The Porter

Disclaimer : Naruto © Masashi Kishimoto

Genre : Action, Sci-fi, Crime, Adventure, Supernatural.

Summary : Naruto mantan kurir pengantar barang yang hampir tewas dalam suatu insiden. Dalam keadaan Sekarat, dia ditolong Orochimaru, ilmuwan gila yang suka membuat pil super. Suatu hari Kepolisian menangkapnya, dia diberi pilihan : Di penjara atau bekerja pada pemerintahan. Bagaimana kelanjutan kisah Naruto yang harus bekerja sebagai agen ganda?

Warning : Gore, Abal-abal, Miss Typo, Gaje, de el el...


"Bukannya aku dendam padamu nak! Aku cuma menjalankan tugas, Untuk...!" Sebuah bilah tajam, menusuk perut hingga menembus punggung seorang pemuda. Rambut kuningnya terurai menyentuh tanah, bercambur warna merah darah yang mengalir dari kepalanya. Dia duduk bersandar pada dinding tembok, dengan kepala tertunduk. Perutnya tertancap sebuah katana panjang, dengan bilah menembus dinding kayu. Tempat ia bersandar, dalam keadaan lemas tak berdaya.

Dengan latar belakang awan kelabu, serta kilat menyambar, "Membunuhmu!" Kata pria itu sambil tersenyum lebar yang terkesan aneh, orang akan menganggapnya gila bila melihat senyumanya.

"Uhuk...!" Terbatuk bersama keluarnya darah dari mulutnya. Pupil biru safir pemuda itu menatap lurus dengan pandangan kosong, menatap pria yang baru saja menusuknya dengan sadis.

Mundur selangkah, akibat pandangan mata yang mengintimidasi. Keringat dingin mengalir membasahi punggung dan wajahnya, "Sial, Matanya mengerikan!" Pria itu bergumam pada dirinya sendiri, ketakutan melihat tatapan tajam pemuda di depannya.

Mata pria itu menyipit, memandang kiri kanan. Kemudian berbalik dan berjalan menjauh.

"Uzumaki Naruto! Hari ini nafsu membunuhku hilang melihat tatapanmu, anggap saja dewi fortuna sedang berpihak padamu." Pria itu berbicara nyaring, sebelum akhirnya hilang ditelan kegelapan malam.

Ekspresi Naruto tidak berubah, semenjak kepergian orang itu. Matanya terus menatap lurus ke depan. Tetapi, air mata mengalir membasahi pipi. Penglihatanya mulai memudar, dan berkunang-kunang. Sebelum akhirnya, kepalanya kembali jatuh menyentuh tanah.

"Lihat tidak ada hal bagus, ketika ikut campur masalah orang lain." Kata Naruto sebelum hilang kesadarannya.

Gelap.

"Kenapa disini gelap sekali?" Sejauh mata memandang hanya ada kegelapan. Samar-samar dia bisa melihat bayangan. Bayangan itu adalah dirinya sendiri, sewaktu kecil. Ia bisa melihat dirinya menangis memegang perut yang tengah kelaparan. Tidak ada orang yang peduli. Semua berjalan normal, seolah dirinya tidak ada disitu.

"Itu diriku yang dulu..." Kata Naruto meremas dadanya yang terasa sakit. Matanya berkaca-kaca, melihat kepingan memori dalam otak. Tentang masa kecilnya. Kembali, ia disuguhkan pemandangan yang memilukan. Saat ia dipukuli, karena ketahuan mencuri roti di toko.

"Dasar pencuri...!"

"Sampah...!"

"Mati sana...!"

Refleksi dirinya semasa kecil, perlahan memudar. Kembali pada kegelapan yang sunyi. Ia hanya bisa diam, sambil menangis. Menyaksikan peristiwa barusan, api amarah berkobar di dalam dirinya. Membakar raga, menyebabkan kebencian yang kelam dalam jiwa.

Rentetan kejadian pengalaman pahit yang kejam, disuguhkan pada Naruto. Kemudian sampailah pada masa dimana, dia bertemu kembali dengan orang tuanya. Mereka pulang, kembali padanya. Setiap hari diisi canda dan tawa, hilanglah kesedihan hatinya.

"Saat itu masa terindah yang selalu ku ingat!" Kata Naruto pelan, berharap bisa memutar waktu yang sudah berlalu.

Naruto kecil berlari, mengejar kedua orang tuanya yang hendak pergi. Ia jatuh terjerembab, tersandung batu. Terakhir yang bisa ia lihat adalah senyuman kedua orang tuanya, diterangi sinar mentari menyilaukan mata.

"Bangunlah nak!" Kata kedua orang tua Naruto bersamaan. Sebelum menghilang, meninggalkan Naruto sendirian.

Ratusan, bahkan sudah ribuan kali. Pupil biru safir Naruto menatap bosan, gambaran kejadian yang berulang-ulang. Membuatnya hafal, semua detail kronologi setiap kejadian. Perasaannya bercampur aduk, antara senang dan sedih. Semua menjadi satu, membuatnya susah berekspresi normal.

.

.

.

"Tuan kenapa anda membawa dia kemari?"

Pria berambut hitam panjang sepunggung yang dipanggil tuan tadi menoleh, menatap datar bawahannya, "Aku membuat pertaruhan besar..." Pria itu menyeringai, menatap tubuh Naruto yang terbaring lemah di atas kasur. Perban membalut di sekujur tubuhnya, ditambah selang infus di tangannya.

"Kabuto! Apa kamu tau, seluruh dana yang ku peroleh selama bertahun-tahun digunakan untuk apa?" Pria berkacamata yang dipanggil Kabuto itu menatap bingung tuannya. Sedangkan pria paruh baya yang dipanggil tuan oleh Kabuto tadi menyeringai, mengeluarkan sebuah botol kaca dari saku jasnya.

"Sejak masih kecil, aku sudah terobsesi menjadi peneliti obat. Umur sepuluh tahun, racun tanpa bau dan rasa berhasil ku buat. Umur lima belas tahun, pemerintah membawaku ke lab mereka. Menyuruhku membuat semacam obat dopping, sempat gagal waktu itu. Karena dosisnya terlalu tinggi, membuat ratusan nyawa prajurit melayang. Beberapa bulan kemudian, obat tersebut berhasil ku buat. Kegunaan obat itu untuk meningkatkan stamina tubuh, mempercepat pertumbuhan masa otot dan meningkatkan naluri atau insting manusia. Berkat obat itu, jepang berhasil menjajah sejumlah negara, seperti Hindia-belanda, China. Di Hindia-belanda, aku memiliki sebuah lab pribadi di batavia."

Kabuto dibuat takjub, mendengar cerita tuannya, "Saya merasa malu, sebagai tangan kanan anda tuan Orochimaru." Orochimaru menyipitkan matanya, "Saya hanya mengetahui ketika anda dipuncak, tapi tidak mengetahui perjalanan terjal yang sudah anda lalui." Kabuto menunduk hormat.

Orochimaru tertawa keras, "Itu belum semua Kabuto, asal kamu tau. Aku dijuluki ilmuwan obat nomor satu bukan karena obat-obat itu saja! Tapi aku pernah membuat, obat yang mampu meregenerasi sel-sel yang rusak. Salah satu orang yang memakai obat itu adalah Tsunade senju, mantan jendral militer Uni Soviet. Lihatlah wajahnya, di umurnya yang sudah kepala lima. Dia masih awet muda." Tepuk tangan Kabuto bergema, memenuhi penjuru ruangan. Wajahnya tidak henti-hentinya, menunjukan rasa kagum.

Kemudian ia teringat sesuatu, "Oh iya tuan, setelah perang dunia kedua berakhir. Bukannya Tsunade pergi ke dunia baru? Dan menjadi mafia."

Orochimaru menghela nafas panjang, "Iya itu benar. Dia bersama bawahannya pergi ke dunia baru, sebuah pulau kecil tempat berkumpul para kriminal. Letaknya di jepang. Aku sebenarnya juga dari sana, sebelum diusir si tua Madara karena ketahuan menculik beberapa anak yang ku gunakan sebagai kelinci percobaan."

Naruto terbangun, mendengar suara berisik. Ia berusaha membuka matanya yang terasa berat. Kepalanya berdenyut, serasa berputar. Penglihatannya masih memudar, belum terlalu jelas. matanya berkunang-kunang.

Mencoba bangkit, "Ugh..." Dia melenguh, saat rasa nyeri menjalar di sekujur tubuh.

"Istirahatlah dulu. Lukamu belum pulih nak." Kata Orochimaru.

"Di mana aku?" Kata Naruto lemah, suaranya terdengar parau

"Apa ini surga?" Kabuto terkikik geli, mendengar perkataan Naruto barusan.

Orochimaru melirik Kabuto sekilas, seolah paham arti lirikan mata itu. Kabuto pun pergi keluar, "Kamu di tempatku nak. Perkenalkan namaku Orochimaru." Orochimaru mendekati tubuh Naruto yang terbaring lemah.

"Terima kasih sudah menolongku." Naruto mencoba bangkit, namun tubuhnya ditahan tangan Orochimaru.

"Istirahatlah dulu, lukamu sudah kusembuhkan, berkat pil regenerasi. Tinggal menunggu kondisi fisikmu pulih kembali." Orochimaru berjalan keluar, memasukan kembali botol kaca ke kantung jasnya.

.

.

.

"Akhir-akhir ini, kasus penculikan anak di bawah umur marak terjadi di jepang. Orang tua korban menduga pelaku merupakan seorang Pedophile. Tetapi kepala polisi Uchiha Itachi membantah dugaan tersebut, menurutnya kasus ini lebih dari penculikan biasa, melainkan sesuatu yang lebih berbahaya yaitu perdagangan manusia. Polisi masih melakukan Investigasi..."

Klik

"Salah satu korban yang berhasil lolos merupakan anak pengusaha, Hyuga Hiasi. Sekarang kita telah terhubung bersama tuan Hiasi." Kata pembawa acara, "Halo tuan Hiasi, maaf mengganggu pekerjaan anda. Bisa anda jelaskan kronologis kejadian yang menimpa putri anda?"

Terdiam sejenak, terdengar helaan nafas berat dari seberang telpon, "Menurut putri saya, pelaku berjumlah lebih dari lima orang. Putri saya tidak ingat persis kejadiannya, tapi yang jelas dia ditolong seorang kurir pengantar barang. Yang ternyata adalah teman putri dan keponakan saya. Namanya kalau tidak salah Uzumaki Naruto, sebenarnya saya ingin mengucapkan terima kasih pada anak itu. Tetapi ketika saya pergi ke apartemennya, ternyata kosong. Dan ketika saya mencoba menghubungi perusahaan tempat ia bekerja, mereka mengatakan Uzumaki Naruto belum masuk kerja kembali sejak kejadian itu. Saya berharap anak itu dalam keadaan baik-baik saja..." Sambungan telpon terputus.

Klik

Naruto mematikan Tv dan menghela nafas panjang. Hari ini pun hampir semua stasiun Tv menayangkan berita yang sama. Peristiwa tak biasa yang baru kali ini terjadi di dunia. Penculikan besar-besaran di jepang, dengan jumlah korban yang lebih dari seratus orang. Rata-rata korban berusia di bawah tujuh belas tahun, sehingga muncul Asumsi, kalau pelaku merupakan seorang pedophile. Tetapi mengingat jumlah korban yang sangat banyak, polisi pun berspekulasi kalau pelaku merupakan seorang pembisnis perdagangan manusia.

Kunci masalah ini ada pada Naruto dan pemuda itu paham betul siapa pelaku dibalik kasus besar ini. Ia berharap bisa cepat pulih, sehingga dapat melapor ke pihak berwajib. Mengakhiri peristiwa besar ini. Sekali lagi dia hanya bisa menghela nafas panjang.

Pintu ruangan tempat ia dirawat terbuka, menampilkan sosok tubuh Orochimaru. Pria paruh baya itu tersenyum ke arahnya, "Sudah menonton beritanya?" Tanya Orochimaru saat ia sudah berdiri di samping ranjang Naruto. Pemuda berambut kuning itu mengangguk lemah.

Mengeluarkan sebotol air mineral dari balik jubah putihnya, melemparkan ke arah Naruto.

"Pernah berpikir menjadi super hero?" Naruto hampir tersedak, mendengar perkataan Orochimaru barusan.

Pria berambut hitam panjang yang mengenakan setelan jubah peneliti itu tersenyum. Mengeluarkan botol kaca kecil dari balik sakunya, "Pernah dengar ketika orang dikejar anjing tiba-tiba orang itu bisa berlari lebih cepat dari keadaan normal? Atau melompat tembok setinggi tiga meter ketika orang itu terdesak?" Naruto mengangguk singkat. Ia memandang Orochimaru dengan pandangan seolah-olah 'Katakan yang jelas, jangan berbelit-belit.'

"Pil ini merupakan hasil kerja kerasku. Sedikit penjelasan dalam otak terdapat bagian yang bernama hypothalamus. Bagian ini yang akan membantu tubuh kita dengan adrenalin yang akan meningkatkan detak jantung. Ketika hal itu terjadi, otak akan bekerja lebih cepat dan otot pada tubuh akan mendapat kekuatan super yang akan membantu kamu mengangkat benda yang sangat berat atau bahkan melompat lebih tinggi dan berlari sangat cepat. Itulah kegunaan dasar obat ini. Kalau kamu mau, aku akan menjelaskan detailnya. Dengan syarat mulai sekarang kamu harus menjadi bawahanku! Pekerjaannya mudah kamu cukup mengantar paket obat milikku pada pembeli di seluruh dunia. Bagaimana, tertarik?" Naruto merenung sejenak, mempertimangkan pilihannya. Dia memikirkan berbagai macam skenario yang bisa saja terjadi. Apakah itu berakibat baik untuknya, atau malah sebaliknya.

Rambutnya terurai, menutupi sebagian wajahnya, "Baiklah..." Katanya pelan.

Orochimaru menyeringai, "Sudah diputuskan! Mulai sekarang pakai julukan the Porter ketika bekerja." Orochimaru berjalan keluar, kemudian berhenti di depan pintu. Ia melempar botol kaca yang berisi pil tadi.

Naruto menangkap botol itu, "Minumlah! Cari tau sendiri kegunaan obat itu, gunakan instingmu."

"Di depan Kabuto sudah menunggu. Jadi cepatlah! Perjalanan menuju Konoha kira-kira memakan waktu tiga jam." Orochimaru memutar knop pintu, "Tengah malam kita sampai." Lanjutnya. Kemudian berjalan keluar.

.

.

.

Sebuah mobil sedan hitam melaju dengan kecepatan tinggi, melintasi jalan raya yang basah. Rintik-rintik hujan turun, tidak begitu deras. Naruto menyetir dengan santai, mengabaikan dua orang yang duduk di belakang dengan wajah pucat. Pasalnya Naruto menyetir ugal-ugalan, membalap semua mobil di depannya.

"Hei Kabuto, apa ini kemampuan seorang porter?" Tanya Orochimaru pelan, Kabuto menautkan kedua alisnya. Dia tidak tau harus menjawab apa, atas pertanyaan tuannya.

Mengangkat kedua bahunya, "Mungkin." Jawabannya penuh keraguan.

Tin!

"Cih..." Naruto mendecih kesal, pada truk yang melaju di depannya. Mobil besar itu seolah-olah tidak akan membiarkan Naruto mendahului. Di depan palang pintu kereta akan menutup, menandakan sebentar lagi kereta api akan lewat. Truk di depan Naruto berjalan lambat, bersiap berhenti. Melihat kesempatan, Naruto segera menarik tuas Persneling, dan menginjak pedal gas mobil lebih dalam. Tepat di depan palang pintu yang hendak menutup, Naruto semakin menggila. Pemuda itu nekat menerobosnya, mengabaikan kereta api yang sudah melaju mendekat.

Kabuto dan Orocimaru menahan nafasnya, wajah mereka berdua pucat pasi. Tubuh keduanya tidak berhenti menggigil. Mulut mereka terkunci rapat, karena sebenarnya mereka hendak berteriak dengan kencang.

Mobil mereka melayang di udara, saat menabrak rel kereta. Petugas yang berjaga di buat takjub sekaligus takut. Bukan hanya petugas, supir truk maupun orang yang melihat juga berekspresi serupa.

"Pait, pait, pait." Kabuto terus bergumam kata yang tidak jelas maksudnya. Jaketnya sudah basah oleh keringat, rambutnya juga berantakan. Mulutnya mengeluarkan busa, dengan pandangan mata horror, menatap lampu kereta yang bersinar sangat terang.

Tidak kalah kacaunya dengan Kabuto, Orochimaru sudah tidak sadarkan diri dengan mulut berbusa. Celananya basah karena ngompol.

Naruto tersenyum, saat melihat tingkah keduanya dari kaca spion. Bunyi Klakson Kereta yang memekakkan telinga, terus terdengar nyaring. Semenit sebelum kereta menabrak mobil. Mobil itu sudah berada di sisi lain jalan, dan kembali melaju dengan kencang. Palang pintu hancur di tabrak mobil sedan yang dikendarai Naruto, bemper dan bodi depannya sampai penyok.

Sekilas Naruto melirik kembali ke kaca spion, melihat kondisi penumpangnya. Dia tertawa pelan, melihat mereka berdua sudah pingsan.

Tepat lima menit sebelum tengah malam, mobil sedan itu berhenti di pelabuhan. Memarkirkan mobilnya di balik kontainer. Mengunci pintu, meninggalkan mereka berdua di dalam mobil. Naruto meraih sakunya, mengeluarkan botol kaca tempat penyimpanan obat.

.

.

.

"Cepat keluar...!" Perintah seorang pria yang membawa pedang, pada anak kecil dalam kontainer. Mereka digiring menaiki kapal, setelah keluar dari dalam kontainer yang diangkut truk.

Dengan tubuh menggigil takut, gadis itu turun perlahan, dibantu pria yang memegang pedang tadi. Di atas truk berdiri seorang pria bersenjata api, mengamati keadaan sekitar. Sedangkan di atas kapal, berdiri dua pria tanpa senjata, mengangkut anak di bawah umur ke atas kapal. Tiga orang lainnya berpatroli keliling, agak jauh dari tempat teman-temannya.

Naruto meminum obatnya, sekali tenggak. Sebelum kesini tadi, dia mencampur obatnya dengan air putih. Pertama kali yang ia rasakan setelah minum obat adalah : Pengelihatan matanya menjadi tiga kali lebih jelas, dari pada sebelumnya. Bahkan, ia bisa melihat wajah pelaku serta korban dengan jelas. Ia juga bisa melihat benda-benda yang bersembunyi dalam kegelapan malam. Pendengarannya pun semakin tajam, dan sensitif. Bahkan suara bisik-bisik serangga, sangat jelas terdengar di telinganya.

"Aku mau kencing dulu." Kata pria yang berjaga tidak jauh dari tempat Naruto mengintai, pada teman-temannya dengan suara lantang. Pria itu berjalan mendekati tempat Kontainer, tempat Naruto bersembunyi.

Naruto bersembunyi di belakang kontainer, sedangkan pria itu berdiri tepat di samping kontainer, sambil menurunkan Resleting celananya. Tubuh pria itu menggigil sekilas, sebelum berekspresi lega. Naruto berjalan mengendap-endap. Saat pria itu berbalik, Naruto dengan sigap membekap mulutnya. Kemudian menyeretnya ke tempat ia bersembunyi tadi.

"Ugh...!" Pria itu berusaha memberontak, tapi tenaganya seakan sirna. Lenyap tak bersisa, bahkan tangannya sudah tidak kuat untuk menggenggam pisau. Perlahan, kesadarannya mulai terkikis.

Naruto menjatuhkan tubuh pria itu, meninggalkannya terbaring di atas tanah. Naruto memungut pisau yang sempat terjatuh dari tangan si pria. Setelah itu ia mengendap-endap kembali, mendekati pelaku yang lain.

Karena terlalu lama pergi, salah satu dari pelaku pun menanyakan keberadaan pelaku lain yang pergi tadi, "Zabuza, ke mana perginya temanmu tadi?" Tanya pria pendek bertubuh gendut.

"Entahlah, mungkin tidur karena lelah. Gatou!" Kata orang yang dipanggil Zabuza tadi. Pria itulah yang bertugas menurunkan anak-anak dari dalam kontainer yang dimuat truk. Sesekali dia mengancam anak-anak dengan pedang besarnya, bila tidak mau menuruti perintahnya.

"Cih, kita tidak punya waktu banyak. Hei kau yang di atas kontainer! Cepat cari temanmu." Pria bersenjata api yang ditunjuk Gatou itu mengangguk singkat. Dia mulai turun dari tempatnya, dan mulai berjalan ke arah temannya tadi pergi.

Sebelum sampai ke tempat temannya, sebuah pisau menembus batok kepalanya. Pria itu terjatuh, tewas seketika. Kegaduhan pun terjadi, para pelaku mulai waspada pada ancaman musuh. Naruto berlari dan melompat tinggi ke atas kontainer, dia menjadikan atap kontainer sebagai pijakan menuju pelaku yang tidak jauh darinya. Saat targetnya terkejut dengan aksinya, Naruto langsung menendang kepala pria itu dalam keadaan masih di udara. Serangan tak berhasil diantisipasi, pria itu langsung jatuh tidak sadarkan diri. Pria satunya terlihat membawa senapan kecil, mulai menembaki Naruto. Instingnya berteriak bahaya. Naruto melompat ke samping, dan berguling di tanah. Dia lalu menyelinap ke arah belakang kontainer, menghindari timah panas yang siap mengoyak anggota tubuhnya.

Tinggal empat orang musuh, tiga lainnya berhasil ia tumbangkan, "Apa itu tadi?" Tanya Gatou dengan suara parau, ketakutan. Dia tampak terlihat menggigil, begitu pun pria di sampingnya juga tidak jauh beda dengan keadaannya.

Zabuza tampak berdiri dengan gelisah. Wajahnya tampak diliputi dengan peluh, padahal udara dari laut tampak begitu dingin.

"Tidak salah lagi orang itu..." Zabuza menelan ludahnya dengan susah payah, firasatnya berkata bahwa akan datang badai, "Uzumaki Naruto!" Sambungnya dengan nada suara pelan.

.

.

.

Tbc