Cast : Seventeen's member, and others.

Genre : Romance, Humor.

Warn : Out of Character, typo(s).

.

Me Too

by cscvirus

.

Bola basket yang baru saja melambung itu jatuh ke lantai, kemudian memantul beberapa kali sebelum menggelinding.

"Sudah kubilang, kau akan kalah."

Nafas memburu terdengar saling bersahutan di lapangan basket indoor ini. Dua lelaki tergeletak di lantai, kehabisan tenaga setelah hampir setengah jam bermain basket.

"Kau memanfaatkan kelemahanku, Kwon."

Jihoon, yang baru saja bersuara, menatap sinis lawan bicaranya yang masih mengatur nafas. Namanya Soonyoung dan dia terkekeh mendengar ucapan Jihoon tadi.

"Kelemahan apa? Kau sempurna di mataku, Lee," kata Soonyoung. Lelaki dengan mata yeolsi sip-bun itu baru saja membuat Jihoon berdecih dan memalingkan wajahnya.

"Berhenti membual! Aku pendek, bodoh!"

Soonyoung tertawa, "Yang penting kau kalah dan mulai sekarang kau resmi jadi pacarku," katanya. Dibalas dengan berbagai sumpah serapah dari Jihoon, pacar barunya.


"Santai saja, Soonyoung-ah. Kang Sonsaengnim bahkan baru keluar dari kelas."

Suara barusan tidak menghentikan pergerakan Soonyoung. Dia hanya melirik sebelahnya dan kembali membereskan buku-bukunya ke dalam tas.

"Aku tidak mau membuat pacarku menunggu lama," balas Soonyoung setelah selesai berkemas. Tas sudah bertengger di pundaknya.

Junhui, seseorang yang tadi bersuara sekaligus teman sebangkunya, tersenyum kecil. "Secepat apapun, kau akan tetap membuat Jihoon menunggu lama, Soon," katanya.

Soonyoung mengernyit, "Tidak akan," katanya santai. Kemudian, dia berpamitan pada Junhui dan berjalan keluar kelas.

"Kwon Soonyoung!"

Langkah Soonyoung terhenti ketika mendengar seruan cempreng dari arah belakangnya. Dia menoleh dan menemukan Yerin, teman sekelasnya, tengah memegang sapu dengan wajah menyeramkan.

"Jangan kabur! Hari ini jatahmu piket!"

Soonyoung meringis mendengar teriakan tersebut. Yang ia tahu setelah itu, tasnya ditarik dengan brutal dan senyum meremehkan milik Junhui menyapa pandangannya.

"Pacarmu tidak akan menunggu lama, ya, Soon!" sindir Junhui sambil terkekeh. "Bye! Duluan, ya! Aku tidak mau membuat pacarku menunggu lama!" lagi-lagi sindiran, kali ini Junhui menirukan ucapannya sambil melambaikan tangannya.

"Ya! Dasar China sialan!" teriak Soonyoung sambil menyambar sapu dengan kasar.

"Jangan mengumpat! Cepat bersihkan!"

Sekali lagi, teriakan Yerin berhasil membuat Soonyoung bungkam.

"Yerin-ah, aku sudah selesai," ujar Jinwoo atau sering disapa Jinjin. Dia juga salah satu siswa yang piket hari ini.

Sebenarnya, masih ada satu lagi, namanya Sana. Namun, gadis itu tidak masuk dan akibatnya adalah Soonyoung kebagian jatah menyapu sekaligus merapikan meja.

"Oke. Kau boleh pulang, Jin," kata Yerin.

Soonyoung menatap iri pada Jinjin. Dia belum selesai merapikan meja serta kursi-kursi. Sementara Yerin mengawasinya dari pintu kelas. Gadis itu hanya menghapus tulisan di papan tulis. Curang sekali.

"Yerin-ah, bantu aku! Aku harus cepat. Ada kencan tahu!" Soonyoung berujar, masih sibuk merapikan meja.

"Yang ingin kencan siapa? Kau, kan? Kalau ingin cepat, ya kerjakan dengan benar. Jangan mengeluh terus," balas Yerin.

Berhasil membuat Soonyoung mempercepat gerakannya dalam merapikan meja dengan perasaan kesal. Beberapa menit kemudian, pekerjaannya selesai.

Soonyoung menghela nafas lega.

"Sudah selesai, kan? Makanya jangan banyak protes," kata Yerin saat melihat Soonyoung meraih tasnya yang tergeletak di lantai.

Soonyoung menatap Yerin kesal, wajahnya cemberut. Dia melewati Yerin sambil bernyanyi, "Neon bulgongpyeonghae, igijeogin geoni? Geumanhae (Kau tidak adil, apa kau egois? Hentikan itu)."

Niatnya, sih, hanya untuk menyindir Yerin. Namun pada akhirnya, lagu milik EXO itu disenandungkannya sepanjang perjalanan menuju kelas Jihoon.

"Jihoon dimana?"

Pertanyaan itu dilontarkan Soonyoung saat sampai di kelas Jihoon. Masih ada beberapa siswa yang tinggal, sepertinya sedang belajar kelompok.

"Sudah keluar dari tadi," jawab salah satu dari lima orang yang berada disana. Kalau tidak salah namanya Sungjun, tapi lebih sering dipanggil Wei. Entah darimana panggilan itu berasal.

"Mungkin bersama teman ekskulnya. Aku melihat Jisoo-sunbae dan Seokmin tadi," jawab yang lain. Kalau yang ini Soonyoung tahu dengan jelas. Namanya Momo, gadis keturunan Jepang.

"Kalau begitu, terima kasih informasinya," kata Soonyoung sebelum melesat mencari Jihoon.

Mudah saja mencari Jihoon. Soonyoung sudah hafal tempat dimana anak-anak ekskul vokal berkumpul.

Seperti saat ini. Soonyoung sudah bersender di samping pintu setelah membuka ruang ekskul vokal secara diam-diam. Dia memperhatikan lima orang yang sedang berkumpul itu. Mereka terlihat sedang membahas sesuatu.

Salah satu dari mereka meyadari presensi Soonyoung. Namanya Youngjae. Dia segera menyiku Jihoon yang berada di sebelahnya dan mengedikkan dagunya ke arah Soonyoung. Membuat tiga pasang mata lainnya juga terarah pada Soonyoung.

Soonyoung hanya tersenyum lebar, lalu berjalan mendekati Jisoo. Dia membisikkan sesuatu ke telinga kakak kelasnya. Jihoon yang berada di seberang sampai menyipitkan matanya (yang sudah sipit).

"Boleh?" tanya Soonyoung pelan.

Jisoo mengangguk, santai sekali. "Bawa saja," katanya.

Soonyoung kembali tersenyum dan mendekati Jihoon, kemudian mengulurkan tangannya. "Ayo!" ajaknya semangat.

Jihoon mengernyit, "Ayo kemana?" tanyanya.

Soonyoung cemberut, bisa-bisanya lelaki mungil ini melupakan janji kencan mereka. Dia tidak menjawab, tapi segera menarik tangan Jihoon dan meraih tas pacarnya yang bertumpuk dengan tas lain di lantai.

"Mau kemana, Kwon?" tanya Jihoon kesal.

"Kencan, Lee! Kau mengiyakan ajakanku tadi malam," jawab Soonyoung.

"Tapi, aku—"

"Jisoo-hyung merelakanmu absen untuk hari ini, kok. Tenang saja," tukas Soonyoung cepat.

Jihoon menghela nafas, lalu mengambil tasnya yang masih dipegang Soonyoung. Dia bisa merasakan tangan lelaki itu bertengger di bahunya.

"Kalau begitu, kami pergi dulu. Terima kasih semuanya."

Sampai di gerbang sekolah, Jihoon bertanya, "Mau kemana?"

Soonyoung menghela nafas, "Kencan, Jihoon sayang," jawabnya lembut.

Jihoon mengernyit jijik mendengar panggilan itu. Dia berdecak setelahnya, "Aku tahu, tapi kemana?" tanyanya lagi.

Soonyoung tersenyum, "Kau ingin kemana?"

Raut wajah Jihoon berubah datar. "Kwon... kau belum menentukan tempatnya, kan?"

Soonyoung mengusap tengkuknya sambil tersenyum canggung, "Apa terlihat sekali?" tanyanya pelan.

"Tahu begini aku tidak ikut denganmu!"

Soonyoung pasrah saja saat rambut pirangnya ditarik.


Perpustakaan kota.

Akhirnya tempat itu terpilih sebagai tempat kencan pertama Soonyoung dan Jihoon. Tentu saja Jihoon yang menentukan, mana mau Soonyoung memilih tempat angker semacam perpustakaan sebagai tempat kencan.

Tidak apa-apa, lah. Jarang, kan, pasangan kekasih berkencan di perpustakaan. Sensasinya jadi beda.

Soonyoung menatap Jihoon di seberang sambil mengusap kepalanya. Rambutnya jadi korban jambakan Jihoon, lagi. Kali ini karena penjaga perpustakaan yang dengan santainya berkata, "Wah, baik sekali mau menemani adiknya belajar."

Setelah itu Jihoon mengumpat dengan sepenuh hati tentang sang penjaga perpustakaan yang rabun atau apa karena tidak sadar seragam yang dipakai keduanya sama. Dia melakukannya sambil menjambak rambut Soonyoung, tentu saja.

15 menit dihabiskan Soonyoung dengan bosan, sesekali dia mengamati wajah Jihoon yang teramat imut itu. Kepalanya terkulai di atas meja dengan lengan sebagai bantalan.

"Ji," bisiknya.

Respon Jihoon sangatlah bagus, sampai-sampai Soonyoung tersentuh dibuatnya. Lelaki mungil itu hanya melirik Soonyoung sekilas sebelum kembali fokus pada buku di tangannya.

"Kau sering kesini dengan Seungcheol-hyung, ya, dulu?" tanya Soonyoung.

Jihoon menghela nafas, tapi pandangannya tak beralih. Dia kemudian bergumam menjawab pertanyaan Soonyoung.

Soonyoung menatap halaman perpustakaan dari jendela besar di sampingnya.

Seungcheol itu mantan Jihoon. Iya, sebelum jadi kekasih Soonyoung, Jihoon pacaran dengan kakak kelas yang terkenal ramah itu. Dengar-dengar, sih, sampai lima bulan. Setelah itu, hubungan mereka kandas.

"Ayo pulang!" Jihoon berujar dengan pelan.

Soonyoung agak terkejut. Dia melihat Jihoon berdiri tak jauh darinya. Saking asyiknya melamun, dia sampai tidak sadar kalau Jihoon sudah mengembalikan buku yang dipinjam.

"Hah?"

Jihoon berdecak, "Ayo pulang, Kwon!"

Soonyoung buru-buru bangun dan menyusul Jihoon yang lebih dulu berjalan. Mereka mengambil tas di tempat penitipan, lalu keluar dari perpustakaan.

"Udara segar. Lama sekali aku tidak merasakannya," gumam Soonyoung sambil merentangkan tangannya. Hiperbol.

Jihoon memicingkan matanya ke arah Soonyoung dan menatap ke sekeliling. Takut-takut ada orang melihat, dia tidak mau disangka orang gila juga.

"Ji, mau es krim?" tanya Soonyoung saat dia melihat kedai es krim. Jihoon mengangguk saja.

Soonyoung menepuk kepala Jihoon, "Kau tunggu di taman saja, ya. Aku tidak akan lama, kok," katanya. Jihoon kembali mengangguk.

Jihoon ke taman; Soonyoung ke kedai es krim.

Jihoon duduk di bangku taman sambil memperhatikan anak-anak yang sedang bermain. Bahkan, ada beberapa dari mereka yang mengajaknya bermain. Membuatnya dongkol.

"Ji, es krimmu."

Kemudian satu cup es krim tersodor di hadapannya. Dia mendongak, mendapati Soonyoung yang tengah tersenyum lebar. Tangan kirinya juga memegang sebuah cup es krim.

"Terima kasih," kata Jihoon setelah mengambil es krimnya dari tangan Soonyoung.

Soonyoung segera mengambil tempat duduk di sebelah Jihoon. Mereka makan dalam diam. Sesekali Soonyoung melirik, kemudian tersenyum.

Tangan Soonyoung terangkat untuk mengacak surai merah muda milik Jihoon, "Aku mencintaimu."

"Aku juga," balas Jihoon tanpa repot-repot menoleh.

Soonyoung tersenyum lebar.


Sudah sebulan lebih hubungan Soonyoung-Jihoon berjalan dan selama itu tidak ada masalah yang serius. Hubungan mereka benar-benar mulus. Begitulah pemikiran Soonyoung. Walaupun Jihoon masih sering menganiaya dirinya dan tidak mengacuhkannya, sih.

Ngomong-ngomong, ini akhir pekan.

Sudah lama sejak kencan terakhir Soonyoung dan Jihoon. Kira-kira dua puluh hari yang lalu. Seperti kencan yang sudah-sudah, mereka hanya pergi ke tempat yang jarang didatangi sepasang kekasih saat kencan.

Jadi, Soonyoung memutuskan untuk mengajak Jihoon kencan hari ini.

"Oh, Soonyoung!"

Soonyoung tersenyum manis, lalu membalas sapaan itu, "Selamat pagi, Eomeonim."

Wanita yang dipanggil 'eomeonim' itu balas tersenyum, "Pagi juga. Jihoon tidak bilang kalau kau akan datang, Soonyoung-ah," ujarnya.

Ya, wanita tersebut adalah ibu dari seorang Lee Jihoon.

"Sengaja tidak bilang, Eomeonim. Jihoon ada, kan?"

Ibu Jihoon menarik Soonyoung masuk ke dalam rumah, "Ada. Kau harus bekerja keras, Soonyoung-ah. Jihoon masih betah kencan dengan kasurnya."

"Ah, tidak apa-apa, Eomeonim. Mungkin saya yang datang terlalu pagi," katanya.

Ibu Jihoon melirik jam dinding, "Pukul sepuluh pagi memang terlalu pagi untuk Jihoon, apalagi saat akhir pekan."

Soonyoung tertawa kecil. Percakapan tersebut terhenti setelah Soonyoung berpamitan untuk membangunkan Jihoon.

"Ji."

Hening.

"Hoon."

Masih hening.

"Lee."

Tetap hening.

Soonyoung menjauhkan tangannya yang baru mengguncang tubuh Jihoon, giliran kepalanya yang menunduk, bibirnya mendekati telinga Jihoon. Kemudian—

"LEE JIHOON!"

Suara debuman keras terdengar. Jihoon mengubah posisi tidurnya, sedangkan Soonyoung meringis kesakitan di lantai.

—Jihoon menendangnya dengan kekuatan penuh.

Lima belas menit setelahnya, Soonyoung keluar dari kamar Jihoon dengan rambut acak-acakan. Ibu Jihoon yang kebetulan melihat, menatap miris, tapi tertawa kecil.

"Apa yang Jihoon lakukan padamu, Soonyoung-ah?"

Soonyoung tersenyum, "Hanya perlakuan kasih sayang, Eomeonim," jawabnya penuh dengan sarkasme.

"Sudah bangun, Jihoon-nya?"

Soonyoung mengangguk, "Sedang mandi."

Ibu Jihoon tersenyum, "Ayo makan dulu. Isi ulang tenagamu. Setelah itu rapikan rambutmu," ajaknya.

"Sebenarnya aku sudah makan, tapi kalau Eomeonim yang mengajak, masa aku tolak," kata Soonyoung sambil tertawa kecil.

Dasar Soonyoung, bilang saja lapar.


"Eomeonim, kami berangkat dulu," pamit Soonyoung.

"Oh, baiklah. Tolong jaga Jihoon, ya. Jangan biarkan dia sendirian. Biasanya dia dikira anak hilang kalau sendirian."

Jihoon mengernyit kesal, "Eomma!" protesnya.

Soonyoung dan Ibu Jihoon tertawa. Dalam hati, Soonyoung menetapkan calon mertuanya itu sebagai partner in crime dalam mengerjai Jihoon.

"Sudah, ah! Ayo, cepat Soon! Aku pergi dulu, Eomma!"

Jihoon segera menarik jaket jeans yang Soonyoung kenakan. Sementara yang ditarik hanya tersenyum pasrah.

"Ada yang tidak sabar kencan dengan Soonyoung, ya?"

"Eomma!"

Soonyoung tak berhenti tertawa setelah keluar dari halaman rumah Jihoon. Entahlah, dia senang saja melihat kekasihnya itu digoda ibunya sendiri.

Jihoon berdecak kesal saat telinganya masih mendengar tawa Soonyoung. Dia menatap sengit kekasihnya, lalu meraih rambut Soonyoung untuk dijambaknya dengan sepenuh hati.

"Aduh, Ji! Sakit!"

Jihoon memberikan satu tarikan kuat terakhir pada rambut Soonyoung sebelum melepaskannya, lalu mendesis, "Rasakan!"

"Padahal sudah kurapikan tadi," gumam Soonyoung sedih. Dia menghadap Jihoon, "Kalau aku botak bagaimana?"

"Masa bodoh. Kau yang botak ini," balas Jihoon cuek. Dia terus berjalan tanpa menghiraukan apapun yang diucapkan Soonyoung.

20 menit kemudian.

"Kwon."

"Ya, Lee?"

"Sebenarnya kita mau kemana? Aku lelah berjalan terus."

"Mau kugendong?"

"Mati saja kau."

Soonyoung terkekeh pelan. Wajah garang Jihoon begitu manis di matanya. Dia mengedarkan pandangannya, lalu berhenti berjalan.

"Yah, Lee! Mau kemana kau?" tanya Soonyoung saat melihat Jihoon terus berjalan meninggalkannya.

Jihoon berhenti, kemudian berbalik menghadap Soonyoung. "Ya, tidak tahu. Kan kau yang mengajak kencan, Kwon," jawabnya.

"Kita sudah sampai."

Jihoon mengernyit, "Hah? Di jalan?"

Soonyoung mendengus, "Bukan."

"Lalu?"

"Ayo ganti warna rambut!"

Jihoon baru sadar kalau mereka berdiri di depan bangunan bernama Lvoe Salon dan dia baru sadar (lagi) kalau Soonyoung sudah menariknya masuk ke dalam salon tersebut.


"Aku benar-benar tampan, ya, Ji?"

Jihoon menoleh, menatap Soonyoung datar. Mereka sudah keluar dari salon beberapa menit yang lalu setelah berjam-jam mendekam disana.

Jihoon mengecat rambutnya menjadi coklat keemasan, dengan model rambut yang sama. Berbeda dengan Soonyoung yang ribut ingin model rambut baru. Rambut Soonyoung jadi coklat kehitaman, ngomong-ngomong.

"Kwon, kita mau kemana lagi?" tanya Jihoon. Ini suara pertama yang dikeluarkannya sejak keluar dari salon.

"Makan siang. Ayo cari kafe!"

Langkah Jihoon terhenti seketika. "Apa?"

Soonyoung mengernyit, "Kau tidak dengar, ya? Ayo makan siang, kita cari kafe, Lee Jihoon-ku," jawabnya.

"Cari kafe?"

Soonyoung mengangguk.

"Kau kira sudah berapa kafe yang kita lewati dari tadi?!" kesal Jihoon. Dia menjambak rambut Soonyoung untuk kesekian kalinya hari ini. "Makanya, jangan tebar pesona terus!"

"Tidak, Jihoon! Ah! Rambutku!"

"Dasar Kwon idiot Soonyoung!" umpat Jihoon sambil melepaskan jambakannya dengan kasar. Kemudian, dia berbalik dan berjalan menuju kafe terdekat.

"Tunggu aku! Dasar Lee imut Jihoon!"

Jihoon mendengus sebal melihat Soonyoung terus tersenyum sok tampan. Bukan, Soonyoung bukan tersenyum padanya. Melainkan, tersenyum pada siapa saja yang tanpa sengaja bertatap dengannya. Entah itu pelayan atau pelanggan lain di kafe itu.

"Sudah?"

Soonyoung menoleh ke arah Jihoon, masih dengan senyum, "Hm?"

"Sudah tebar pesonanya?" tanya Jihoon lebih jelas, lengannya menyilang.

Senyum Soonyoung memudar. "Siapa yang tebar pesona?"

Jihoon memutar bola matanya malas, "Siapa lagi kalau bukan kau? Baru ganti warna dan model rambut saja sudah saling senyum dengan gadis-gadis itu," katanya.

Soonyoung terdiam sebentar, lalu tertawa kecil, "Jangan cemburu, Ji. Aku bisa, kok, tersenyum untukmu, kapan pun kau mau," katanya.

Jihoon mengernyit jijik, "Siapa yang cemburu?"

Soonyoung kembali tertawa, "Siapa lagi kalau bukan kau? Aku baru senyum dengan gadis-gadis itu saja, kau sudah marah-marah," dia menirukan ucapan Jihoon tadi.

Jihoon memukul meja dengan pelan, tubuhnya dicondongkan ke arah Soonyoung. "Kau mau kujambak lagi?" tanyanya.

Soonyoung mengurungkan niatnya untuk ikut mencondongkan tubuhnya dan tersenyum canggung, "Tidak. Sudah cukup yang tadi, Ji," jawabnya.

Jihoon memundurkan tubuhnya sambil berucap pelan, "Bagus."

Lalu hening beberapa saat.

"Ji?"

Jihoon hanya melirik, lalu menaikkan sebelah alisnya.

"Aku mencintaimu."

Jihoon menatap Soonyoung cukup lama, "Hm. Aku juga," balasnya.

Soonyoung tersenyum lebar.


"Soon, nanti kita latihan dance lagi."

Soonyoung baru saja duduk di kursinya dan tiba-tiba saja Junhui berkata seperti itu.

"Kenapa mendadak?" tanya Soonyoung.

"Katanya, sih, kompetisi dance-nya diajukan beberapa hari," jawab Junhui.

"Untung aku selalu bawa baju cadangan," gumam Soonyoung. "Tapi tetap harus ada subsidi makanan dan minuman," lanjutnya.

"Tenang saja. Kalau masalah itu sudah diurus," sahut Junhui.

Soonyoung mengangguk saja. Dia meletakkan kepalanya di atas meja dengan tas sebagai bantal. Bel masuk belum berbunyi dan dia berharap agar bel itu benar-benar tidak berbunyi.

"Berarti aku tidak bisa pulang dengan kucingku," monolog Soonyoung.

"Kucing?"

"Aku tidak bilang padamu. Menyahut saja," ketus Soonyoung.

Junhui menatap sinis teman sebangkunya itu. "Aku, kan hanya tidak mau kau dianggap orang gila karena bicara sendiri. Lagipula, sejak kapan kau memelihara kucing?"

Soonyoung memejamkan matanya, "Sudah gila dari dulu. Sejak sebulan lebih dua minggu yang lalu," jawabnya.

"Akhirnya mengaku juga," gumam Junhui, lalu mendapat pukulan pelan di kepalanya. "Sebulan dua minggu? Jihoon kau anggap kucing sekarang?" tanyanya. Dia baru ingat, sebulan dua minggu adalah umur hubungan Soonyoung-Jihoon.

Soonyoung mengangguk, masih dengan mata terpejam. "Iya, Jihoon itu kucingku. Bukankah dia imut?"

"Ya, imut."

"Nah, makanya aku memanggilnya kucing. Sayang, dia selalu menjambakku kalau aku memanggilnya begitu," curhat Soonyoung.

"Begitu, ya?"

"Iya."

"Kalau begitu, sudah selesai ceritanya, Kwon Soonyoung-ssi?"

Soonyoung segera menegakkan tubuhnya begitu menyadari bahwa yang menanggapi ceritanya bukanlah Junhui.

Ya, memang bukan Junhui. Itu Kim Sonsaengnim.

Soonyoung membulatkan matanya horor, lalu menoleh ke arah Junhui yang sedang membuka bukunya. Pura-pura rajin. Soonyoung segera mengumpat banyak-banyak dalam hatinya.

"Maaf, Sonsaengnim."

Seperti diberi aba-aba, teman sekelasnya segera tertawa. Junhui juga ingin tertawa, tapi dia hanya menahannya dengan pura-pura batuk.

"Kali ini kumaafkan. Kalau kau mengulanginya, aku yang akan menjambakmu," kata Kim Sonsaengnim. Soonyoung mengangguk patuh dan menggumamkan maaf sekali lagi.

"Ya ampun, Wen. Untung saja hanya wajahmu yang mirip. Kalau sifatmu juga seperti Kim Sonsaengnim, bisa mati muda aku," gumam Soonyoung setelah Kim Sonsaengnim menjauh dari mejanya.

Junhui kembali menahan tawanya.

.

.

"Tadi pagi lemas sekali gara-gara kucingmu. Sekarang senyum-senyum sendiri," kata Junhui yang baru datang dari kantin.

Soonyoung hanya terkekeh.

Saat pergantian jam pelajaran, Jisoo masuk ke kelasnya. Berdiri di depan dan memberikan pengumuman. Anggota ekskul vokal diminta berkumpul sepulang sekolah. Dia tidak mendengarkan sisanya. Yang terlintas di pikirannya hanya satu. Jihoon juga ikut. Jadi, paling tidak, dia bisa modus dengan kekasihnya itu saat istirahat latihan.

"Kau menyeramkan, Soon."

Soonyoung melirik sinis pada Junhui, tapi kembali tersenyum. "Apa, sih? Iri, ya?" tanyanya.

"Iri? Kenapa aku harus iri?"

"Karena kau belum punya pacar."

"Enak saja, aku sudah punya pacar, ya."

"Ho? Jadi kau benar-benar pacaran dengan adik kelas itu? Yang dari China juga?"

Junhui menganggukkan kepalanya dan tersenyum bangga.

Soonyoung memutar bola matanya malas. "Siapa namanya? Min... Mi... Ming... bukan Mingyu, kan?"

Junhui menatap Soonyoung. "Minghao, Kwon Soonyoung sayang," ucap Junhui penuh penekanan.

Soonyoung menggeser duduknya menjauh dari Junhui. "Menjijikkan, Wen. Ngomong-ngomong, kau suka yang lebih muda, ya? Kau terlihat seperti mengencani bocah Junior High School," ledeknya.

"Kalau begitu, kau terlihat seperti mengencani bocah TK, Kwon."

Lalu Soonyoung diam.


"Lee Jihoon-ssi?"

Jihoon yang sedang menulis sesuatu di bukunya, mendongak. "Ada apa, Sonsaengnim?" tanyanya.

Jihoon melihat gurunya berjalan ke depan mejanya yang berada di urutan kedua. Dia mengernyitkan dahinya dan bertanya-tanya dalam hati. Apakah dia melakukan kesalahan?

"Kau sering menjambak kekasihmu?"

Wonwoo, teman sebangkunya, tersedak dan mulai terbatuk sambil tertawa kecil.

Jihoon terlihat ragu untuk menjawab. "Memangnya ada apa, Sonsaengnim?"

Ya, itu Kim Sonsaengnim. Kim Heechul Sonsaengnim.

"Tidak ada. Hanya saja tadi kekasihmu bercerita padaku kalau kau suka menjambaknya. Apa benar?" tanya Kim Sonsaengnim.

"Benar, Saem."

Bukan Jihoon yang menjawab, tapi teman-teman sekelasnya. Serempak, satu suara. Kali ini Wonwoo harus menahan tawanya.

Kim Sonsaengnim menganggukkan kepalanya. "Tidak apa-apa. Jambak saja dia kalau berani macam-macam," ujarnya.

Jihoon tersenyum miring. Sedangkan teman-temannya menatap Kim Sonsaengnim heran. Mereka kira Jihoon akan diceramahi.

Kim Sonsaengnim hendak kembali ke mejanya, tapi kemudian menatap Jihoon lagi. "Ngomong-ngomong, benar kata kekasihmu. Kau memang seperti kucing," katanya.

Senyum Jihoon hilang, bersamaan dengan tawa yang datang dari teman-temannya. Wonwoo tertawa paling keras.

Kwon idiot Soonyoung sialan.

.

.

"Ya ampun. Aku baru tahu kekasihmu dekat dengan Kim Sonsaengnim," kata Wonwoo, dia masih teringat kejadian di kelas tadi.

Jihoon diam saja, wajahnya menunjukkan kekesalan yang sangat. Dia terus merapikan bukunya ke dalam tas tanpa mengindahkan apa yang diucapkan Wonwoo.

"Aku mau kumpul dengan anak-anak ekskul vokal. Duluan," pamit Jihoon tanpa menatap Wonwoo, lalu melenggang pergi keluar kelas.

"Yah, kucingnya Soonyoung merajuk," gumam Wonwoo.


"Hana, dul, set, net! Dul, dul, set, net!"

"Oke, stop! Istirahat 10 menit!"

Setelah itu terdengar helaan nafas lega dan banyak siswa yang tergeletak di lantai kayu tersebut. Ya, mereka adalah anak ekskul dance yang akan mengikuti kompetisi dance mewakili sekolah.

"Soon, bagianmu!"

Soonyoung menoleh dan segera menangkap botol air mineral yang dilempar Junhui. Dia mengucapkan terima kasih, lalu melangkahkan kakinya keluar dari ruang latihan.

"Mau kemana?" tanya Junhui yang baru minum seteguk.

"Jihoon. Kenapa? Mau ikut?"

Junhui hanya memutar bola matanya malas sebelum kembali minum air mineralnya. Sedangkan Soonyoung, dia mengedikkan bahu dan kembali berjalan. Menuju ruang ekskul vokal.

Soonyoung segera membuka pintu ruang ekskul vokal tanpa permisi. Dia melihat Jihoon, Jisoo, Seokmin, dan Mingyu berada disana. Duduk melingkar, membicarakan sesuatu. Sepertinya serius.

"Mingyu sejak kapan ikut ekskul vokal?"

Empat orang itu segera menoleh ke arah Soonyoung setelah dia melemparkan pertanyaan.

"Ah, mereka sedang membuat lagu dan aku disuruh menulis lirik rap-nya," jawab Mingyu.

Soonyoung mengangguk.

"Mau apa kesini? Kalau untuk mengambil Jihoon aku tidak mengizinkan," kata Jisoo.

"Tidak, kok. Jisoo-hyung kenapa jadi berpikiran negatif begitu? Siklus bulanan ya?" sindir Soonyoung sambil mendekati Jihoon.

Jisoo berdecak.

Soonyoung segera tertawa kecil, "Tidak, Hyung. Santai saja. Aku hanya ingin memberi ini pada Jihoon-ku," katanya sambil meletakkan botol air mineral yang dibawanya ke depan kekasihnya.

Seokmin tersenyum miring melihatnya.

Jihoon menatap air mineral di depannya, lalu bergantian menatap Soonyoung. Tatapannya datar. "Terima kasih."

Soonyoung tersenyum, "Sama-sama. Sudah, ya. Aku mau latihan lagi. Kalau bisa, nanti pulang bersama, ya?" ajaknya.

Jihoon mengangguk.

"Oke. Terima kasih semuanya. Aku pergi dulu."

"Datang menemui pacar hanya untuk memberikan air minum, padahal dia juga baru latihan. Benar-benar lelaki idaman, ya, Seok?" tanya Mingyu setelah Soonyoung menutup pintu.

Seokmin mengangguk, "Iya. Sangat disayangkan pacarnya cuek sekali," timpalnya sambil melirik Jihoon yang sibuk dengan kertas-kertasnya.

Jisoo? Dia hanya menggeleng melihat dua adik kelasnya ini sedang menyindir Jihoon.

"Oh, ya, Ji!"

Pintu ruang ekskul vokal kembali terbuka dan kepala Soonyoung menyembul dari balik pintu.

Jihoon mendongak, lalu mengernyit.

"Aku mencintaimu."

Jihoon menghela nafas, "Aku juga."

Soonyoung segera menutup pintu lagi. Kemudian, tersenyum lebar.


"Apa Jihoon benar-benar mencintaimu?"

Pertanyaan itu diberikan Junhui untuk Soonyoung. Mereka sedang di kantin, memakan ramyun traktiran lelaki China itu.

Soonyoung mengernyit, "Apa maksudmu bertanya seperti itu?"

Junhui mengedikkan bahu, "Aku ragu kalau dia mencintaimu, Soon," katanya sambil melirik Jihoon yang baru datang dengan Wonwoo.

"Dia mencintaiku, kok," balas Soonyoung dengan penuh percaya diri.

"Bukti?"

"Dia mau jadi pacarku," kata Soonyoung. Setelah itu dia melanjutkan makannya.

"Bukankah kau menembaknya dengan 'aku menang kau jadi pacarku, kau menang aku menjauhimu' saat bermain basket?"

Soonyoung terdiam. Dia memilih meminum teh lemonnya.

"Apa dia pernah tersenyum semanis itu kepadamu?" tanya Junhui.

Soonyoung mendongak, dia bisa melihat Seungcheol menyapa Jihoon dan Jihoon tersenyum begitu manisnya. Dia menghembuskan nafas kesal dan menggeleng.

"Apa dia pernah membalas ucapan cintamu?" Junhui kembali bertanya.

"Tentu saja—"

"Aku mencintaimu." "Aku juga."

"Tidak pernah, kan?"

Soonyoung menghela, kenapa dia tidak menyadarinya?

"Hentikan. Kenapa kau tiba-tiba membahas hal ini? Jangan memanasiku, Wen Junhui," protes Soonyoung.

"Memanasi apa? Aku hanya menyadarkanmu, Kwon Soonyoung. Sadarlah!"

Soonyoung lagi-lagi terdiam. Dia menatap Jihoon dan Seungcheol yang sedang bercengkerama. Bahkan, Seungcheol sudah duduk bersama Wonwoo dan pacarnya itu.

Sadar, ya?

.

To be continue


a/n :

Mau sad ending apa happy ending? :)

Selamat untuk Seventeen yang udah menang dua kali di Show Champion. Aku pengen ketawa lihat para leader nangis, sebenernya.

Oh iya, ff ini terinspirasi lagunya UP10TION - Dito.

UN sudah selesai (lama). Doakan aku dapat hasil yang baik :) Btw, aku mau ikut audisi dance. Lagunya BTS - Fire + Seventeen - Chuck dan itu susah banget. Doakan grupku menang :)

Untuk yang minta sequel 143, just... wait:)

.

Mohon maaf apabila ada salah kata, terima kasih sudah membaca dan dipersilakan review.

Sekian dan sampai bertemu di ff lainnya.

cscvirus