Warning : Typo bertebaran. Don't like, don't read. Fanfiction ini tercipta karena keisengan saya semata, jika ada kesamaan tokoh, karakter, dan lokasi (yaiyalah sama namanya juga fanfiction) harap maklum. Karakter asli milik Masashi Kishimoto. Alur dan cerita milik saya.
.
.
.
.
Sarada mendengus sebal. Bagaimana tidak, akhir-akhir ini si Kuning begitu menyebalkan. Sering mengabaikannya dan pergi begitu saja entah kemana. Seperti siang ini, baru saja bel istirahat berbunyi dia langsung melesat meninggalkan bangkunya dengan mengabaikan buku-buku berserakan di meja mereka. Catat, yang berserakan hanya buku-bukunya. Buku Sarada tersimpan rapi di laci meja.
"Kau tidak ke kantin, Sara-chan", sapa Inojin. Teman sekelas mereka yang, ehm, meskipun dia laki-laki tetap saja wajahnya yang terkesan cantik membuat Sarada iri setengah mati.
"Sebenarnya aku tak begitu lapar, tapi sayang jika mengacuhkan bento yang sudah Mamaku buat. Sepertinya aku ingin ke atap saja", ujar Sarada sambil mengeluarkan bentonya.
"Kami juga membawa bento", sahut Chouchou yang sekarang berdiri berdampingan bersama Shikadai di hadapan Sarada.
"Kita ke atap bersama-sama saja, Sara-chan", ujar Mitsuki menimpali.
Cowok bersurai biru itu berjalan mendahului Sarada dan Inojin menuju atap. Dibelakang mereka tampak Chouchou sesekali memasukkan tangannya kedalam bungkus Potatoes kesukaannya sambil mengunyah riang. Shikadai membuntut paling belakang sambil beberapakali menguap lebar. Sepertinya cowok itu lebih tertarik untuk berbaring dan terlelap daripada memakan bento buatan ibundanya.
.
"Kemana Boruto? Kulihat sepertinya akhir-akhir ini dia sering melewatkan waktu kumpul-kumpul bersama kita", pertanyaan Mitsuki membuat teman-temannya termenung sejenak. Tidak ada yang menjawab atau menimpali karena mereka semua tidak ada yang tau Boruto kemana.
"Kenapa kalian memandangku?", Sarada terkejut ketika mendapati mata rekan-rekannya mengarah padanya.
Hei-hei apa hubungannya Si Kuning bodoh itu dengannya? Sarada tak memiliki hubungan apapun selain teman sebangku dan teman masa kecil. Selebihnya Sarada tak peduli terhadap cowok bersurai kuning berantakan itu.
"Bukannya kau ceweknya?", tanya Inojin masih dengan mimik datar. "Apa kau tak takut Boruto kenapa-napa?".
"Apa hubungannya denganku? Kami tidak punya hubungan apapun selain menjadi rival abadi", elak Sarada lantang. "Dia itu menyebalkan dan seringkali merepotkanku. Bagaimana mungkin aku mau menjadi ceweknya? Bahhh,, bahkan dalam mimpi terburukkupun aku tidak pernah mengharapkannya".
"Wah, wah, kau berlebihan sekali Sara-chan", sahut Shikadai. "Logikaku mengatakan bahwa kau mengatakan yang sebaliknya. Ayahku selalu berkata bahwa cewek akan mengatakan hal sebaliknya dengan apa yang ia pikirkan dengan menggebu-gebu untuk menutupi perasaannya".
Cgh,, Sarada menelan salivanya. Ia lupa bahwa diantara mereka ada si Jenius Shikadai. Eh, kenapa dia berpikir seperti itu? Bukannya Sarada memang tak memiliki perasaan apapun pada Boruto?
"K-kau, sok tau", hardik Sarada sambil menutup wadah bentonya. Selera makannya lenyap sudah. Terimakasih pada Shikadai yang sudah memporak-porandakan moodnya.
"Eh kau mau kemana?", seru Chouchou sambil menarik lengan Sarada yang kini sedang berdiri bersiap meninggalkan atap tempat mereka menyantap bekalnya saat ini.
"Kenapa kalian memikirkan si Bodoh itu sih? Dan jangan mengaitkan dia denganku. Aku tak suka", dengus Sarada sambil berbalik dan melangkah pergi.
.
Sarada melangkah pulang dengan perasaan kesepian. Entah kenapa sejak perilaku Boruto berubah ia menjadi sedikit merasa terabaikan dan kesepian. Yah, Sarada memang bukan kekasihnya sih. Tapi kan Sarada sahabatnya dari kecil. Sahabat yang selalu ia repotkan dengan sejuta kelakuan konyol Boruto.
Sudah 2 minggu berlalu ketika ia melihat ada yang aneh dengan Boruto. Selain ia langsung menghilang ketika bel istirahat berbunyi, Boruto pun berangkat sekolah lebih pagi darinya. Bukannya dulu ia yang selalu membangunkan Boruto? Entah angin apa yang membuat Boruto menjadi seaneh itu. Lebih aneh lagi karena sepulang sekolah Boruto juga langsung melesat pergi tapi baru sampai rumah ketika malam. Bukannya Sarada menstalk cowok itu. Tapi Sarada tau karena rumah mereka bersebelahan.
Tak terasa langkah Sarada terhenti di depan pagar rumahnya. Dengan gontai ia mendorong pagar kayu dihadapannya.
Apa yang ada dihadapannya kali ini membuat mata Sarada melebar. Bagaimana tidak, Sang ayah terlihat tersenyum lebar sambil menepuk bahu seseorang yang akhir-akhir ini menghantui pikirannya.
"Ah, kau baru sampai Sarada", sambut Sasuke, ayah gadis berkacamata itu.
"Tadaima", sapa Sarada sambil menampilkan wajah datar. Padahal dalam otaknya terbesit banyak sekali pertanyaan melihat ayahnya duduk bersama dengan Boruto di teras rumahnya.
"Okaeri Sara-chan", sahut Ibunya yang sedang membawa nampan dari arah dalam.
"Uh, okaeri Sarada", jawab ayahnya ikut hanya meliriknya sekali tanpa mengucapkan apapun. Tanpa menyapanya dan kembali memalingkan muka.
Memangnya Sarada peduli? Cih, menyebalkan. Si Kuning itu benar-benar membuatnya sakit hati dengan kelakuannya yang aneh itu.
"Wah, kau terlihat tidak bersemangat hari ini. Apa ada masalah di Sekolah Sara-chan?", tanya ibunya yang kini membimbingnya masuk ke dalam rumah.
Sang ayah dan Boruto kembali melanjutkan obrolannya setelah para wanita masuk ke dalam rumah.
"Pokoknya aku harus bisa mengalahkan ayahku, Paman", seru Boruto dengan semangat. "Terimakasih kali ini aku berhasil karena bantuan Paman. Aku akan berusaha semaksimal mungkin saat pertandingan nanti. Aku tak akan menyia-nyiakan kerja keras Paman mengajariku".
"Haha.. Kau benar-benar putra Dobe", ujar Sasuke sambil mengacak surai pirang dihadapannya. "Ya, kau harus mengalahkan ayahmu. Buktikan kalau kau ingin benar-benar menjadi yang terbaik".
"Tentu saja Paman", sahut Boruto sambil mengepalkan tinjunya kearah atas.
Sementara itu, para wanita di keluarga uchiha sedang mendiskusikan sesuatu.
"Eh, jadi kau belum tau Sara-chan?", tanya Sakura sambil mengernyit heran. Ia merasa aneh putrinya tidak tau hal sepenting ini.
"Apa yang tidak kutahu Ma?", tanya Sarada semakin penasaran. "Jadi Mama tau apa yang terjadi pada Boruto akhir-akhir ini?".
"Uhmm,, yah bisa dibilang seperti itu", jawab Sakura sambil mengerling jahil. "Wah, kalau dia sampai tidak memberitahumu berarti...".
"Berarti apa Ma?", potong Sarada.
"Ah, mungkin lebih tepat jika dia sendiri yang mengatakannya. Oke?", kini Sarada semakin menekuk muka. Bagaimana tidak, ibunya bahkan kompak sekali membuatnya merasa sebal. Shannaro!
"Jadi, apa kalian tau Hikari senpai sedang dekat dengan Boruto?", tanya Inojin yang sontak membuat kedua bola mata Sarada keluar mendengarnya.
"Hikari? Hikari senpai yang seorang penari balet terkenal itu bukan?", tanya Shikadai dengan mata berbinar.
"Uh, sialnya nama Hikari hanya dia seorang di Sekolah ini", sahut Chouchou sambil (lagi-lagi) mengunyah keripik kesukaannya.
"Ba-bagaimana bisa?", tanya Sarada sedikit tersentak. Ia entahlah. Hanya merasa tidak suka karena teman-temannya tau lebih dulu daripada dia yang notabene dulunya lebih dekat dengan Boruto.
"Uhm, entahlah, Himawari yang bercerita padaku. Katanya beberapa kali kakaknya kencan dengan Hikari senpai di taman", jawab Inojin sambil mengedikkan bahunya.
"Oh, jadi sekarang kau kencan dengan Hima-chan? Kau sudah berani mendahuluiku rupanya", sindir Shikadai mengabaikan raut muka Sarada yang kini memerah. Entah karena marah atau alasan lain. Tapi Shikadai tak yakin ada alasan lain selain marah jika melihat raut muka menyeramkan Sarada saat ini.
"Ya, cukup menyebalkan mencoba mengencani Himawari. Dia menyenangkan dan cantik tentunya. Tapi dia lebih tertarik mendengar cerita tentang Mitsuki daripada mendengar cerita tentangku", dengus Inojin sambil menatap tajam Mitsuki yang kini sudah mematung.
"Ehhh", Mitsuki terkejut mendengar kata-kata Inojin. Dan lebih terkejut lagi mendapati beberapa rekannya lelakinya ikut menatapnya tajam.
.
Sarada sedang berada diatas kasur empuk milik Himawari. Tadi siang sepulang sekolah Sarada memutuskan untuk menemui Himawari. Ia penasaran dengan sikap Boruto. Aneh. Cowok itu terlihat acuh, tidak hanya padanya tapi juga pada teman-temannya.
"Hima", panggil Sarada ketika gadis yang 2 tahun lebih muda darinya itu sibuk dengan gadgetnya. Himawari segera mengalihkan perhatiannya dari layar laptopnya dan menatap Sarada sambil tersenyum lebar. Senyuman yang sama yang selalu Boruto berikan .
"Ya kak", jawab Himawari menatap iris kelam tetangga sekaligus orang ia ia anggap kakak sendiri itu.
"Apa kau merasa ada yang aneh dengan Boruto?", tanya Sarada sambil meneguk ludahnya sendiri karena gugup.
"Kak Boruto memang aneh dari sejak aku lahir dan membuka mata. Ia adalah pemandangan teraneh yang pernah kulihat. Hehehe", jawab Himawari sambil terkekeh mendengar leluconnya sendiri.
Sarada sweatdrop. Ya, keluarga Uzumaki itu dari dulu terkenal aneh. Tapi Sarada tak mengira si kecil ini juga seaneh ayah dan kakaknya.
"Hima, ayolah, aku capek sekali. Ada apa sebenarnya dengan Boruto?", desak Sarada tak sabar.
Himawari terkikik melihat sahabat kakaknya itu kini berwajah lesu. Padahal Sarada yang Himawari kenal adalah sosok yang tegas dan cuek. Kenapa Sarada jadi begini? Apa mungkin...?
"Eh, aku tebak kak Sarada sudah mendengar gosip jadiannya kakakku dengan cewek bernama Hikari itu kan?", tanya Himawari masih diikuti dengan kikikannya.
"Ah, sudahlah. Lupakan saja, aku tak jadi bertanya", dengus Sarada sambil beranjak pergi.
"Eh, maaf kak. Jangan ngambek dong. Iya, iya, ini Hima mau cerita. Duduk lagi, ayo-ayo", bujuk Himawari sambil menarik lengan Sarada.
"Jadi?", tanya Sarada setelah ia menghempaskan tubuhnya ke atas kasur lagi.
"Ehm, mulai darimana yaa", keluh Himawari bingung.
"Mulailah dari kenapa Boruto sering pulang malam", jawab Sarada sambil bersendekap dan menatap Himawari tajam. Ia benar-benar dalam mood yang jelek saat ini.
"Uh, itu karena ia berlatih bertarung kan? Ehm bukannya paman Sasuke yang mengajarinya?", Himawari malah memberikan pertanyaan pada Sarada alih-alih menjawabnya.
"Mana aku tau", Sahut Sarada cepat. "Eh, belajar bertarung? Dengan papaku? Tinju maksudmu? Ah, jadi itu. Lalu dengan Hikari?",
"Kakak bilang dia kencan dengan Hikari sejak seminggu yang lalu", jawab Himawari riang. Ia tidak sadar bahwa gadis yang ia ajak bicara dihadapannya sangat ingin menghancurkan sesuatu saking kesalnya mendengar perkataannya itu.
"Oh", jawab Sarada singkat.
"Eh kak Sarada sudah mau pulang ya?", tanya Himawari ketika melihat Sarada bangkit dari tempatnya tadi duduk.
"Hn", jawabnya singkat. Tiba-tiba matanya melebar ketika tidak sengaja melirik ke arah layar laptop Himawari.
"Bu-bukannya itu Mitsuki yang disampingmu?", seru Sarada sambil menunjuk background desktop layar laptop Himawari yang menampilkan sosok Himawari yang tertawa lebar dibawah rangkulan Mitsuki yang juga terlihat bahagia sedang menatap ke arah mereka saat ini.
"Eh, itu... Itu..", Himawari tergagap sambil menutup layar laptopnya. Pipi putihnya kini telah memerah sempurna. Ia malu mengakui bahwa saat ini sedang menjalani hubungan dengan sahabat kakaknya yang lain.
"Kalian sudah jadian?", tanya Sarada sambil menyeringai jahil melupakan perasaannya yang hancur.
"Eto,, ah, kuharap kakak tidak beritahu kak Boruto. Dia pasti marah. Apalagi ayah. Ah tolong sembunyikan ya. Jangan bilang-bilang siapapun ya kak. Hima mohon", Sarada tersenyum mendengar permintaan gadis dihadapannya. Ia sangat suka melihat adik sahabatnya yang begitu mengemaskan ini.
"Baiklah, baiklah. Tapi sebaiknya kau tidak perlu terlalu menunjukkannya pada Inojin, kau tau", sentil Sarada pada dahi Himawari yang kini tersenyum lebar.
"Abis, kak Inojin dan Shikadai selalu menghubungiku. Mengganggu waktuku dengan kak Mitsuki saja", gerutu Himawari sambil mendecakkan lidah.
.
Pagi ini Sarada putuskan untuk melupakan dan mengabaikan sahabat kuningnya itu. Toh beberapa minggu ini cowok itu duluan yang mengabaikannya. Sekarang, setelah tau bahwa lelaki bersurai kuning itu sudah mendapat kekasih, tak ada alasan lagi baginya untuk merasa terbebani atau tergantung pada cowok itu.
"Kau tau rasanya diabaikan? Tidak enak bukan? Tentunya kau ingat apa yang kau lakukan pada orang disampingku ini kan? Kau selalu mengabaikannya dan mengejeknya bodoh. Lihat, kau pasti menyesal sekarang melihatku dengannya. Kupastikan kau mendapat rasa sakit hati yang setimpal dengan yang ia rasakan saat bersamamu. Ah, aku rasa kau cocok sekali mendapatkannya. Jangan sesekali mengganggu Borutoku lagi, mengerti! Mulai saat ini aku umumkan bahwa aku adalah kekasih Boruto. Benar begitu kan sayang?", gadis bernama Hikari itu sedang berdiri dihadapannya. Didepan salah satu meja dikantin yang penuh dengan siswa yang menyantap makan siangnya. Dengan sombongnya gadis itu mencoba menggertak Sarada dihadapan Boruto dan kawan-kawannya. Membuat Sarada malu setengah mati dan sebal ingin mencekik makhluk cantik berhati iblis dihadapannya itu.
Boruto hanya mengangguk mendapati perkataan kekasih barunya. Hingga akhirnya mereka berlalu meninggalkan Sarada dan teman-temannya yang kini geram dan membenci sikap aneh Boruto.
"Sebenarnya ada apa dengan anak itu?", pikir Shikadai sambil termangu.
Tbc
Mind to review?
Thanks for read :)
