Should I Choose My Soulmate?

Cast : Kim Jaejoong , and other~ (hehe)

Genre : Romance, Friendship, …

Rated : T

Pair : Seiring berjalannya cerita,,

Warning : Yaoi, Typo, cerita pasaran (mungkin)

Disclaimer : Cerita murni milik saya

Chapter 1

Happy reading~ ..

.

.

.

.

Namja itu berlari tergopoh-gopoh karena barang yang ia bawa, tas selempang di pundaknya dengan beberapa buku dan alat tulis yang masih berada dalam dekapannya. Sambil berlari ia terus berusaha memasukkan barang-barangnya kedalam tas dan terkadang matanya melihat kedepan takut-takut bus yang akan ditumpanginya meninggalkannya.

"Aisshh! Ini gara-gara eomma tidak membangunkanku, sudah tau aku susah dibangunkan!" umpat namja itu. Ia kembali memfokuskan pandangannya kedepan saat..

"Eoh?! Yak! Bus sialan, berhenti kau! Yak, aku mau naik!" ternyata bus yang akan ia tumpangi sudah melaju dari halte yang ditujunya. Dengan tenaga yang tersisa, ia mengejar bus itu. Untung saja ia dibolehkan masuk oleh sang supir, kalau tidak? Ia pasti dihukum habis-habisan karena terlambat.

.

.

.

Dengan tergesa, ia memasuki ruang kelasnya. Untung saja dosen yang mengajar belum masuk. Saat ia menghampiri kursinya, ternyata sudah ada yang mendudukinya.

"Hum? Nugu?", dilihatnya seorang namja yang menelungkupkan badannya di atas meja. Dengan hati-hati, dibangunkannya namja tadi. Tapi namja tersebut tak kunjung bangun hingga sang dosen masuk, mau tak mau ia mengambil tempat yang lain yang berada di belakang.

Ditolehkan kepalanya kesamping, mencari temannya. "Sst.. Su-ie!", panggilnya.

Yang merasa dipanggil pun menoleh, "loh hyung, kok duduk disitu, tumben pindah.." balas Su-ie, yang bernama asli Kim Junsu.

"kau lihat saja bangkuku, ada yang mendudukinya, kau tau siapa?"

"ho? Ahh, mungkin murid baru itu hyung, katanya hari ini ada murid baru dikelas kita" balas Junsu.

"ohh, tapi itu kan tempat dudukku~ cih, dasar!" gerutu namja itu sambil mempoutkan bibir merah cherrynya. Sebut saja namja itu Kim Jaejoong. Seorang mahasiswa jurusan seni semester empat.

Sudah puas dengan rasa kesalnya, ia pun kembali memerhatikan dosen didepan kelasnya. Terkadang dilihatnya namja yang baru saja terbangun di tempat duduk asalnya, namja tersebut menguap begitu lebar dan mengucekkan matanya.

"Ahh, iya! Hari ini kita kedatangan murid baru, silahkan maju kedepan!", suruh Kang seonsaeng, dosen yang mengajar. Sang namja yang merasa dipanggil pun akhirnya maju kedepan. Dengan langkah gontainya, ia berdiri disamping Kang seonsaeng.

"Annyeonghaseyo, naneun Jung Changmin imnida. Bangapta", ucap namja itu seraya membungkukkan badannya. Dengan perawakan tubuh yang tinggi dan senyumannya, membuat beberapa yeoja yang berada didalam kelas tersebut histeris.

"selamat datang Changmin-ssi, semoga kau cepat akrab dengan murid disini ya.. silahkan kembali ketempat dudukmu", ujar Kang seonsaeng.

Changmin pun kembali duduk, matanya tak sengaja menangkap tatapan sinis dari seorang namja yang duduk dibelakang. Dengan cuek, tak dipedulikan tatapan yang diberikan kepadanya tersebut dan kembali duduk.

.

.

.

.

Setelah pelajaran yang diberikan Kang seonsaeng selesai, Jaejoong menghampiri namja ditempat duduk asalnya, Jung Changmin. "hei kau, pindah sana! Aku mau duduk ditempatku, ini tempatku!", ujar Jaejoong kesal. Merasa namja itu berbicaran dengannya, ditatapnya Jaejoong. Tanpa suara, mereka terus bertatapan. Merasa jengah, Jaejoong kembali berbicara, "kenapa malah diam saja, cepat pindah! Aku mau duduk ditempatku, yang kau duduki ini tempatku Changmin-ssi~", dengan penekanan pada namanya.

Mendengar hal itu, Changmin tersenyum sinis. "kau berbicara dennganku hanya untuk tempat duduk saja? Yah, saat aku datang, tempatmu ini kosong, jadi kutempati saja. Sekarang tempat ini jadi milikku.. Tanpa gugatan", balas Changmin dingin.

"Yah, mana bisa begitu?! Aku sudah lama duduk ditempat ini, jadi otomatis aku lebih memiliki hak untuk mendapat tempatku kembali. Maka dari itu lebih baik kau yang pindah Changmin-ssi.."

Changmin berdiri dari tempat duduknya mendekati Jaejoong dan memandangnya tajam, "Hah? Kau berani mneyuruhku huh? Apa? Apa!?".

"t-tapi i-ini tempat dudukku, C-Changmin-ssi..", balas Jaejoong gugup. Ia tak berani memandang Changmin dengan tatapan tajamnya itu, seperti dikuliti hidup-hidup. Hii~

"kau berani menyuruhku? Ayo kalau berani", melihat Jaejoong yang gugup membuat Changmin berniat menjahili namja tersebut.

Mendengar hal itu membuat Jaejoong tambah kesal, tapi ia tidak mampu merangkai kata yang tajam seperti Changmin. Ia pun memutuskan mengalah dengan kembali ketempatnya dengan langkah menghentak-hentak dan mempoutkan bibirnya. 'cih, ini semua gara-gara eomma! Kalau saja ia membangunkanku, Joongie tidak akan telat, dan tempat duduk Joongie tidak akan diambil namja sialan itu!', gerutunya dalam hati.

Changmin yang melihat Jaejoong pergi dari depannya pun tersenyum menang. Ia tertawa dalam hati melihat Jaejoong yang pergi dengan mode ngambeknya.

.

.

.

.

Jaejoong pulang dengan langkah gontai menuju rumahnya. Sepanjang perjalanan ia terus menyesali sikapnya yang malah mengalah dengan Changmin, si anak baru itu. Harusnya ia lebih berani melawannya, tapi kenapa ia malah mundur, aishh! Mengingatnya saja membuat Jaejoong kesal, memang sih hanya tempat duduk saja. Tapi kan ia sudah nyaman dengan tempat itu, pindah kebelakang ia banyak mendengar teman-temannya membicarakan hal yang tidak senonoh, membuatnya merinding sendiri. Bahkan terkadang ada yang menjahilinya dan menggodanya.

'Kau itu cantik dan lucu, Jae hyung.. Apalagi saat kau tersenyum, apa kau tidak menyadari banyak namja yang sering menatapmu bahkan menggodamu. Jadi kalau kau tidak mau diganggu, berhati-hatilah. Eu, kyang kyang~', ucapan Junsu saat pertama kuliah mengingatkannya. Tapi ia tidak mau mengakui apa kata Junsu, ia kan namja, masa cantik sih. Jelas-jelas ia itu tampan, bukan cantik, huh!

Tak lama ia sudah sampai dirumahnya. "Aku pulang~", ujar Jaejoong. Dilihat eommanya sedang meonton drama, melihat eommanya mengingatkannya dengan kejadian tadi pagi. "Yak eomma, besok kau harus membangunkanku lebih pagi! Aku tidak mau terlambat lagi! Gara-gara eomma tidak membangunkanku aku nyaris ketinggalan bus, dan kursiku diduduki murid baru yang sangat menyebalkan itu!", omel Jaejoong panjang lebar.

"Kau ini minta dibangunkan, tapi tidak mau bangun-bangun juga. Ya eomma jadi malas membangunkanmu. Makanya tidur jangan larut malam, berhentilah menonton film sampai malam. Kau ini sudah kuliah, pikirkanlah masa depanmu Joongie.. Kalau kau tidak lulus dan tidak mendapat pekerjaan yang bagus bagaimana? Eomma tidak bisa terus menerus membiayaimu, kalau eomma tidak ada kau mau membiayai hidupmu dengan apa?", balas eommanya -Kim Heechul- tak kalah lebar.

Mendengar hal itu membuat Jaejoong terpekur sendiri. Ia jadi teringat mendiang ayahnya -Kim Hangeng- yang meninggal 1 tahun lalu. Ayahnya memang hanya pegawai kantoran biasa, tapi setidaknya ia bisa membiayai keluarganya dan biaya sekolah Jaejoong. Setelah Hangeng meninggal, Heechul lah yang membiayai Jaejoong, ia berusaha mencari pekerjaan yang layak agar mampu membiayai Jaejoong, suaminya selalu berpesan agar anak semata wayangnya itu tetap sekolah apapun yang terjadi, mereka ingin Jaejoong menjadi anak yang sukses daripada mereka. Maka dari itu Heechul bekerja menjadi koki di restoran dan menjadi asisten seorang desainer. Setidaknya gaji yang diterimanya mampu untuk membiayai Jaejoongnya dan memenuhi kehidupan mereka.

"Ne, aku mengerti eomma.. Tapi besok kau tetap harus membangunkanku yah, kalau aku tak mau bangun banjur saja, aku siap kok eomma. Hehe..", balas Jaejoong seraya tersenyum. Ia pun menghampiri eommanya dan memeluknya, membuat Heechul tersenyum dan mengusapkan kepala Jaejoong dengan sayang.

"Ne, akan eomma bangunkan. Jja, sekarang kau mandi dan bantu eomma masak untuk makan malam."

"Ne eomma~", balas Jaejoong senang. Sebelum ke kamarnya, ia sempatkan mencium pipi eommanya sayang.

'Lihatlah anak kita Hannie, ia sudah besar tapi tetap saja manja.. Benar katamu, ia mewarisi sifatku. Aah, aku jadi tidak sabar melihat ia dewasa..', batin Heechul.

.

.

.

.

.

Esoknya Jaejoong bangun lebih cepat dan berangkat lebih pagi, bahkan sangat pagi. Benar kata eommanya, ia tidak boleh menonton sampai larut malam. Pantas saja ia jadi sulit dibangunkan.

Hari ini Jaejoong berniat mencari pekerjaan untuk membantu eommanya. Ia jadi teringat kata-kata yang diberikan eommanya kemarin, maka dari itu sekarang ia tengah membulak-balik lembaran Koran yang dibawanya sepanjang perjalanan ke halte. Memilah satu persatu pekerjaan apa yang layak untuknya dan memenuhi persyaratannya. Dengan serius Jaejoong mencoret-coret kolom 'lowongan pekerjaan', saat dirasa sudah sampai dihalte dan belum menemukan busnya disana, ia memilih mendudukkan dirinya ditempat yang masih tersedia. Bahkan karena terlalu serius, ia sampai tidak menyadari kalau ia duduk bersebelahan dengan namja yang membuatnya kesal, Jung Changmin.

Changmin yang menyadari siapa yang duduk disebelahnya mengernyitkan dahinya saat mengetahui Jaejoong tidak menyadari keberadaannya. Ia memerhatikan apa yang tengah dikerjakan oleh namja yang belum diketahui namanya tersebut. Begitu matanya melirik kearah pulpen yang dipegang namja itu membuatnya tersenyum. 'Jadi namanya Kim Jaejoong, hoo~ Hum? Lowongan pekerjaan? Untuk apa? Apa ia mencari kerja?', batin Changmin. Changmin terus memerhatikan setiap gerak-gerik Jaejoong, mulai dari Jajeoong yang mengerutkan dahinya, mengerucutkan bibir merah cherrynya, tersenyum senang, dan kembali menggerutu tidak jelas dengan Koran yang tengah dipegangnya. Sampai ia melihat Jaejoong yang melihat kedepan.

Dilihatnya juga seorang nenek tua menghampiri halte bus dan terus menerus menengokkan kepalanya, mencari tempat duduk. Merasakan pergerakan dari sebelahnya membuat Changmin menoleh ke Jaejoong. Dilihatnya namja itu berdiri dan menghampiri nenek tersebut.

"Halmeoni? Kau mau duduk? Duduk ditempatku saja halmeoni, sebentar lagi bus yang akan kutumpangi datang..", ujar Jaejoong sambil tersenyum manis.

"a-aahh.. ne, terima kasih anak muda.. Kau baik sekali, kau juga manis..", ujar nenek tua itu sembari berjalan digiring oleh Jaejoong. Merasa Jaejoong mendekat, Changmin pun menundukkan kepalanya.

"ahaha.. terima kasih halmeoni, jja duduklah..", balas Jaejoong sambil tertawa dengan menutup mulut dengan punggung tangannya. Sesekali Changmin melirik Jaejoong, dan membuatnya tertegun melihat senyum manis Jaejoong.

Dilihatnya Jaejoong yang berdiri tak jauh didepannya. Namja itu kembali memfokuskan dirinya pada Koran yang dipegangnya dan memasukkan korannya dalam tas saat melihat bus yang datang. Melihat bus yang datang, sontak Changmin berdiri dan mendekati bus tersebut. Dibiarkannya Jaejoong masuk terlebih dahulu, kemudian ia pun masuk.

Bahkan sampai didalam bus, Jaejoong tidak menyadari keberadaan Changmin. Dengan sengaja, ia mendekati Jaejoong yang berdiri didepannya. Untung saja saat ini Jaejoong memunggunginya, Jaejoong juga kembali fokus dengan Koran yang dipegangnya. Tiba-tiba saja, bus yang mereka tumpang mengerem mendadak. Membuat penumpang yang berdiri terdorong kedepan, termasuk Jaejoong dan Changmin.

Changmin yang terdorong kedepan tanpa sengaja membuat badannya bersentuhan dengan punggung Jaejoong, membuat dadanya berdesir hangat. Tapi begitu teringat Jaejoong yang tidak memegang penyangga apapun, sontak Changmin mengulurkan tangannya dan memeluk Jaejoong dari belakang, menjaga Jaejoong agar tidak terjatuh.

Jaejoong yang kaget karena bus mengerem mendadak, memejamkan matanya saat dirasanya ia akan terjatuh karena tidak memegang penyangga apapun. Tiba-tiba saja ia membelalakkan matanya saat ada yang memeluknya dari belakang, membuat ia tidak terjatuh. Entah apa yang harus diucapkannya nanti pada orang yang memeluknya ini. Apa harus berterimakasih atau mengumpat. Berterimakasih karena sudah menolongnya atau mengumpatnya karena memeluknya sembarangan. Mengingat pesan appanya bahwa ia harus berbuat baik pada orang yang telah menolongnya, ia pun memutuskan berterimakasih.

Changmin yang merasakan pergerakan dari Jaejoong dan merasa bahwa namja itu akan berbalik menghadapnya, langsung saja melepaskan tangannya yang sudah seenaknya saja memeluk Jaejoong dan berbalik memunggungi Jaejoong. Seolah tidak tau apa-apa. Untung saja Changmin menggunakan jaket hitam yang agak kebesaran dan sedang mengenakan hoodie, dalam hati Changmin terus berharap agar Jaejoong tidak menyadari bahwa dirinya itu Changmin.

Sedangkan Jaejoong yang sudah memutarkan badannya mengernyit heran saat tak didapatinya seorang yang sudah menolongnya. Dilihatnya tak ada orang yang berdiri menghadap kearahnya, mengernyit heran melihat seseorang berperawakan tinggi yang memunggunginya, 'apa orang ini yang menolongku?', tanyanya dalam hati.

"Siapapun yang menolongku barusan, terima kasih.." ujar Jaejoong lembut. Meski tak tau siapa yang menolongnya, ia tetap arus berterimakasih kan?

Tak lama kemudian, bus tersebut berhenti di halte dekat kampus Jaejoong dan Changmin. Changmin yang curiga Jaejoong memerhatikannya memutuskan keluar setelah Jaejoong hendak turun. Dengan cepat Changmin turun dari pintu belakang bus agar Jaejoong tidak melihatnya. Setelah turun dilepasnya jaket yang dipakainya, takut Jaejoong mengenalinya. Dan bergegas masuk ke kelas, kembali menduduki tempat Jaejoong.

Setelah Jaejoong turun, diperhatikannya bus yang ditumpanginya, mencari pria berjaket hitam tadi. Saat tak dilihatnya saat bus itu kembali melaju, membuat Jaejoong memerhatikan tiap orang yang turun satu bus dengannya. Tapi tak kunjung ditemuinya seseorang berjaket hitam tadi. Dengan agak terheran, ia melanjutkan langkahnya menuju kelasnya. Siapa tau tiang listrik sialan itu belum datang. Ahaha!

.

.

.

.

.

Sepertinya dewi fortuna belum berpihak pada Jaejoong. Lihat saja sekarang, dikursinya namja sialan itu sudah tertidur dengan lelap. Mau tak mau ia kembali duduk dibelakang, biarlah ia diganggu oleh namja-namja aneh itu, daripada ia tidak kebagian tempat duduk.

Merasa pelajaran segera dimulai, Jaejoong mengeluarkan alat tulisnya. Ia jadi teringat pelajaran siapa sekarang mengingat ...

BRAKK!

Benar dugaannya. Pelaku pembanting pintu, Park seonsaeng, seorang guru yang dijuluki killer oleh banyak mahasiswa membuat Jaejoong mau tak mau harus fokus dalam pelajarannya.

Bantingan pintu yang keras tadi membuat Changmin terbangun dari tidurnya. Sedikit menguap lebar dan memfokuskan matanya yang agak buram setelah bangun tidur. Dilihatnya seonsaeng yang memasuki kelasnya. Melihat sikapnya, Changmin berasumsi bahwa seonsaeng yang berada didepannya merupakan guru killer. Tidak mau ambil resiko, ia pun memutuskan fokus memerhatikan Park seonsaeng yang menerangkan etika berakting.

Saat dirasa Park seonsaeng tidak memerhatikan muridnya. Changmin menengokkan kepalanya kearah Jaejoong, memerhatikan namja tersebut. Mengingat kejadian tadi pagi membuat Changmin merasakan dadanya kembali berdesir hangat. Membuatnya tanpa sadar melamun. Untung saja ia segera kembali kealam sadarnya sebelum guru killer itu memanggilnya.

Ia terus memikirkan kejadian tadi pagi. Berharap Jaejoong tidak mengetahui siapa namja yang memeluknya itu. Sampai bel istirahat memanggilnya, kebetulan dirinya sedang lapar jadi ia memutuskan pergi ke kantin. Tanpa sengaja ia kembali bertemu dengan Jaejoong, tapi ia pura-pura tidak melihatnya.

Setelah Changmin duduk disalah satu pojok kantin, ia kembali memerhatikan Jaejoong. Ia sendiri entah sadar atau tidak seharian ini terus menerus memerhatikan Jaejoong. Kejadian tadi pagi membuatnya terus memikirkan jaejoong. Entah itu khawatir Jaejoong mengetahui dirinya atau karena ada hal lain.

.

.

.

.

Selepas pulang sekolah, Jaejoong mengujungi salah satu tempat yang menjadi sasaran kerjanya. Tak merasakan bahwa dirinya diikuti oleh seonggok tiang listrik, Changmin. Setelah tiba, ia memasuki tempat tersebut yang ternyata sebuah café. Jaejoong menanyakan salah satu pegawai yang ada disana. Ia disuruh menunggu, dan muncul lah pegawai tadi bersama seorang ahjussi yang Jaejoong ketahui sebagai manager di café tersebut. Setelah berbincang banyak hal mengenai tujuan kehadirannya dan persyaratan yang diajukan, manager tersebut menyetujui Jaejoong untuk bekerja disana. Changmin yang melihatnya pun tersenyum senang.

Changmin memutuskan kembali pulang sebelum suatu hal menyadarkannya. Ia melihat yang menjadi tempat kerja Jaejoong, melihat tulisan yang terpampang jelas diatas bangunan tersebut. 'J Family café? Terasa tidak asing..', batin Changmin. Tanpa peduli ia pun memutuskan melanjutkan langkahnya. Setelah tiba di halte bus yang akan mengantarnya pulang, barulah ia tersadar. 'oh, shit! Jangan bilang café itu milik Yunho hyung! Akh.., kenapa Jaejoong harus memilih pekerjaan ditempat sialan itu sih?! Dasar otak lamban, kenapa tidak sadar dari tadi, shit!', umpat Changmin dalam hati.

Ia baru tersadar kalau café yang ditempati Jaejoong untuk bekerja sekarang adalah café milik hyungnya itu, hal itu membuat ia bingung sendiri. Mengingat hubungannya dengan keluarganya kurang baik, apalagi dengan hyungnya tersebut. Aakkh!

.

.

.

.

Changmin tiba di apartemennya menjelang sore. Ditambah lagi ditengah jalan tadi tiba-tiba saja eommanya menelepon. Memang dalam keluarganya tersebut hanya eommanya yang peduli padanya, secara ia memang bukan anak kandung dalam keluarga tersebut. Ya, 5 tahun yang lalu eommanya menikah lagi dengan seorang namja keluarga Jung, dan keluarga Jung tersebut juga memiliki seorang putra yang lebih tua darinya, Jung Yunho.

Entah sejak kapan atau memang sudah ditakdirkan tidak bersahabat, Yunho dan Changmin tidak pernah akur. Hal itu membuat sang kepala keluarga jengah sendiri. Disetiap ceramahnya, pastilah Changmin yang disalahkan. Pada dasarnya kedua namja Jung itu memang tidak begitu menyukai Changmin, karena sifatnya yang cukup berandalan memang. Tapi apa mau dikata, Changmin yang dulu memang agak berandalan, mengingat umurnya yang masih senang bermain-main. Hal tersebut malah ditanggap lain oleh keluarga Jung tersebut. Hingga tahun ini ia memutuskan pindah dan membeli apartemennya sendiri dengan uangnya. Memang keluarga Jung itu kaya, tapi ia tidak mau menggunakan uang yang diberikan oleh orang yang disebutnya 'appa' tersebut, mengingat ia tidak pernah diperlakukan sebagai anak.

Awalnya saat ia memutuskan untuk pindah, eommanya tidak menyetujuinya, tapi kedua namja Jung tersebut tampak cuek. Setelah bulat dengan keputusannya sendiri, esoknya Changmin memutuskan pindah ke apartemen yang sudah dibelinya saat pertama kuliah, namun jarang ia tempati tersebut. Eommanya masih sering menghubunginya, dan terkadang rasa rindunya pada eomma kandungnya tersebut mengganggunya.

Mengingat masa lalu membuat Changmin jengah sendiri. Dengan emosi ditendangnya sofa yang ada dihadapannya. Dan langsung menuju kamarnya untuk tidur, tidak peduli dengan makan malam. Toh, besok ia masih bisa makan bukan?

.

.

.

.

Jam menunjukkan pukul 06.00 saat Changmin terbangun. Langsung saja ia mandi dan persiapan. Dimasaknya sebentar ramyun instan untuk sarapan paginya, dan langsung berangkat untuk bekerja terlebih dahulu sebelum kuliah.

Iya, jadwal Changmin hari ini bekerja sebagai tukang Koran dan susu setiap pagi, dan terkadang ia bekerja ditempat lain saat sore untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Mengingat ia tidak ingin menggunakan uang yang diberikan oleh 'appanya' tersebut. Saat mengantar Koran kesalah satu rumah yang dikunjunginya, tiba-tiba saja pintu itu terbuka dan Changmin mendongakkan kepalanya.

"annyeongha-", Changmin terdiam. Begitu pula dengan sosok yang membuka pintu rumah tersebut.

"kau, Kim Jaejoong?", tanya Changmin terkaget.

Begitu pula dengan Jaejoong yang tak kalah kagetnya, mengingat namja yang ada dihadapannya ini membuatnya kesal beberapa hari lalu. "Eoh? Jung Changmin, sedang apa kau disini?"

.

.

.

.

.

Tarik Boxer Changmin ~ (TBC)

Hhaha, annyeong chingu.. Lama tak jumpa ne,, mian author baru bisa update sekarang, dan sekalinya update bukannya ngelanjutin yang lain malah bikin fanfict baru lagi.. hehe~

Author lagi disibukin sama sekolah, sekarang juga udah mau tahun terakhir, mau ujian.. Thor juga sekolahnya asrama, jadi agak susah buat update, dan gak boleh pegang gadget apapun disana

Yah, berhubung sekarang lagi libur dan author baru dapet pencerahan, semoga aja sepanjang liburan ini author bisa terus update yah, kalaupun kepotong, tunggu liburan panjangnya lagi nee..

Author mau minta pendapat sama readers,, kalian lebih milih pairing MinJae apa Yunjae? Author bosen kalau pasangannya YunJae terus, mereka terlalu cocok dan over sweet kalo udah jadi. Kalo misalnya MinJae kan jarang-jarang tuh, kalopun mereka jadi pasti ada berasa bedanya.. kalian sendiri lebih milih yang mana?

Author tunggu review kalian yah.. demi kelanjutan fanfict ini, hehe..

Thanks and please review ^.^

By AidenLee15

17:42 WIB