A Confession
Summary: "Karena aku jatuh cinta padamu dan.. aku harus mencari cara.. untuk dapat melepasnya." SasuSaku. OneShot. AU. REQUEST.
Disclaimer: I DO NOT OWN ANY OF THESE THINGS!
Warning: OOC-ness. A little bit OC (only one, and not a major character in this fic).
Hey, hey, Helen balik lagi! Kali ini dengan rikues-an ditangan. Inilah request dari TheSyaoranSakuraLover, yang minta dibikinin cerita SasuSaku. Trus, waktu Helen lagi bosen dan ngerjain AMV, tiba-tiba ide cerita ini muncul waktu nonton episode 15 (DOA For a Day) dan 16 (Right Next Door) dari CSI:NY. Anyways, terima kasih untuk Dantana (Danny & Montana), D/L (Danny & Lindsay), M&M (Messer & Monroe) ato mau nyebut yang mana juga ngga apa-apalah.. yang udah ngasi inspirasi. I love you guys! DANTANA, D/L, M&M FOREVER!
Dan maaf soal Karin. NGGA BISA KEPIKIRAN CEWEK LAIN LAGI!! Kan dia juga ngga muncul banyak disini..
Keterangan: Di fic ini..
Kurenai dan Asuma punya anak: KONOHAMARU! Tapi Asuma udah meninggal, tentu saja..
Fic ini bilingual, Indonesia dan Inggris
Danny Messer : Uchiha Sasuke
Lindsay Monroe: Haruno Sakura
Ok, Danny is Sasuke? Danny as in, the cheerful, childish Danny? And Sasuke as in, the cool Sasuke? Wow!
A Confession
"Sakura-chan! Selamat ulang tahun ya!" Naruto berteriak didepan muka Sakura. Sakura hanya tersenyum dan menjawab dengan sebuah 'terima kasih'. Ia lalu pergi ke pintu keluar.
"Sakura, mau kemana lo?" tanya Ino.
"Ah, aku hanya mau keluar sebentar. 1 menit kok," jawab Sakura. Ia kemudian memakai jaketnya dan melangkah keluar dari ruangan yang sudah mulai penuh.
Hari itu adalah hari ulang tahun Sakura yang ke-26. Ia merayakannya dikamar apartemennya, tepatnya di apartemennya yang terbilang cukup besar. Tapi karena dia punya teman banyak dan mereka semua diundang, ruangan itu sudah penuh lautan manusia sekarang.
Ia melangkah keluar pintu apartemennya, menengok ke kanan dan kiri, berharap orang itu datang. Tapi, setelah kira-kira 15 detik ia melihat-lihat, sosok orang itu tidak juga muncul. Ia kemudian berjalan menuju lift dan menekan tombol turun. Setelah menunggu beberapa lama, lift yang ditunggu-pun datang. Pintunya terbuka dan Sakura masuk. Ia memencet tombol GF, Ground Floor. Saat sampai di GF, ia cepat-cepat keluar dari lift dan berjalan menuju pintu keluar-masuk apartemen. Ia membukanya dan kembali menengok ke kiri-kanan tapi tak menemukan sosok orang itu. Ia akhirnya pasrah dan masuk kembali kedalam apartemennya. Ia memasuki lift dan memencet tombol 7.
Sakura's POV
Aku benar-benar mengharapkan dia untuk datang. Tapi.. kenapa dia tidak datang? Aku sudah memberi tahu-nya seminggu yang lalu bahwa aku mengundangnya. Di apartemenku. Kenapa dia tidak datang? Apa dia tidak peduli padaku lagi?
End of Sakura's POV
Sakura ingin menangis. "Tidak peduli padaku, eh? Kurasa benar.." pikirnya. Ia sangat sedih, tapi di dalam sedih itu, ia juga merasa marah. Marah pada-nya, karena dia tidak datang, dan marah pada dirinya sendiri, karena ia begitu bodoh mengharapkan-nya datang. Ia begitu bodoh..
-A Confession-
"Sasuke, kita kesana, yuk!" ajak Karin. Sasuke hanya mengangguk lemah. Ia sudah pegal sedari sore diajak jalan oleh Karin. Karin.. well, Karin.. dibilang pacar juga bukan. Teman? Mungkin lebih dekat kesitu. Sudah beberapa minggu ini ia dan Karin menghabiskan waktu bersama. Jalan-jalan, makan, jalan-jalan. Tapi 80 persen-nya menemani Karin shopping.
"Sasuke mau yang mana?" tanya Karin. Sasuke menoleh. Karin sedang berdiri didepan sebuah rak yang berisi pigura-pigura. Awalnya Sasuke hanya bergidik. "This is not my thing!" katanya dalam hati. Tapi akhirnya ia memilih juga.
"Yang itu," kata Sasuke sambil menunjuk sebuah pigura kecil berbentuk persegi panjang berwarna biru dengan ornamen bunga sakura disetiap tepi-nya. Melihat Sasuke menunjuk itu, Karin langsung mengambilnya.
"Sasuke hebat! Ini bagus! Aku bayar dulu ya, Sasuke.." kata Karin. Tapi ia tidak langsung beranjak dari situ. Ia menunggu. Menunggu Sasuke untuk bilang, "Biar aku saja yang bayar." Tapi nyatanya Sasuke hanya diam. Karin memonyongkan bibirnya dan menghentakkan kakinya menuju kasir.
"Dasar, Sasuke! Mikirin apa lagi sih!?" batin Karin saat ia sedang membayar pigura itu. Sasuke, yang sedari tadi bengong menatap lantai, mulai mengingat-ingat.
"Hari ini kayaknya ada sesuatu yang penting deh. Apa ya?" pikir Sasuke. Ia berusaha mengingat tapi semakin keras ia berusaha mengingat, semakin lupa ia jadinya. Akhirnya ia memutuskan untuk berhenti memikirkannya dan menarik Karin untuk pulang.
-A Confession-
Sehari setelah ulang tahun Sakura..
"Hei, Sasuke, tolong berikan ini ke Sakura," kata Sai sambil tangan kirinya menyerahkan sebuah tabung reaksi sementara matanya tidak beralih dari mikroskop. Sasuke menerimanya tanpa banyak bicara dan pergi ke lab dimana Sakura berada.
Sasuke, Sakura dan teman-temannya yang lain bekerja di kepolisian Konoha sebagai lab rats (1). Kali ini Sasuke, Sakura, Sai dan beberapa teman mereka yang lain sedang menyelidiki kasus hilangnya seorang anak perempuan berumur 5 tahun.
Sasuke memasuki lab ketika Sakura sedang bekerja dengan komputernya.
"Hey, Sakura," panggil Sasuke. Sakura melepas pandangannya dari komputer.
"Oh, Sasuke! Bagus sekali! Tidak ada yang mengatakan kau spesial seperti tabung-tabung reaksi yang menampung DNA," kata Sakura, dengan suara yang dibuat semanis mungkin. Sasuke curiga.
"Kau tak akan memafkan aku?" tanya Sasuke.
"Melupakan hari ulang tahun-ku? Mungkin tidak. Kau dapat ini darimana?" tanya Sakura.
"Sai menemukan lebih banyak sampel darah di pisau. Juga ada batu yang tersembunyi didalam pegangan pisau itu. Kau sudah menganalisis darah yang aku temukan di lantai?" tanya Sasuke. Sakura menutup pintu alat didepannya.
"Yep. Bukan darah manusia, aku sudah mengantarnya ke Serology (2) untuk analisis protein," jawab Sakura. Ia kemudian menyilangkan kedua tangannya di dada. Sasuke, yang menyadari ini, langsung buka mulut.
"Sakura, ayolah. Cowok.. kami ngga dilahirkan untuk mengingat tanggal. Kami dilahirkan untuk mengingat sport stats lalu.. harga-harga steak. That sort of thing, alright?" Sasuke berusaha meyakinkan Sakura. Aslinya sih, Sasuke mau minta maaf, kenapa jadinya kayak gini?
Sakura berbalik pada Sasuke. "Harga steak?" tanya Sakura. Sasuke mengangguk tanpa rasa bersalah. "You are so busted."
-A Confession-
Sakura's POV
Biar aku terangkan kasus ini. Seorang anak perempuan berumur 5 tahun hilang, kemungkinan diculik. Tapi anehnya, penculiknya tidak menelpon orang tua anak itu untuk tebusan. Lalu, baru tadi pagi, apartemen milik atasanku terbakar dan kami menemukan korban yang terbakar. Jadi, kami punya 2 kasus. Hilangnya anak itu dan korban di apartemen atasanku. Lebih parah lagi, sepertinya Sasuke tidak mau disalahkan atas kejadian melupakan hari ulang tahunku.
End of Sakura's POV
"Dan.. ia menolak aku ajak makan siang.." batin Sakura.
Flashback
RRR! RRR!
Handphone Sasuke berdering. Sasuke mengangkatnya.
"Uchiha."
"Hei, ini aku."
"Hei, bagaimana Anko? Dia baik-baik saja?" tanya Sasuke.
"Yeah, dia akan baik-baik saja," jawab Sakura dari seberang telepon.
"Well, kau beritahu dia, kalau dia butuh apa saja, maksudku, apa saja, aku disana," kata Sasuke.
"Aku akan beritahu. Jadi, dengar, aku berpikir sebelum shift-mu mulai, mungkin kita bisa makan siang bersama? Giliranku membayar?" tanya Sakura, berharap jawabannya iya. Tapi jawaban yang diberikan Sasuke bertentangan 180 derajat.
"Sebenarnya, aku harus ke bank, aku harus ke dry cleaners, aku harus membawa motorku ke bengkel untuk diperbaiki," kata Sasuke sambil menyiapkan sebuah sandwich.
Sakura terdiam sesaat. "Apa semuanya baik-baik saja? Ada yang salah?" tanya Sakura.
"Apa maksudmu 'ada yang salah'? Tidak ada yang salah. Aku hanya.. aku hanya ada kerjaan yang harus aku kerjakan dan uh.. sampai ketemu di kantor. Bye." Sasuke menutup handphone-nya, meninggalkan Sakura diseberang sana sedang bingung.
Flashback: Over.
Setelah melakukan beberapa penyelidikan, tim Sakura menemukan bahwa kebakaran tidak dimulai di apartemen korban, seperti yang dipikir sebelumnya karena apartemen itulah yang paling rusak. Akhirnya Sakura, Naruto, dan atasannya yang apartemennya terbakar itu, Anko, pergi ke apartemen Anko lagi. Kali ini ke kamar disebelah kamar Anko.
Saat sedang menyelidiki, tiba-tiba terdengar Anko berseru dari sebuah ruangan. Naruto dan Sakura segera menemuinya.
"Apa yang kaudapat?" tanya Naruto.
"Pemantik api. Ada cap jari disini. Sepertinya ini adalah kamar Konohamaru, anak Kurenai. Hanya Asuma, suami Kurenai yang merokok tapi dia sudah meninggal beberapa minggu yang lalu, bagaimana pemantik api ini bisa ada disini?" tanya Anko.
Kurenai dan Asuma adalah pemilik dari kamar disamping kamar Anko, yang juga adalah tetangga Anko. Beberapa minggu lalu, Asuma meninggal. Hanya tinggal Kurenai dengan anaknya, Konohamaru sendiri. Kemarin, Anko bilang, Kurenai kedatangan tamu yaitu keponakan perempuannya. Katanya, Kurenai secara sukarela membantu kakaknya untuk menjaga anak kakaknya itu. Tapi Anko bisa mencium sesuatu yang tidak beres.
"Aku akan balik ke lab, memeriksa pemantik api ini bersama Shikamaru," kata Sakura. Ia berbalik menuju pintu.
"Aku ikut!" Anko menyusul Sakura, meninggalkan Naruto sendiri.
"Jadi ceritanya gue ditinggal!?" tanya Naruto. Ia melihat-lihat apartemen yang sudah gosong itu lagi sebelum akhirnya berlari menyusul Sakura dan Anko.
-A Confession-
"Kiba tadi telepon. Dia bilang Kurenai tidak meninggalkan alamat. Jadi, kau mau mengecek satu-satu hotel, stasiun bus, kereta di Konoha atau apa?" tanya Sasuke ketika ia memasuki lab dimana Shikamaru, Sakura dan Anko sedang memproses bukti-bukti dari kamar apartemen Kurenai.
"Sakura, kau mau lihat ini?" tanya Shikamaru, matanya tidak lepas dari komputer. Sakura mendekatinya dan ikut menatap layar komputer.
"Kau punya foto Konohamaru atau Kurenai?" tanya Sasuke pada Anko.
"Aku tidak mengenal mereka begitu baik. Tapi mungkin aku bisa memberikan deskripsi pada sketch artist," jawab Anko.
"Kau yakin ini benar?" tanya Sakura memecah keheningan. Sasuke dan Anko menoleh.
"Memproses-nya dua kali, hasil sama," jawab Shikamaru.
"Tidak masuk akal. Cap ini tidak akan ada di pemantik api itu. Sama sekali tidak ada hubungannya," kata Sakura.
"Um.. boleh kami tahu kalian sedang membicarakan apa?" tanya Anko. Sakura berbalik pada Anko.
"Sejauh ini, cap-cap jari yang kami angkat dari barang pribadi Kurenai tidak ada yang cocok dengan cap jari di pemantik api," kata Sakura.
"Jadi bukan Kurenai ataupun anaknya yang memulai kebakaran," kata Anko bingung.
"Jadi, kita kembali pada tersangka utama kita?" tanya Sasuke.
"Tidak." Shikamaru memotong kalimat Sasuke. "Cap di pemantik api kecil. Kepunyaan anak kecil. Kepunyaan.." Shikamaru memutar layar komputer sehingga layarnya sekarang berhadapan dengan Sasuke dan Anko. "Mihoko Sato."
"Anak yang hilang itu? Bagaimana bisa?" tanya Sasuke.
"Orangtua-nya mendaftarkan cap ibu jarinya kepada 'Safe Child Database'," kata Shikamaru.
"Muka anak itu ada di berita manapun. Bagaimana orang tidak mengenalnya?" tanya Sasuke.
"Itu dia," kata Anko tiba-tiba. Shikamaru, Sakura dan Sasuke (the 'S' trio?) menoleh.
"Kurenai membawanya. Kurenai bilang dia adalah keponakannya," kata Anko.
"Kau melihat Mihoko Sato?" tanya Sakura.
"Tidak, aku mendengarnya. Dia ada di kamar apartemen Kurenai."
-A Confession-
Besoknya..
"Itu." Anko sedang duduk bersama sketch artist. Anko diminta untuk mendeskripsikan muka Kurenai dan sketch artist, dengan menggunakan program khusus, memasangkan beberapa bagian muka hingga persis seperti muka Kurenai.
Sementara itu, di sebuah ruangan, Sasuke dan Sakura sedang dalam telepon. Mereka menelepon sekolah Konohamaru dan beberapa tempat yang pernah Kurenai datangi.
"Rambut coklat, 168 cm, warna matanya merah, uh.. dia mempunyai anak berumur 11 tahun bernama Konohamaru.."
"Sarutobi Konohamaru. Well, biar aku tanya ini. Apa dia kesekolah hari ini? Kami punya sketsa yang bisa kami faks kesana," kata Sakura di telepon.
"Tidak, aku mengerti. Terima kasih." Sasuke kemudian menutup telepon-nya.
"Terima kasih." Kali ini Sakura yang menutup telepon-nya.
"Aku mau beli kopi, kau mau kopi?" tanya Sasuke, pandangannya kebawah menatap beberapa kertas.
"Ng.. tidak. Terima kasih," jawab Sakura seadanya.
"Seberapa lama kau mau marah padaku, Sakura?" tanya Sasuke. Sakura mengangkat kepalanya.
"Oh, semuanya tentang itu? Aku marah kepadamu?" tanya Sakura.
"Ini.. masih tentang aku lupa ulang tahunmu?" tanya Sasuke balik.
"Dengar, aku tidak mau makan siang kemarin. Kenapa kau buat itu sebagai masalah besar?" tanya Sasuke.
Sakura terdiam sesaat, kemudian matanya menatap mata onyx Sasuke. "Tolong bantu aku, Sasuke. Don't reduce me to some shallow clingy girlfriend that's starting to suffocate you, ok? Ini bukan tentang itu. Sejak kakakmu meninggal aku.. aku merasa aku kehilangan sahabat terbaikku. Dan aku tidak mengatakan ini atas iri, ok? Aku tahu bagaimana rasanya kehilangan seseorang yang kau sayangi. Melihat mereka di satu hari dan tidak melihat mereka lagi untuk hari-berikutnya.. dan kau tahu kau tak akan pernah melihat mereka lagi. Aku tidak akan menyangka kau tak akan bersedih hati. Tapi jelas kau memutuskan untuk melalui itu sendirian!" kata Sakura. Sasuke sudah tidak bisa lagi menatap mata Sakura. Ia melihat kebawah.
"Ok, aku mengerti." Sakura kemudian berdiri. "Salahku mengira kau membutuhkan seseorang untuk diajak bicara. Dan kau tahu, aku tidak marah padamu." Sasuke masih menatap lantai. Ia tidak tahu kenapa, tapi ia sedikit merasa malu.
"Aku marah pada diriku sendiri." Kalimat itu mengangkat kepala Sasuke. Tapi Sakura belum selesai bicara.
"Karena aku jatuh cinta padamu dan.. aku harus mencari cara.. untuk dapat melepasnya." Sakura kemudian berjalan menuju pintu keluar dan menarik pintu kaca didepannya dengan kasar, dan keluar dari ruangan itu. Ia tak bisa berlama-lama dengan Sasuke.
Di ruangan kaca itu, Sasuke duduk, diam, tidak percaya apa yang baru saja dia dengar. Ia ingin mengejarnya, tapi kakinya tidak menurut. Akhirnya Sasuke hanya menatap Sakura pergi.
-A Confession-
Beberapa hari setelah pengakuan dan 'sedikit' ceramah dari Sakura, Sasuke mulai bisa melihat dengan jelas. Apa saja yang tidak bisa ia lihat (bukan hantu atau semacamnya..). Terlebih lagi, ia bisa melihat apa saja yang Sakura sudah perbuat padanya selama kurang lebih 2 tahun ini.
Sakura membuatnya tersenyum..
Sakura membuatnya tertawa..
Sakura membuatnya menangis..
Sakura membuatnya bahagia..
Sakura membuatnya mengerti.. mengerti tentang cinta.. dan ia tidak akan melepas Sakura hanya karena Sakura men-ceramahi-nya. Harus Sasuke akui, ceramah Sakura itu ada benarnya juga. Sejak kematian kakaknya, Uchiha Itachi, yang tewas dibunuh orang yang dendam dengan Sasuke, beberapa bulan yang lalu, ia semakin menutup. Semua ia lalui sendiri, tak mau menyeret orang lain kedalamnya. Sebagian besar orang membiarkannya, karena messin' with Uchiha Sasuke means messin' with your life. Tapi ternyata Sakura melihatnya sebagai orang lain. Selama ini, orang melihat Sasuke sebagai 'Orang yang tertutup'. Tapi Sakura tidak. Ia melihat Sasuke sebagai 'Orang yang perlu dibuka'. Dan Sasuke menghargai itu. Sungguh.
Dan hari itulah Sasuke berencana untuk meminta maaf ke Sakura. Minta maaf karena melupakan ulang tahun-nya. Minta maaf karena menolak makan siang bersama. Minta maaf karena dia berjalan sendiri. Minta maaf karena Sakura sudah mengambil berat terhadapnya terlalu banyak. Sakura sendiri.. Sasuke juga ngga yakin apa Sakura mau memaafkannya..
RRR!! RRR!!
Sasuke mengambil handphone-nya dari sakunya. Ia mengecek caller-ID-nya. Uzumaki Naruto.
"Uchiha."
"Hey, kau ke apartemen Anko lagi, sono! Sama Sakura doang tapinya," kata Naruto dari seberang telepon. Ketika mendengar nama Sakura, Sasuke langsung melihat kesempatan untuk minta maaf. Apalagi ini hanya mereka berdua.
"Baiklah," jawab Sasuke singkat.
"Oke! Udah sono! Pergi! Hush.. hush!"
"Ceritanya gue diusir?"
"Bercanda.. Dah!"
"Dah.."
Sasuke menarik nafas dalam-dalam dan membuangnya. Ia kemudian berjalan ke ruang loker untuk mengambil lencana-nya, pistol-nya dan peralatannya.
-A Confession-
Sasuke dan Sakura sudah sampai didepan apartemen yang terbakar itu. Sasuke mematikan mesin mobil SUV kepunyaan kepolisian Konoha. Tapi ia tidak langsung turun. Ia duduk dulu sebentar ditempatnya. Sakura juga duduk sebentar. Sakura punya alasan. Dia lelah. Sudah hampir 72 jam dia tidak tidur mengurusi kasus ini. Sakura diam ditempatnya, matanya tertutup.
"Hei," panggil Sasuke. Sakura membuka matanya perlahan dan menoleh pada Sasuke.
"Aku minta maaf," kata Sasuke. Sakura masih diam.
"Mungkin.. mungkin kita perlu bicara," lanjut Sasuke. Sakura diam, tidak ada ekspresi dimukanya. Tapi pandangan matanya tertuju pada Sasuke. Setelah beberapa detik, akhirnya Sakura buka mulut.
"Kenapa kau minta maaf?" tanya Sakura bingung. Sasuke menatapnya dengan muka bingung juga.
"Aku lupa ulang tahunmu. Aku tidak mau pergi makan siang denganmu. Aku.. hanya ingin minta maaf," kata Sasuke menunduk, tiba-tiba mengetahui bahwa perseneling mobilnya adalah benda yang menarik untuk ditatap.
"Sasuke.. Harusnya aku yang minta maaf. Dengan seenaknya memaksamu untuk makan siang denganku dan dengan seenaknya ikut campur dalam kematian kakakmu.. Mungkin dalam hal ini aku yang salah," kata Sakura.
"Aku juga ingin berterima kasih dan meminta maaf. Terima kasih, karena selama 2 tahun ini kau begitu mengambil berat terhadapku. Dan maaf, karena kau terlalu repot mengambil berat aku. Aku bisa mengurus diriku sendiri," kata Sasuke.
"Baiklah kalau itu maumu." Sakura membuka pintu mobil dan menutupnya. Kemudian terdengar bagasi mobil terbuka dan Sakura mengambil peralatannya. Setelah Sakura menutup bagasi mobil -dengan agak sedikit keras-, tinggalah Sasuke didalam mobil, diam. Ok, jadi rencana 1 gagal. Saatnya membuat rencana 2, dan ia harap ini berhasil.
-A Confession-
RRR! RRR!
Handphone Sakura bergetar. Sakura mengeluarkannya dari kantong jaket-nya dan mengecek caller-ID-nya. Terpampang disitu 'Uchiha Sasuke' dengan foto Sasuke dibawahnya. Sakura memencet 'Answer'.
"Hei."
"Hei. Kau dimana?" tanya Sasuke dari seberang.
"Aku sedang mengambil 'rain-walk'. Hal di keluargaku, kau tak akan mengerti," jawab Sakura.
"Yeah, mungkin. Mungkin ada beberapa hal yang aku mengerti sekarang. Bagaimana dengan itu?" tanya Sasuke.
"Seperti apa?"
"Betapa menyesalnya aku karena mendorongmu keluar dari hidupku?"
"Sasuke, aku sudah mencoba memberimu ruang tapi aku tidak tahu berapa lama lagi aku bisa merasa sendirian. Hal itu memberantakkan kerjaku. Hal itu melukai hatiku," kata Sakura.
"Aku tahu. Aku bersumpah itu tidak akan pernah terjadi lagi. Karena kenyataannya.. kenyataannya aku kangen padamu. Aku kangen padamu lebih dari apa yang bisa kukatakan padamu jika, uh.. aku tidak tahu bagaimana menyampaikannya."
"Apakah kau tahu seberapa susahnya kau untuk mencintai?" tanya Sakura. Sasuke, diseberang telepon, tersenyum dan tertawa kecil. Sakura juga ikut tersenyum mendengar tawa Sasuke.
"Bagaimana kalau kau datang ke sini dan beritahu aku secara langsung?" tanya Sasuke. "Please?"
Sakura terdiam sesaat. Sasuke juga. Sakura bingung. Akhirnya ia menjawab, "Aku harus pergi." Sakura kemudian mematikan line.
-A Confession-
Besoknya..
"Teme, lagi ngga ada kerjaan ya?" tanya Naruto.
"Iya nih."
"Boleh-boleh aja si lo bosen tapi.. JANGAN DUDUK DI KURSI GUE DONG!" teriak Naruto. Sasuke menatap sahabatnya itu dengan malas dan beranjak dari kursi besar Naruto.
"Bersihin dulu!" perintah Naruto.
"Emang gue babu lo!?"
"Lo kan anak buah gue!"
Dengan bersungut-sungut, Sasuke membersihkan kursi kulit Naruto itu.
"Tuh, udah!"
"Makasih. Udah sana lo pergi! Lo kan masih ada 2 kasus lagi yang masih kebuka. Jangan leye-leye dong!" kata Naruto. Dengan sebuah 'iya' lemas, Sasuke menyeret tubuhnya keluar dari kantor kaca milik Naruto. Setelah Sasuke hilang dari pandangan, Naruto menggelengkan kepalanya.
"Teme.. kalo gitu pasti lagi ada masalah sama Sakura-chan.." katanya.
"Masalah apa sih, Naruto-kun?" tanya Hinata yang tiba-tiba masuk.
"Whoa! Hinata-chan! Jangan bikin kaget, ah!" kata Naruto.
"Ma-maaf! Oh ya, Naruto-kun, ini tox report-nya. Tadi Tenten-chan yang ngasi," kata Hinata sambil menyerahkan sebuah file.
"Oh, makasih ya, Hinata-chan."
"Iya."
"Eh, Hinata-chan!" Hinata, yang baru aja mau buka pintu, berbalik lagi.
"I-iya, Naruto-kun?"
"Nanti malem mau makan bareng? Aku traktir deh!" kata Naruto.
Hinata tersenyum manis. "Baiklah. Shift kita selesai jam setengah delapan," kata Hinata.
"Berarti, aku tunggu kau di ruang loker. Setengah delapan.. lewat dikit deh ya," kata Naruto. Hinata mengangguk dan membuka pintu kaca kantor Naruto dan ia keluar dari situ.
-A Confession-
Setelah Anko dan Sasuke menangkap Kurenai dan Kiba menginterogasi-nya, mereka meminta baju yang Kurenai pakai. Ketika Sasuke dan Anko memasuki lab, mereka langsung disambut kalimat beruntun dari Sakura.
"Aku mungkin punya petunjuk yang bisa dimana Sarutobi Kurenai menyekap Mihoko Sato. Hanya petunjuk sih.."
"Dan.. apa itu?" tanya Anko.
"Sandplain gerardia. Jatuh dari baju Kurenai."
"Dia florist. Pasti dia banyak di bajunya," kata Anko.
"Benar. Tapi yang seperti ini hanya datang dari tanaman langka yang dilindungi di Konoha. Malah, 6 dari 12 tanaman ini didunia dilestarikan di bagian barat Konoha," kata Sakura menerangkan panjang lebar.
"Ok. Jadi kita pergi ke barat Konoha," kata Sasuke.
"Tidak, karena, aku tidak berpikir bahwa disanalah asal dari serpihan-serpihan bungan di baju Kurenai ini. Aku menemukan jejak chemical toxin. Tanaman di barat Konoha, mereka bukan hanya langka tetapi juga dilestarikan dan federally protected. Tidak mungkin mereka membiarkan bahan kimia masuk ke tanaman ini," kata Sakura.
"Jadi, maksudmu, tanaman yang ini, yang ada di baju Kurenai, ditumbuhkan dilain tempat di Konoha," kata Anko.
"Secara ilegal," lanjut Sakura.
"Jadi, menumbuhkan tanaman ini adalah ilegal.." kata Sasuke.
"Well, seseorang pasti telah mencurinya dan menumbuhkannya diluar barat Konoha. Mereka bisa dituntut ke pengadilan, karena itu aku mengalami masalah dalam mencari lokasinya. Jadi, aku membuat beberapa asumsi. Dimanapun tanaman ini ditumbuhkan, mereka dekat dengan pabrik," kata Sakura lagi.
"Masuk akal. Bahan kimia dari pabrik terbawa oleh angin dan jatuh tepat diatas tanaman. Boom!" kata Sasuke.
"Aku sudah mencari semua pabrik yang berdekatan dengan tanah kosong, gedung kosong, rumah hijau di Konoha. Aku tidak bisa berjanji apa-apa tapi aku masih berharap," kata Sakura.
"Apa yang ingin kau lakukan?" tanya Sasuke pada Anko.
"Mudah-mudahan Sakura menemukan sesuatu. Sekarang, kita akan coba dengan Kurenai di tahanan. Kita harus membuat dia mengungkapkan dimana dia menahan Mihoko Sato." Dengan itu, Anko pergi keluar lab. Tinggalah Sasuke dan Sakura berdua. Lab sedang sepi. Sudah sore, banyak yang shift-nya sudah habis.
Sasuke menatap kepergian Anko dengan tampang 'jangan-tinggalkan-aku-sendiri-disini'. Tapi apa boleh buat, Anko sudah pergi untuk menemui Naruto dan Kiba.
"Rencana 3. Mudah-mudahan berhasil!" batin Sasuke. Tunggu dulu, rencana 2 yang mana? Rencana 2 itu.. yang Sasuke menelepon Sakura waktu Sakura sedang 'rain-walking'.
"Sakura. Aku.." Sebelum Sasuke dapat menyelesaikan kalimatnya, Sakura sudah memotong.
"Mungkin tidak perlu maaf lagi," kata Sakura. Sasuke tertawa kecil.
"Well, kita sudah mendengar banyak maaf sebelumnya, huh?" Sasuke dan Sakura tertawa bersama. Setelah itu, mereka terdiam lagi.
"Sakura, kali ini aku serius. Aku benar-benar minta maaf. Tak akan pernah terjadi lagi. Kau mau memaafkanku?" tanya Sasuke.
"Entahlah, Sasuke. Ada banyak hal yang sudah kau perbuat padaku. Maaf.. aku tidak berpikir satu maaf bisa memaafkan semuanya," kata Sakura.
"Kau mau aku meminta maaf berapa kali?" tanya Sasuke polos.
Sakura tersenyum melihat kepolosan Sasuke. "Bukan itu. Hanya saja.."
"Aku benar-benar minta maaf, ok? I'll do anything for you to forgive me," kata Sasuke.
"Baiklah. Apology accepted," kata Sakura. Sasuke tersenyum cerah. Ia lega.
"Terima kasih!" kata Sasuke.
"Sama-sama. Sekarang, kau bilang kau akan melakukan apa saja kan?" tanya Sakura. Muka Sasuke langsung pucat.
"Tenang saja.. Hal kecil."
-A Confession-
Happy birthday, Sakura. I know it's kinda late but I thought, since you have accepted my apology, I should do something.
This is all your idea, ok? But I'm happy doing it. I'll call you on 7. On the dot, ok?
-Sasuke-
Sakura membaca kartu yang dipegangnya sambil tersenyum. Ia menemukan kartu itu tergeletak di dalam loker-nya. Ia kemudian mengecek jam tangannya. Jam 7 kurang 1 menit. Tiba-tiba, handphone Sakura bergetar. Ia mengecek caller-ID-nya dan cepat-cepat mengangkatnya.
"Kau semenit lebih cepat!" kata Sakura.
"Oh ya? Di jam-ku sih.. jam 7 pas," kata Sasuke dari seberang telepon.
"Wow, aku harus menyamakan jam-ku dengan jam-mu. Ada apa?" tanya Sakura sambil tertawa.
"I was wondering, maybe before you go home.. dinner? My turn to buy?" tanya Sasuke.
"That's my line! Tapi, ngga apa-apa deh. Kau dimana?" tanya Sakura.
"Aku baru keluar dari kantor Naruto. Kau pasti di ruang loker," kata Sasuke.
"Hehe.. iya. Baiklah, aku tunggu kau di ruang loker. Ok. Bye." Sakura kemudian menutup handphone-nya.
"Sakura-chan juga mau makan malam?" tanya Hinata dari belakang Sakura. Sakura terlonjak kaget.
"Hi-hinata! Jangan bikin kaget dong!" kata Sakura sambil mengelus dadanya.
"Aneh. Kau orang kedua yang bilang itu padaku hari ini," kata Hinata.
"Siapa yang pertama?"
"Naruto-kun."
"Oh.."
"Jadi, Sakura-chan mau makan dimana?" tanya Hinata.
"Ng.. ngga tau. Sasuke yang menentukan. Kau ngapain disini?" tanya Sakura.
"Ah, aku juga mau makan malam. Aku disini menunggu Naruto-kun," kata Hinata.
"Ciee.. Yang lagi nunggu!" goda Sakura.
"Sakura-chan kan juga nunggu?" tanya Hinata. Seketika itu juga, Sakura berhenti menggoda Hinata dan bergumam, "Oh iya, ya..".
"Sakura!" Sakura berbalik ketika namanya dipanggil. Diambang pintu ruang loker, berdiri seorang Uchiha Sasuke, dengan gaya cool-nya yang biasa.
"Sasuke!" Sakura menghampirinya. "Jadi, kita mau kemana?" tanya Sakura.
"Ada restoran baru di tengah kota (disini ceritanya Konoha tuh kota, bukan desa) namanya 'Bourdain's'. Katanya makanan disana enak," kata Sasuke.
"Kau mencuri ide-ku, teme!" kata seseorang dari belakang Sasuke.
"Dobe! Ngapain kau disini!?" tanya Sasuke, agak sedikit kaget.
"Emang gue dilarang kesini? Gue mau jemput Hinata," kata Naruto sambil menghampiri Hinata.
"Ngga elit amat lo, jemput disini.. Emang pada mau ngapain?" tanya Sasuke lagi.
"Gue ama Hinata mau makan malam. Di restoran baru yang kau sebut tadi itu, teme," kata Naruto.
"Oh, jadi kita akan makan disana, Naruto-kun?" tanya Hinata. Naruto mengangguk.
"Kebetulan. Manajer-nya adalah teman ayahku. Mungkin kita bisa pergi bersama dan.. dapat diskon mungkin?" tanya Hinata menunggu persetujuan. Muka Sakura sudah cerah.
"Wah! Boleh tuh!" seru Sakura mengangguk setuju. Tapi kedua cowok agak ragu-ragu.
"Gimana ya.. Gue ngga mau satu tempat ama dobe. Bisa-bisa gue ketularan virus bodohnya," kata Sasuke pura-pura mikir.
"Gimana ya.. Gue ngga mau satu tempat ama teme. Bisa-bisa gue ketularan virus sok keren-nya itu," Naruto membalas ejekan Sasuke.
"Huh! Kalian ini! Tidak ada hari tanpa mengejek! Sudah! Kalian mau atau tidak?" tanya Sakura. Naruto dan Sasuke masih ragu. Tapi akhirnya mengangguk. Takut entar di geplak ama cewek mereka (kalo Naruto, takut ternyata Hinata lagi PMS).
"Ok, then! Shall we go?" tanya Sakura. Tangan kanannya menggelayut pada lengan kiri Sasuke. Sasuke blushing (I've warned you about the OOC..).
"Baiklah. Ayo, Naruto-kun," ajak Hinata. Mereka berdua kemudian keluar tapi hanya sampai ambang pintu.
"Kau tidak ikut, teme?" tanya Naruto.
"Ah, aku disini dulu," jawab Sasuke. Naruto tersenyum, menyadari rencana Sasuke. Ia kemudian segera mengajak Hinata ke mobilnya. Kini, tinggalah Sasuke, berdua dengan Sakura di ruang loker.
"Aku ingin bicara denganmu," kata Sasuke.
"Ada apa, Sasuke?" tanya Sakura.
"Ada dua. Pertama, terima kasih sudah memaafkanku," kata Sasuke. Sakura tersenyum. Senyum (dalam opini Sasuke) aphrodite (3). Aphrodite-pun kalah kali!
"Sama-sama. Ini sudah ketiga kalinya kau katakan itu hari ini," kata Sakura, yang langsung disambut Sasuke yang tertawa kecil. Lalu Sakura memulai lagi.
"Lalu yang kedua a-?" Sebelum Sakura bisa menyelesaikan kalimatnya, Sakura dapat merasakan bibir lembut Sasuke.
"Tidak mungkin! Sasuke.." Berbagai pikiran berkecamuk dikepala Sakura.
Setelah beberapa detik, mereka berpisah. Mereka berdua blushing.
"Sasuke.." Sakura berusaha mengatakan kata-kata selanjutnya tapi ia tidak bisa. Tiba-tiba, handphone Sasuke berbunyi. Sasuke segera mengangkatnya.
"Apaaaa??" tanya Sasuke ke telepon. Tampaknya dia agak sewot.
"Duh.. Lo tuh dimana sih? Cepetan dong ah!" seru seseorang dari seberang telepon.
"Dobe, sabar dikit bisa ga sih!?" balas Sasuke. Ternyata itu Naruto.
"Hih! Sebel gue urusan ama lo! Ya udah. 2 menit! Kalo ngga gue tinggal!" kata Naruto.
"Bodo amat lo tinggal, kan gue punya mobil sendiri. Kalo ngga pake SUV kepolisian aja. Gampang kan?" kata Sasuke santai.
"Bener deh, makan ati gue ngomong ama lo!" kata Naruto. Kemudian ia mematikan line.
"Naruto?" tanya Sakura. Sasuke mengangguk.
"U-udah yuk, kita ke parkiran aja. Udah malem nih," kata Sasuke sambil menggandeng tangan Sakura. Sakura tersenyum dan ikut berjalan. Masa bodo dengan peraturan kepolisian tentang 'Hubungan antar pekerja'. Yang penting mereka bersama, ngga masalah kan?
Ketika mereka sedang di lift berdua, Sakura menanyakan sesuatu. "Oh ya, Sasuke, kenapa kau bisa lupa hari ulang tahun-ku?".
Sasuke menatap muka Sakura dengan horror. Dia sudah menyangka Sakura akan menanyakan itu. Ia menghela nafas. Dan membalikkan badannya menghadap pada Sakura.
"Ok. Pertama, aku benar-benar lupa. Maaf." Sakura mengangguk. "Lalu kedua.. uh.. aku.. waktu itu sedang jalan-jalan.." kata Sasuke takut-takut.
"Jalan-jalan? Dengan siapa, Sasuke?" tanya Sakura.
"Karin.."
Hening..
Hening..
"Sakura?"
"A-ahahaha! Ternyata dengan Karin toh," kata Sakura. Ia tertawa setelah mendengar nama Karin. Sasuke semaking bingung.
"Emang kenapa?"
"Ngga. Lucu aja. Kamu, Karin, jalan-jalan bareng. Ahaha!" Sakura kembali tertawa.
"Ini bukan bercanda tau!" kata Sasuke.
"Iya, aku tau. Tapi.." Sakura mendekat ke Sasuke.
"Kau kan denganku sekarang."
Dan pintu terbuka di parking lot.
. . THE END . .
Ok, apa ini sebenernya ONESHOT?? Terlalu panjang buat ONESHOT. Aturan Helen buat TWOSHOT aja ya.. apa salahnya sih buat TWOSHOT? Heran deh.. Tau ngga sih, Helen tuh mau nulis kalimat 'Sakura dapat merasakan bibir lembut Sasuke' butuh waktu 2 JAM! Karena tangan Helen benci ama kalimat begituan. Ngga tau kenapa.. Setiap mau nulis gitu pasti Helen guling-guling di tempat tidur sambil treak-treak 'NGGA BISA! NGGA BISA! GIMANA NIH!? GIMANAAA?? Alah, lebai deh gue.." Pasti begitu. Udah tradisi di tubuh Helen..
Glosary!
(1) Lab rats: Polisi forensik yang bekerja di laboratorium (di fan fic ini).
(2) Serology: Ahli serum.
(3) Aphrodite: Dewi cinta dan kecantikan.
Kindly R&R!
