Tittle: Boyfriend atau pacar?

Uang Tunai:

Oh sehun a.k.a Sehun

Xi luhan a.k.a Luhan

Kim min seok a.k.a Xiumin

Byun Bekhyun a.k.a Baekhyun

Kim Jun myun a.k.a Suho

Tingkat: T

Genre: Luka, asmara, sedih (mungkin)

Note: 200% hasil pemikiran author sendiri

Summary: Sehun terus saja termakan omongannya sendiri, dari mencoba bunuh diri menggunakan racun hingga bilang kalau ia menyukai seseorang. "aku tidak mengerti maksudmu, jadi jika kau tahu kalau aku sebenarnya seorang laki-laki kau akan tetap membunuhku?" "kalau begitu aku tidak akan mengatakannya".

Hunhan Fanfiction

.

.

.

Tik... Tik...Tik...Tik... keran air yang tampak tidak tertutup rapat itu terus saja mengeluarkan air sampai akhirnya berhenti. Seorang lelaki datang untuk menutup keran tersebut, tidak tahu apa yang akan ia lakukan selanjutnya, ia tampak sangat lusuh dan tidak terurus, baju yang tipis dan banyak bercak kotoran menempel, juga rambutnya yang sangat berantakan seperti orang baru saja terbangun dari tidurnya tetapi kantung matanya sangatlah hitam dan besar seperti sudah beberapa hari tidak tidur.

Mengambil mengambil!

seseorang mengetuk pintu rumah.

tok tok!

Tidak ada balasan dari sang pemilik rumah.

Mengambil mengambil!

Seorang wanita membawa kotak makanan berdiri didepan pintu menunggu sang pemilik rumah membukakan pintu rumahnya, seorang lelaki membuka pintu mengambil kotak makanannya lalu memberi wanita itu beberapa lembar uang dan kembali menutup pintunya, tidak ada kata kata yang terontar dari mulut lelaki tersebut.

.

.

Hari masih sangatlah pagi bahkan matahari belum memunculkan sedikitpun cahayanya. Seorang pria perjalan di pinggir jalan raya yang terlihat sangat sepi.

.

'Saat kau melewati jembatan kau akan merasakan sebuah tarikan yang membuatmu tertarik untuk melewati jembatan bukan untuk menyebrang ke tempat lain tetapi menjatuhkan dirimu ketempat dibawah jembatan itu seperti sungai maupun jalan raya, kau tidak akan menyadarinya seseorang akan mendorongmu untuk menjatuhkan dirimu tapi sebenarnya tidak ada orang.'

.

'apa orang itu gila?! Apa yang dilakukan di pinggir jembatan seperti itu? Seperti ingin Melompat terjun ke SungAI! Yak apa dia mau bunuh diri?tapi... Biarkan saja bukan urusanku aku tidak ada hubungan dengannya untuk apa aku menolongnya'pikir pria itu.

.

Menarik tangan yang mengaitkan kedua makhluk ciptaan tuhan itu. hatinya mengatakan kalau ia harus menolongnya jika tidak begitu mungkin pria itu sudah terjatuh ke sungai tadi.

"yak apa kau ingin mati?!kenapa kau lakukan ha? Pikirkan cara lain saja, jangan melompat kesungai! Lebih baik tertabrak atau minum racun kau tahu? Aku hanya lewat tadi jadi jangan salah paham! Kalau begitu aku akan pergi"

"tunggu! Apa yang kau bicarakan? Apa maksudmu? Melompat kesungai, tertabrak dan jangan salah paham?" Tangan kekar pria itu mencoba untuk melepaskan pegangan tangan lelaki itu.

"jangan pegang aku!bahkan menyentuhku sedikitpun jangan pernah!"

"maaf, tapi bisakah kau jelaskan padaku apa yang terjadi" pria itu melangkahkan kakinya menuju bangku dan duduk disamping lelaki 'cantik' tersebut.

.

.

"eemhh tuan, maaf tapi uang yang kau berikan berlebih bisakah kau buka pintunya? Aku akan mengembalikan sebagian uangmu"

Lelaki itu kembali membuka pintunya, wanita yang sudah akan meninggalkan rumah besar itu berbalik menuju pintu untuk mengembalikan uang lelaki tersebut.

"mana uangku!"

wanita itu tidak sengaja melihat bagian dalam rumah milik lelaki tersebut 'berantakan sekali' mungkin begitu pikirnya. Matanya tertuju pada lelaki yang sekarang sedang berada dihadapannya, sepertinya ia mengenalnya.

"ini tuan, apakah kita pernah bertemu sebelumnya?"

"TIDAK!"jawabnya dengan nada yang tinggi diikuti dengan benturan keras pada pintu yang kembali terdengar.

'dia itu manusia atau binatang? Bilang terima kasih saja tidak bisa' pikir wanita itu lalu pergi berlalu dari rumah besar itu.

.

.

.

"makanan apa ini?! Kenapa rasanya sangat tidak enak cuih!" gumam lelaki itu lalu mengemuntahkan makanan tadi dari mulutnya, 'aku rindu masakannya'.

"hei byun baekhyun! Kau yang membuatku seperti ini! Kembalilah dan pertanggungjawabkan semuanya!" lelaki itu terus saja berbicara dan berteriak pada sebuah foto seorang perempuan dengan paras cantik didinding ruangannya itu seperti orang yang benar benar kehilangan dan menjadi GILA.

"kembalilah... aku mohon.." sehun, nama dari lelaki yang kini terjatuh kelantai dan akhirnya menangis. ia terus saja menyebut-nyebut nama 'byun baekhyun' seorang yang telah menipunya dan pergi entah kemana saat ia benar benar jatuh cinta pada perempuan itu beberapa tahun silam, sebenarnya bukan perempuan melainkan seorang laki-laki yang menyamar menjadi seorang perempuan. Tetapi sehun tetap menganggap baekhyun seorang perempuan bukan laki-laki walau ia telah menipunya tapi sehun masih mencintai baekhyun, sehun juga sangat merindukan baekhyun walaupun baekhyun sudah pergi bersama lelaki lain diluar sana tapi sehun masih mencintainya. Walau sesekali ia berusaha untuk melupakannya dan berhenti untuk mempercayai dengan yang namanya 'cinta'. Tapi tetap saja, sehun selalu gagal melakukannya. Terlalu banyak pertanyaan juga alasan untuk berhenti mencintai baekhyun, tetapi lebih banyak saat berusaha untuk berhenti memercayai 'cinta'.

.

.

.

Malam ini sangat lah gelap dan 'mencekam' juga begitu sepi. Mungkin itu yang membuat sehun berani keluar dari rumahnya menuju minimarket kecil tak jauh dari rumahnya. Ia tampak membeli beberapa makanan ringan, roti, juga minuman bersoda.

"huuhh..." malam ini begitu dingin bahkan asap keluar saat mengeluarkan udara dari mulut.

"Baaa kkem .. .. .. lilah

Baek...

hyun hahaha..." seorang wanita bejalan tanpa arah di jalan itu.

'mungkin dia sedang mabuk, apa urusanku biarkan saja' pikir sehun tapi ia terus saja mengikuti wanita itu walau rumahnya sudah berlalu beberapa meter karena mendengar kata-kata yang wanita itu ucapkan, yak wanita itu terus saja mengucapkan nama 'baekhyun' sehun pikir kalau wanita itu terus menyebutkan nama orang yang ia kenal.

"NEWS! NEWS!"

Sebuah mobil melaju dengan kecepatan tinggi dan 'hampir' menabrak wanita itu, tapi... ia sudah tidak ada begitu juga dengan sehun.

PENGGUNAAN

Mereka terjatuh tepatnya di trotoar jalan itu. tangan sehun berusaha melindungi wanita itu dari benturan keras, nihil wanita tersebut sudah terlanjur pingsan diPELUKAN sehun. 'apa maunya, apa yang harus aku lakukan? Membawanya pulang? Tidak mungkin!' tapi apa daya memang hanya itu yang bisa sehun lakukan, ya membawanya pulang kerumahnya sampai perempuan itu sadar kembali.

.

.

.

Sinar matahari terus berusaha masuk kedalam kamar itu melalui jendela pertanda hari sudah pagi, wanita itu terbangun dari tidurnya, ia berusaha bangun dan berjalan keluar kamar tapi.

"Aaaaaaaa ...!"

"hua! Kecoa! Kecoa! Huaaa!" ia berteriak ketakutan membuat sehun terbangun dari tidurnya.

"HEI! Tenanglah, jangan menggangu tidurku!" betapa terkejutnya wanita itu, 'suara siapa itu? Aku tinggal sendiri dirumah tapi ada suara seorang pria!' pikir sang wanita.

"apa kau bisa bicara kecoa?"

"Apa kau gila? Aku yang bicara bukan kecoa itu!"

"eh, siapa kau? Kenapa seorang lelaki bisa berada dikamarku?" wanita itu melirik kearah sehun, ia terkejut ketika mendapati sehun tengah berdiri tepat di depannya.

"ini kamar mu? Harusnya aku yang bertanya kau itu siapa?" sehun berbalik mengajukan pertanyaan pada wanita itu.

.

.

.

Kini mereka sudah berada di ruang tamu yang tidak salah lagi ruang tamu milik sehun. (masa iya punya author *oke jangan bercanda).

mereka tengah menyantap ramen. Tidak ada percakapan diantara mereka sampai akhirnya ramen mereka habis. Perlahan Sehun membuka mulutnya ia yang akan mengawali percakan mereka kembali setelah sarapan.

"sudah kenyang? Mau lagi?"

"tidak, terimakasih" jawab wanita itu singkat "oh ya tuan boleh saya bertanya?" tanyanya.

"tanyakan saja, dan jangan panggil aku dengan sebutan 'tuan' panggil saja 'sehun' oh sehun. mengerti?"

"ya, baiklah sehun, saya hanya ingin bertanya sepertinya kita pernah bertemu, kau ingat?" pertanyaan wanita itu membuat sehun harus memutar otaknya, sehun kembali berfikir sehun kembali berusaha untuk mengingat sesuatu, yak!dia mendapatkannya kalau jawabannya adalah tidak.

"saya pikir tidak"

"anda yakin? Coba kembali anda ingat"

"Baiklah..." sehun kembali mengingat dan sekarang jawabannya iya!

"bagaimana?"

"kau memaksaku?" sehun mengernyitkan dahinya.

"tidak, jadi bagaimana?" tanya wanita itu.

"ya, aku ingat kau waktu itu pernah mengantar pesanan makanan kerumah inikan?"

"ya, tapi sebelum itu sepertinya kita pernah bertemu" ya, tebakan sehun benar dia orang yang mengantar pesanan makanannya beberapa hari lalu.

"tidak!" nada sehun mulai meninggi.

"ummh, baiklah aku tidak akan memaksamu lagi" kini wanita itu mempoutkan bibirnya didepan sehun.

"yak! Apa yang kaulakukan? Apa maumu?"

"kau tidak bertanya siapa namaku?" kini ia tersenyum memamerkan deret giginya yang putih dan tertata rapih itu kepada sehun.

"untuk apa aku bertanya namamu"

"jelas untuk mengetahui namaku" kini ia kembali mempoutkan bibirnya.

"kau terlalu memaksaku pagi ini, baiklah siapa namamu?" sehun hampir kehabisan amarahnya, jika iya mungkin dia sudah membunuh wanita itu dari tadi.

"aku xi luhan, panggil saja luhan" ucap wanita itu lalu mengulurkan tanganya kepada sehun. Sehun hanya membalasnya dengan menjabat tangannya lalu tersenyum kearah wanita itu. Ia baru beberapa hari. bukan, maksudnya beberapa jam yang lalu tapi ia merasa kalau ia sudah mengenal luhan dengan waktu yang sangat lama.

"ohya sehun rumahmu sangat berantakan, apa tidak ada pembantu dirumah sebesar ini?" tanya luhan membuat sehun sangat terkejut. Andai kau tahu luhan, pembantu itu telah menipuku! Dan aku tidak akan tertipu lagi—batin sehun.

"kau tidak menjawab pertanyaanku sehun"

"eh, maaf. apa kau tidak menyadari dari tadi kalau kita hanya berdua dirumah ini"

"kalau begitu mari kita 'bersihkan' rumah ini" luhan berdiri, beranjak dari tempat duduknya sekarang.

"tidak perlu, aku sudah nyaman dengan keadaan rumah yang seperti ini"

"kau bilang nyaman? Aku bahkan tidak merasa nyaman sedikitpun berada dirumah ini"

"tappp..." ucapan sehun terputus, luhan sudah pergi menuju ruang lainnya tapi ia berhenti. Sehun dapat melihatnya, mimik muka luhan mulai melemas ia dapat melihat matanya mulai berair.

"hey kenapa berhenti?" tanya sehun.

Luhan terkejut, ia mencoba untuk tidak meneteskan air matanya yang hampir keluar.

"tidak apa-apa hanya melihat foto besar ini, foto ini sangat besar" ucap luhan, ia ingin menutupinya ia berusaha untuk tidak mengingat masa lalunya, masa lalu pedihnya.

"oh begitu"

"ya, ayo kita bersihkan"

.

.

.

Sehun membaringkan tubuhnya pada kasur empuknya itu, kini rumahnya sudah bersih bahkan sanagt bersih tidak seperti sebelumnya. Sehun metatap langit langit kamarnya iya membayangkan satu hal yang terus terngiang-ngiang di pikirannya. itu tentang luhan, orang atau bahkan kawan barunyanya itu. Kenapa saat melewati foto baeknyun dia berhenti dan terus saja-hampir- meneteskan air mata. Tapi saat ditanya kenapa? Ia pasti menjawab tidak apa-apa. Begitu pula saat ditanya apa kau mengenalnya? Ia pasti menjawab tidak. Tapi sehun yakin kalau luhan mengenal baekhyun.

"arrghh.. aku bisa gila jika terus memikirkannya!"

.

Sehun kini berada di depan salah satu cafe di distrik itu ia melihat luhan sedang membersihkan meja pelanggan. Sehun memberanikan diri masuk ke cafe yang nampak sepi itu. Sehun memilih duduk di meja nomor 7. Beberapa menit kemudian seorang pelayan datang untuk menulis pesanan sehun.

"tuan, ada yang bisa kami bantu? Atau ada yang ingin dipesan?" tanya pelayan itu sambil menyodori sehun sebuah buku menu.

"aku mau pesan mocca lattè, dan bisakah pelayan yang bernama xi luhan itu yang mengantarkannya kesini?"

"baiklah tuan tunggu sebentar" jawab pelayan itu lalu berjalan meninggalkan sehun. Kini sehun tengah berfikir mengenai ucapannya tadi. unutk apa ia memanggil luhan? Seharusnya ia berfikir dua kali sebelum mengatakannya tadi. Tapi tak apa hanya unutk menemaninya saja tidak mengapakan?

"kenapa lama sekali huh?" sehun menggerutu, ia sudah menunggu hampir setengah jam tapi tidak ada yang datang menuju mejanya.

"lama apanya? Kau itu yang terlalu lama melamun!" seorang wanita sudah duduk di salah satu kursi meja bernomor 7 tersebut, dia luhan. Jadi sebenarnya yang menunggu lama itu bukan sehun, melainkan luhan. luhan sudah menunggu sehun untuk menyelesaikan lamunannya.

"eh" sehun menoleh, ia menatap luhan dengan tatapan bertanya-tanya, bagaimana bisa? Bahkan ia tidak melihat seorangpun lewat didepannya.

"untuk apa kau memanggilku?" pertanyaan luhan membuat sehun kembali mengingat niatnya untuk memanggil luhan tadi. Untuk apa?

"tidak ada apa-apa. Hanya ingin ditemani saja" jawab sehun santai

"ada yang lain? Kau menggangu pekerjaanku saja, aku sedang sibuk tuan Oh..." ucap luhan mengangkat satu alisnya ke atas lalu menunduk lesu.

Bahkan di cafe se-sepi ini dia bilang sibuk? Aneh!-batin sehun

"dicafe se-sepi ini kau sibuk?" tanya sehun sambil mengaduk mocca lattè yang sudah hampir dingin itu.

"kau bilang ini sepi?" luhan meyakinkan sehun, ia melirik ke sekilingnya ia mendapati bahwa meja dicafe ini sudah dipenuhi pengunjung. Tapi sehun ia tetap saja pada pekerjaannya-melamun-sedari tadi.

"jangan banyak melamun tuan Oh, lakukanlah hal yang lebih bermanfaat. Kalau begitu aku permisi" sehun menganggukkan kepalanya pelan disusul luhan yang berusaha meninggalkan tempatnya sekarang. Apa yang ada dipikiranmu sehun? Kau sudah menyia-nyiakan waktumu hanya untuk melamun! Sadarlah! Seketika sehun tersadar dari lamunannya ia melirik ke kursi disebelahnya itu. Ia sudah tidak mendapati luhan disitu.

Sehun sudah menyelesaikan masalahnya dengan mocca latte yang tadi ia pesan. Ia menaruh beberapa lembar uang lalu kembali menggunakan mantel tebal yang ia taruh di kursinya itu kemudian beranjak meninggalkan cafe tempat dimana luhan berkerja. Cuaca dikorea saat ini lumayan dingin, sehun terus menggosokkan kedua tangannya sembari menyusuri jalanan yang bisa dibilang lumayan ramai juga.

.

.

.

Apa aku terlalu dingin? Itu sebabnya banyak orang menjauhiku? Apa aku Terlalu sering melamun? Apa aku harus melakukan hal lain? Apa?

Sehun terus memikirkan hal yang sama berulang kali, seharusnya ia tidak membuang buang waktunya dengan sia-sia seperti melamun. Sehun yang dingin, sehun tukang melamun kini tetap saja -melamun-.

Lakukanlah hal yang lebih bermanfaat dari pada melamun! Sehun teringat perkataan luhan saat dicafe kemarin ia lalu tersenyum. Tapi senyumannya tidak lama karena ia tidak tahu hal apa yang lebih bermanfaat dari pada melamun. Ia lalu menyenderkan kepalanya pada dinding kamarnya itu.

"Arghh! Ini membuatku gila"

.

.

.

Luhan sudah menyelesaikan tugasnya, dan sekarang ia akan pulang.

"luhan, tunggu!" sebuah suara memanggilnya saat ia sudah berada di ambang pintu keluar dari cafe. Dia kim min seok atau bisa kau panggil xiumin atasan luhan, ia juga adalah pemilik cafe dimana luhan sekarang bekerja. Luhan yang sudah-akan—pulang itu kembali, ia menoleh kebelakang. Melihat xiumin yang lari menujunya.

"ada apa boss?" tanya luhan sambil membenarkan kunci, luhan selalu pulang paling akhir karena ia yang bertanggung jawab atas kunci cafe, walaupun xiumin memiliki kunci cadangan-luhan tidak mengetahuinya- tapi luhan tetap akan bertanggung jawab jika kunci cafe hilang.

Kini xiumin dan luhan sudah berada di luar cafe "kau hampir saja mengunciku luhan" xiumin menghela nafas.

"maaf boss" luhan menunduk, menyesali perbuatannya walau sebenarnya ia pura pura menyesal didepan atasan kerjannya itu. Luhan selalu merasa 'risih' kalau ia sedang bersama atasannya itu, rasanya ingin cepat-cepat pergi menjauh dari sang atasan.

"luhan... sudah berapa kali aku bilang padamu, jika sudah selesai jam kerja jangan memanggilku 'boss'!" luhan terhenti, betapa terkejutnya ia mendengar perkataan xiumin barusan. Xiumin bilang kalau 'sudah berapa kali aku bilang padamu' tapi luhan merasa kalau xiumin tidak pernah mengatakan hal itu pada luhan sebelumnya. Atasannya memang aneh.

"baiklah boss"

"lagi..."

"ehmm maaf, baiklah xiumin" kini luhan tersenyum-terpaksa—dengan manis sambil menghadap xiumin. Tatapan mereka bertemu, kedua pasang mata itu saling menatap, tapi tatapannya tidak lama karena luhan memalingkan matanya terlebih dahulu untuk melihat sekelilingnya, sepi... jalanan ini tetap saja sepi jika malam tiba tidak seperti saat siang hari yang jauh berbeda dengan malam hari, hanya ada beberapa mobil yang melintas dijalanan itu.

"jangan tatap aku seperti itu xiumin" luhan lalu mempoutkan bibirnya. Xiumin menggeleng.

"haha, kau yang memulai luhan" kini xiumin yang menatap luhan tapi luhan tidak berbalik menatapnya. Luhan yang sedari tadi fokus pada jalannya kini menatap xiumin tapi xiumin sudah mengarahkan matanya itu kearah lain.

"memulai? Maksudnya?"

"tidak usah dipikirkan. Boleh aku bertanya padamu luhan?" xiumin-lagi lagi—menggelengkan kepalanya berusaha untuk melupakan perkataanya tadi.

"tanyakan saja" jawab luhan singkat.

"apakah saat ini kau sedang berpacaran atau sedang menyukai seseorang?"

UTANG

UTANG

Sontak luhan terkejut degan pertanyaan xiumin, bagaiman ia akan menjawabnya? Dalam hidup luhan ia bahkan belum pernah sekalipun berpacaran, bahkan menyukai seseorang saja belum bagai mana mau berpacaran?

"tidak keduanya" jawab luhan santai sambil terus fokus pada jalannya.

"kalau begitu tidak salah jika aku menyukaimu, kan?" tanya xiumin. Luhan menghentikan jalannya ia tidak mengerti dengan apa yang baru saja xiumin katakan padanya.

"bisa kau ulangi?" kini luhan membalikkan badannya kebelakang, menghadap xiumin yang berada beberapa langkah dibelakangnya.

"aku menyukaimu luhan, bahkan mencintaimu"

"jadi?" lanjut xiumin.

Luhan tidak menjawabnya, ia memalingkan badannya dari xiumin, ia berlari menjauhi xiumin. "taksi!" sebuah taksi berhenti didepan luhan dan melaju membawa luhan pulang kerumahnya. Sekarang xiumin sendirian, luhan sudah pergi saat ia menyatakan cintanya pada luhan.

.

.

.

TBC

thanks banget yang udah nyempetin untuk baca ff pertama aku ^^

please kirim kritik dan sarannya karena itulah penyemangat untuk kita(para penulis) untuk terus berkarya ^^ ditunggu!

Maaf kalo typo bertebaran :v