketika sampai di pintu belakang,

"Saya mohon aku titip bayi ini sampai nanti saya kembali lagi kesini."

Pasangan itu menyeritkan alisnya heran, mereka bingung harus bagaimana. Kalau mereka belum punya anak mungkin mereka akan senang menerimanya. Namun sekarang mereka sudah punya anak bahkan balita yang belum genap dua tahun.

Tapi melihat raut wajah nenek Chiyo yang begitu memelas dan gelisah akhirnya mereka mengiyakan.

"Kalian orang baik, bolehkan saya tahu nama kalian?"

Mereka tersenyum, "Haruno Kizashi dan Haruno Mebuki."

"Tolong jaga Sakura ya"

Mebuki bergumam, "Nama yang indah, sangat cocok untuk anak ini"

Tak lama Chiyo langsung melangkahkan kakinya untuk pergi menjauh dari sana sambil bergumam,

"Aku harap aku bisa kembali"

.

.

Istana kerajaan Akasuna begitu ricuh, banyak darah dimana-mana, bunyi pedang yang saling beradu menggema di seluruh Istana, Pasukan kerajaan Namikaze datang membantu. Uchiha tidak main-main kali ini untuk membebaskan salah satu pangeran mereka yang disandera oleh kerajaan Akasuna mereka juga berkerjasama dengan kerajaan Hyuuga .

Hatake Sakumo Sang Panglima perang telah kembali ke medan perang setelah menyembunyikan kedua pangeran di tempat yang aman. Ia mendampingi Raja yang sedang bertarung melawan musuh. Namun sang Raja menyuruhnya untuk memeriksa keadaan Sang Ratu.

Sakumo segera berlari menuju tempat bersalin Sang Ratu tadi, ia melihat keadaan Sang Ratu yang pucat pasi. Ia segera mendekatkan tangannya kearah hidung Sang Ratu, tidak ada hembusan napas disana. Lalu ia segera memegang tangan Sang Ratu dan memeriksa denyut nadinya, namun Sakumo tidak merasakan apapun disana.

Ia melihat ke sekujur tubuh Sang Ratu tidak ada luka, Hanya ada darah yang bersimbah dibagian bawah, mungkin itu karena proses kelahiran tadi. Lalu Sakumo melihat sekeliling, tidak ada nenek Chiyo dan bayi disana. Wajahnya mulai menunjukan kepanikan. Lalu ia melihat kearah lemari yang terbuka.

'Ini gawat!' batinnya

Ia segera berlari menerobos lorong itu.

.

.

.

Chiyo terus berlari kearah hutan, ia tidak perduli lagi dengan kakinya yang sakit, bajunya yang sudah terkoyak dengan ranting pohon dan mengeluarkan darah. Ia tidak bisa berhenti sekarang, musuh mengejar di belakangnya. Cepat atau lambat ia yakin dirinya akan tersusul, mengingat yang mengejarnya pastilah seorang prajurit dengan stamina yang kuat dan masih muda. Keputusannya untuk meninggalkan Sakura di keluarga Haruno memang tepat.

Chiyo terlalu sibuk berlari hingga tidak menyadari akar yang menyembul keluar dari tanah, akhirnya ia tersandung dan terjatuh.

Para prajurit yang mengejarnya pun menggunakan kesempatan itu, mereka segera berlari menghampiri nenek Chiyo yang sedang terbaring tidak berdaya.

"Dimana bayi itu?!" Teriak salah satu dari mereka.

Nenek Chiyo bungkam, ia memilih untuk tidak mengeluarkan suara.

Sang prajurit geram, dan mengarahkan pedag yang tajam kearah nenek tua itu. Hingga membuat luka goresan dan mengeluarkan darah.

Chiyo merasa perih pada lehernya, namun ia mengabaikannya. Menurutnya keselamatan Putri lebih berharga daripada dirinya yang sudah tua.

"Cepat jawab!" Bentak Sang Prajurit.

Chiyo tetap bungkam, ia sudah pasrah, mungkin ini adalah akhir hidupnya. Setidaknya di akhir hidupnya dia sudah berkontribusi untuk keluarga kerajaan yang sudah begitu baik kepadanya dan rakyat kecil yang lain di kotanya.

"Sepertinya dia tidak akan menjawab." Prajurit yang lain ikut angkat suara.

"Baiklah kita selesaikan ini, padahal kita bisa menukar bagi itu dengan pangeran Kagami"

Crassssh!

Tak lama darah bermuncratan kemana-mana, dan para prajurit meninggalkan mayat nenek Chiyo disana.

.

.

.

Sudah dua jam Sakumo berlarian untuk mencarinenek Chiyo, namun keberadaannya tidak ditemukan di permukiman penduduk, Ia kemudian menelusuri hutan di dekat sana karena merasa sudah tidak ada kemungkinan lain. Betapa tercengangnya ia melihat kondisi nenek Chiyo yang mengenaskan, kepalanya sudah terpisah dari tubuhnya.

Sakumo merasa tidak ada harapan untuk Sang Putri, Kemungkinannya hanya dua, Sang Putri dibunuh atau dijadikan bahan pertukaran untuk Uchiha Kagami pangeran dari kerajaan Uchiha yang ditangkap oleh Danzou beberapa hari yang lalu karena dianggap melanggar batas wilayah karena memata-matai kerajaan Akasuna dengan berpura-pura menjadi warga kerajaan Akasuna.

.

.

.

Fajar telah menyingsing, kerajaan Akasuna jauh dari kata baik. Raja dan Ratu mereka telah gugur dalam waktu semalam, belum lagi Sang Putri yang baru lahir dikabarkan sudah tidak bernyawa atau menjadi tawanan kerajaan Uchiha. Semua rakyat terpukul, mereka semua dirundung duka. Terutama kedua pangeran yang tengah duduk bersimpuh di hadapan jasad kedua orang tua mereka.

Wajah mereka terlihat sangat sedih, mata sembab dan hidung yang memerah, pakaian yang biasanya rapi dan bersih tidak terlihat hari itu, baju mereka kotor dengan tanah dan terdapat koyakan disana-sini, rambut mereka begitu acak-acakan, tidak disisir seperti biasa. Kesan elegant yang selama ini mereka sandang pergi entah kemana. Tidak ada yang berani mendekati mereka, karena semua orang tahu cobaan ini begitu berat untuk mereka lewati. Terutama untuk si kecil Gaara yang masih berusia tiga tahun.

Akasuna Sasori dan Akasuna Gaara akan menjalani pelatihan untuk menjadi Putra Mahkota di usia mereka yang masih belia, karena seharusnya pelatihan itu dijalani oleh pangeran yang berusia 10 tahun. Dan kepemimpinan kerajaan Akasuna sementar dialihkan kepada penasihat Kerajaan Akasuna, Shimura Danzou.

Hanya satu kalimat yang mereka pikirkan saat itu, "Uchiha akan ku balas kau nanti"

TBC


Aku belum nentuin pair nya nih masih bingung antara itasaku, saisaku, apa sasusaku. hehehe aku tunggu pendapat kalian :D