:: 1st shoot :: Mungkin Sehun akan melamar Jongin―atau justru mengakhiri hubungan mereka. / "Semalam, saat berkencan dengan Sehun, aku bertemu dengan teman lamaku bersama kekasihnya. Dan aku mendengar bahwa temanku itu sudah dilamar" / "Lalu?" / "Lalu aku iri." / SeKai or HunKai / Warning: BoysLove, Fluffy / DLDR!
rappicasso
presents
an alternate universe fanfiction
Before I Leave
:: 1st shoot ::
.
000
.
"O-oh. Boneka itu lucu sekali, Sehunnie!" Jongin memekik senang saat melihat sebuah boneka mungil berbentuk anjing yang mengingatkannya pada salah satu dari ketiga anjingnya―Monggu. Oh, Jongin jadi rindu pada hewan peliharaan yang sudah ia anggap sebagai anaknya sendiri itu.
Sehun mendesah kecil, lalu mengikuti langkah Jongin dengan malas, menuju ke sebuah toko boneka yang dimaksud Jongin. Ia masih asyik menyesap bubble tea lewat sedotannya. "Masih menolak disebut uke dengan tingkahmu yang seperti ini, eh?" sindir Sehun sambil melihat ke sekeliling.
Jongin yang merasa disindir itu pun menoleh―melemparkan tatapan tajamnya pada Sehun dengan matanya yang menyipit.
Sehun membalas tatapan Jongin dengan datar. "Apa?"
Jongin mencebik jengkel. Ia melihat lagi ke arah boneka anjing yang menarik perhatiannya tadi. "Boneka ini benar-benar mengingatkanku pada Monggu," gumamnya pelan. "Sehunnie." Jongin menarik ujung kaus yang dikenakan oleh Sehun.
Sehun hanya menaikkan kedua alisnya.
"Belikan ini untukku, ya? Ya?" mohon Jongin sambil menunjukkan puppy eyes andalannya.
Sehun mendengus pelan―masih menyesap minuman kesukaannya. "Kau sudah punya tiga di Seoul," balas Sehun cuek. Iya, Jongin memang sudah memiliki tiga anjing di Seoul, sementara saat ini, Jongin sedang bekerja di Tokyo―begitu pula dengan Sehun.
"Itu anjing, Bodoh. Dan ini hanya boneka!" Jongin berteriak kesal pada Sehun.
"Beli saja benda yang lain―yang lebih berguna." Sehun membalikkan badannya dan mulai berjalan ke sembarang arah.
Jongin mendesah keras-keras melihat sifat cuek kekasihnya itu.
"Jonginnie?"
Jongin menoleh ke arah sumber suara. "Taemin?!" Ia memekik kaget saat melihat sosok manis yang berdiri di sampingnya. Itu adalah Lee Taemin―sahabat lamanya yang terlihat begitu mirip dengan dirinya. Jongin langsung menghambur dan memeluk tubuh Taemin. "Bagaimana kabarmu, Taeminnie?"
Taemin tertawa kecil sambil membalas pelukan Jongin. "Baik-baik saja. Bagaimana denganmu?" Ia melepas pelukan Jongin.
"Aku baik-baik saja dan masih tampan." Jongin menunjukkan pose yang aneh―menurut Taemin. "O-oh, Minho Sunbae!" Jongin terkejut saat melihat sosok yang tak asing baginya sedang berjalan menghampirinya dan Taemin. Jongin ingat jika Taemin sudah menjalin hubungan asmara dengan Choi Minho―sunbaenya yang paling keren―sejak masa sekolah. Dan secara tak terdua, keduanya masih bersama hingga saat ini.
"Hai, Jongin-ah," balas Minho ramah. Pria jangkung itu merangkul pundak Taemin dengan mesra
―membuat Jongin iri saja. Eh, ngomong-ngomong, dimana Sehun?
"Kau sendirian saja, Jongin-ah?" tanya Taemin sambil celingukan kesana kemari, karena tak menemukan siapapun yang berada di dekat Jongin.
"Aku sedang ber―"
"Hei, Kim Jongin! Kenapa diam disana saja, eh?" Itu Sehun.
Jongin mendengus agak keras sambil menundukkan kepalanya dengan lesu. Ia benar-benar merasa malu karena memiliki kekasih seperti Sehun―sama sekali tidak bisa bersikap mesra, bahkan saat di depan umum. Tapi anehnya, Jongin masih saja bertahan dengan pemuda menyebalkan itu. "Aku bersama dengannya," ucapnya lirih sambil menunjuk ke arah Sehun malas. "Hei, Sehun-ah! Kemarilah!" Jongin melambai ke arah Sehun.
Sehun dengan terpaksa menyeret langkahnya, kembali menghampiri Jongin. "Kau ini kena―eh, selamat malam." Sehun baru saja menyadari kehadiran dua makhluk baru di samping Jongin. Ia membungkuk sekilas kepada Minho dan Taemin.
"Selamat malam." Minho dan Taemin berucap serempak sambil melemparkan senyum.
"Taemin, Sunbae, kenalkan ini Sehun. Sehun, kenalkan ini Taemin," Jongin menunjuk ke arah Taemin. "dan ini Minho Sunbae," lanjutnya sambil menunjuk ke arah Minho.
"Salam kenal." Sehun kembali membungkuk hormat.
"Senang berkenalan denganmu, Sehun-ah." Taemin tersenyum manis. "Ehem, jadi kalian ini adalah―teman?"
"Jongin kekasihku." Sehun langsung merangkul pundak Jongin sambil menunjukkan cengirannya.
"O-oh." Taemin nampak terkejut. "Jadi, kau sudah punya kekasih, eh? Kenapa tidak bercerita padaku?" tanya Taemin dengan nada menggoda.
Jongin merasa risih karena Sehun yang mendadak bersikap mesra padanya. Ah, bukankah tadi kau sendiri yang ingin diperlakukan romantis oleh Sehun, eh? "A-anu, itu―"
Minho tertawa pelan menyadari kegugupan Jongin. "Sudahlah, Chagi. Jangan menggoda Jongin," tegurnya pada sang kekasih.
Taemin terkikik pelan. "Maaf, maaf," ucapnya.
Jongin menggaruk tengkuknya yang tak gatal. "Urm, bagaimana kalian bisa ada disini, eh?" tanya Jongin―berusaha mengalihkan pembicaraan.
"Kami sedang berlibur," jawab Taemin cepat.
"Atau lebih tepatnya pre honeymoon―auw!" Minho mengaduh di akhir kalimatnya, karena Taemin yang mencubit keras perutnya.
"Pre honeymoon?" Jongin bingung.
Apalagi Sehun.
Taemin mendesah kecil. "Abaikan ucapan Minho. Dia melantur," balasnya ketus.
Minho tergelak. "Taemin hanya malu mengakuinya di hadapanmu kalau aku sudah melamarnya seminggu yang lalu," celetuknya.
"MWO?!" Jongin benar-benar terkejut.
Sehun hanya terdiam―karena menurutnya tak ada yang perlu dikagetkan. Bukankah sudah sewajarnya sepasang kekasih yang menjalin cinta pada akhirnya menjalin hubungan yang lebih serius? Sepertinya, Jongin berekspresi berlebihan.
"Minho-ya!" Taemin memekik jengkel, lalu mengerucutkan bibirnya.
"Wah, selamat, Taeminnie, Sunbae." Jongin langsung menyalami kedua teman lamanya itu secara bergantian.
"Terima kasih, Jongin," balas Minho lembut.
Sementara itu, Taemin masih nampak kesal pada Minho.
.
000
.
"Hei, Kim Jongin! Kenapa melamun, eoh?" Baekhyun melewati meja kerja Jongin sambil memukulkan gulungan koran yang ada di genggamannya ke kepala Jongin.
"Aw, sakit, Hyung!" Jongin nampak kesal karena acara melamunnya diganggu oleh Baekhyun.
"Kau sih, melamun saja," komentar Baekhyun sambil mendudukkan tubuhnya di kursi kerjanya. "Jadi, apa yang sedang kau lamunkan, eoh?" tanya Baekhyun penasaran.
"Jangan ikut campur." Jongin menekuk wajahnya dan kembali membaca setumpuk kertas di atas mejanya.
"Jangan mengalihkan perhatian!" protes Baekhyun tak suka. "Aku bertaruh, pasti ada sesuatu yang terjadi antara kau dan Sehun semalam."
"E-eh?!"
"Kalian sudah bercinta, ya?"
"Apa?!" Jongin terkejut dengan ucapan Baekhyun yang frontal. Ya Tuhan, semesum apapun dirinya, ia tak pernah mengatakan hal-hal vulgar di tempat umum seperti sekarang―apalagi di tempat kerja. Ah, ini pasti karena pengaruh si idiot Chanyeol yang sudah menodai pikiran Baekhyun Hyungnya.
Baekhyun terkekeh pelan. "Aku hanya bercanda, Jongin-ah," balasnya. "Jadi, apa yang sebenarnya terjadi, eoh?" tanya Baekhyun sekali lagi.
Jongin mendesah kecil. "Semalam, saat berkencan dengan Sehun, aku bertemu dengan teman lamaku bersama kekasihnya. Dan aku mendengar bahwa temanku itu sudah dilamar," cerita Jongin sambil menerawang ke langit-langit.
"Lalu?"
"Lalu, aku iri." Nada bicaranya terdengar begitu frustasi. Ia menelungkupkan wajahnya ke atas meja kerjanya. Matanya terpejam.
Baekhyun tergelak di tempatnya. "Kau katakan saja pada Sehun. Apa masalahnya?" tanya Baekhyun.
Jongin mendesah kembali. "Masalahnya adalah―" Jongin menarik napas dalam-dalam. "―Sehun itu jauh lebih kekanakan dari kelihatannya. Semalam saja, dia tak mau membelikanku boneka anjing. Menyebalkan," gerutunya jengkel.
Baekhyun kembali tertawa―kali ini dengan intensitas suara yang lebih pelan. "Yah, itu artinya, kalian masih membutuhkan banyak waktu untuk mendewasakan diri kalian," ucap Baekhyun bijak. Ia mulai kembali fokus pada pekerjaannya.
Jongin mulai mengangkat kepalanya dan menoleh ke arah Baekhyun. Tumben sekali, pria imut itu bijaksana. "Yah, mungkin saja. Tapi, aku tak yakin jika Sehun bisa menjadi dewasa," gumamnya pelan.
Baekhyun menoleh ke arah Jongin. "Kau mencintai Sehun kan?"
Jongin mengerjap beberapa kali.
"Jadi, kau harus percaya padanya."
.
000
.
"Dewan Direksi sudah mengambil beberapa keputus dan salah satunya―"
Jongin menyimak ucapan Kris―atasannya―dengan baik. Jujur saja, ia gugup, karena ia sempat berpikir bahwa ia akan dipecat atau diturunkan dari jabatannya. Dalam kediamannya, ia berdoa, semoga tak ada yang bermasalah dengan pekerjaannya selama ini.
"―adalah memberimu promosi jabatan."
"Eh?!" Refleks, Jongin memekik. Ia langsung menutup mulutnya, karena menurutnya, sikapnya barusan itu bukanlah sikap yang sopan untuk ditunjukkan di depan atasannya.
Kris tertawa pelan melihat tingkah Jongin. "Dan kami sudah memutuskan untuk mempekerjakanmu pada Kantor Pusat di China. Kau bersedia?"
"E-eh? China?"
.
000
.
Jongin meletakkan dagunya ke atas meja. Matanya terpejam sejenak. Ia sedang menunggu Sehun yang sedang mengambil bubble tea pesanan mereka di meja kasir. Ada banyak hal yang berkecamuk di pikirannya. Mulai dari keinginannya agar segera dilamar oleh Sehun, hingga kabar promosi jabatannya yang mengharuskan ia pindah ke China. Ngomong-ngomong tentang promosi jabatan, Jongin belum memberikan keputusan pada atasannya dengan alasan ia harus membicarakannya dengan keluarganya―termasuk pada Sehun. Dan malam ini, ia berniat untuk menceritakan hal ini pada Sehun, sekaligus meminta pendapatnya.
"Bubble tea datang." Sehun berkata dengan nada riang sambil meletakkan bubble tea milik Jongin ke atas meja.
Jongin mendongakkan kepalanya sambil menyipitkan mata. "Kau benar-benar mirip uke," komentar Jongin.
Sehun tergelak karena Jongin masih saja mempermasalahkan siapa uke dan siapa seme diantara mereka. "Kenapa aku mirip uke, hm?" Ia duduk di depan Jongin.
Jongin meraih bubble tea miliknya. "Cara bicaramu, tingkahmu, bahkan kau lebih suka minum bubble tea daripada alkohol," cerocos Jongin.
"Kau kan tahu, aku punya masalah dengan lambung. Jadi aku tak tertarik dengan alkohol," balas Sehun tenang, lalu meminum bubble tea-nya.
Jongin mendengus pelan dan mulai meminum bubble tea-nya.
"Ada sesuatu yang ingin kau ceritakan padaku, hm?"
Jongin menarik napas, lalu memperbaiki posisi duduknya. "Aku mendapat promosi jabatan."
Sehun memandang Jongin tanpa berkedip.
"Dan aku harus dipindah tugaskan ke China." Jongin terdiam, menunggu reaksi Sehun.
Namun Sehun juga tetap diam, bahkan tidak mengubah ekspresinya.
"Kau tak ingin mengatakan sesuatu, eh?"
"Oh, kau sudah selesai bercerita?" Kali ini, kedua mata Sehun mengerjap.
"Ish! Pekalah sedikit, Oh Sehun!" bentak Jongin kesal.
Sehun terkekeh pelan. "Itu bagus, Jonginnie. Kau mendapat pekerjaan yang lebih baik," komentar Sehun akhirnya.
"Tapi, aku harus bekerja di China, Sehun. China!" pekik Jongin frustasi. Ya Tuhan, dari sekian banyak makhlukMu di dunia ini, kenapa ia harus jatuh cinta pada pria macam Sehun? "Kau tahu, berapa jarak dari Jepan ke China? Bermil-mil jauhnya! Dan jarak sejauh itu tak bisa kau tempuh hanya dengan melakukan 10 kali loncatan!" celoteh Jongin.
Sehun menangkup kedua pipi Jongin―mendekatkan wajah mereka sehingga tersisa jarak 1 inchi di antara keduanya. "Jadi, kau ingin aku melakukan apa hm?" Sehun menatap iris kecoklatan Jongin.
Jongin menundukkan kepalanya―berusaha menghindari tatapan Sehun. "A-aku ingin tetap pergi ke China asal―"
"Asal apa, hm?"
"Asal kau sudah mengikat jari manisku dengan jari manismu, tepat sebelum aku berangkat ke China."
Dan Sehun mengerjapkan matanya.
.
TBC
.
Sebenernya, ff ini bisa dijadikan oneshoot aja. Tapi kurang greget rasanya wkwk. Saya juga lagi suka bikin short story yang threeshoot atau twoshoot hehe. Jadi, ini nanti bakal jadi threeshoot yah~
Hm kira-kira, Sehun mau ngelamar Jongin gak ya? Hehehe
Disini nggak bakal ada konflik yang berat. Cuma Jongin aja yang pusing sendiri sama pemikirannya /loh
Dan sekedar pemberitahuan, Mianhae sedang dalam tahap penulisan oleh temen saya. Kalo udah selesai, barulah saya edit, terus saya publish disini. Saya usahakan secepatnya. Dan buat yang nunggu Marry Me, saya lagi semedi, soalnya akhir-akhir ini mood saya kurang bagus buat nulis fluffy _-_ Jadwal publish Marry Me nanti setelah Mianhae ya hehehe.
last but not least,
mind to review?
with love,
rappicasso
