Laying Claim

Naruto belongs to Masashi Kishimoto

This story belongs to JanuaryEclipses

Rated M, Fanon

I totally didn't do anything in this story, I just translate it on Bahasa Indonesia, all the credit belongs to JanuaryEclipse (except The Character)

Hari ini bukanlah hari ulang tahunnya, oleh sebab itu Sakura terkejut saat menemukan sebuah kotak berwarna biru terletak di atas mejanya. Sebuah pita putih berbahan sutra membungkus kotak itu dengan cantik. Ia tahu, seseorang pasti telah menyelinap masuk ke dalam kamarnya saat ia sedang menjalankan misi.

Sebuah pertanyaan muncul di dalam pikiran gadis itu, siapa pengirimnya? Ia tidak memiliki seorang kekasih, dan sekarang sudah musim gugur, yang berarti tak ada alasan bagi seseorang untuk mengiriminya hadiah. Ia terlahir di musim semi. Itulah sebabnya namanya Haruno Sakura. Ah, omong-omong mengenai ulang tahun sepertinya ia harus mulai mencari hadiah ulang tahun untuk Naruto, mengingat bulan depan adalah ulang tahun pemuda pirang itu.

Sakura mengernyitkan dahinya, kembali berpikir mengenai identitas sang pengirim hadiah. Pengagum rahasia? Tidak, itu tidak mungkin. Meskipun ia cukup menarik tapi semua orang yang ia kenal sudah memiliki pasangan─atau tidak tertarik sama sekali padanya. Ah, kecuali Lee, tapi itu tidak mungkin. Lee merupakan tipe orang yang menunjukkan afeksi padamu dengan terbuka di depan semua orang dengan sebuah senyum lebar menghiasi wajahnya. Atau paling tidak, jika Lee mengiriminya hadiah, pemuda beralis tebal itu pasti menyertainya dengan sebuah catatan yang bertulikan 'Untuk: Sakura-sanku tersayang. Dari: Lee, Si liar Hijau dari Konoha!' dan sayang sekali, tidak ada catatan pada kotak itu. Lagipula, biru sama sekali bukan warna Lee.

Musuh? Itu mungkin saja. Mungkin saja kotak biru itu berisikan peledak, dan saat ia membukanya─BUMM! Kotak itu akan meledakkan kepalanya. Menjadi seorang kunoichi dari Konoha pasti ada beberapa orang yang tidak begitu menyukainya. Itu tidak begitu mengejutkan. Tebakan lainnya kotak itu merupakan kotak lelucon yang dikirimkan oleh Naruto dan Kiba, tapi ia ragu jika kedua orang itu mau merepotkan diri mereka sendiri dengan mengikat sebuah pita di kotak itu, mereka bukan tipe pria yang seperti itu.

Satu-satunya cara untuk mengetahui siapa pengirim kotak itu adalah dengan cara membuka kotak itu.

Sakura mengambil kotak itu dan kemudian duduk di atas ranjangnya. Kotak itu terasa ringan. Ia menarik lepas pita putih yang membungkusnya dan membiarkan pitanya jatuh di atas lantai. Kini ia hanya tinggal membukanya.

Oh, bisakah kau lebih cepat membukanya? Innernya berteriak tak sabaran.

Ia menarik nafas panjang untuk menenangkan dirinya. Dengan perlahan ia membuka kotak itu… dan tersentak.

Sebuah kalung. Kalung itu memiliki rantai berwarna perak dengan sebuah liontin berbentuk hati. Di bagian kanan bawah terdapat batu berwarna merah dan pada bagian kiri atas terdapat sebuah batu berwarna putih. Sangat indah. Tidak, lebih dari itu… kalung itu luar biasa. Dan sangat mewah.

Sakura segera menggelengkan kepalanya. Tidak, ini mungkin hanya kalung perak murahan dengan liontin palsu. Lagipula ia hanya mengenal dua orang kaya yang mampu membeli barang semewah ini. Salah satunya sedang menjalin hubungan serius dengan Tenten, dan yang satu lagi, baru saja selesai menjalani masa percobaannya dua bulan lalu, dan langsung mendapatkan promosi mejadi jounin, dan bahkan terkadang ia menjalankan misi yang seharusnya ditangani oleh para ANBU, dan per;u digaris bawahi bahwa dia sama sekali tidak tertarik padanya.

Sakura semakin pusing memikirkan siapa sebenarnya pengirim kalung itu. Kunoichi berambut merah muda itu berdiri di depan cermin miliknya, setelah sebelumnya mengecek kalung itu dengan chakra miliknya untuk memastikan tidak ada perangkap di dalamnya, ia mengenakannya. Kalung itu terlihat bagus di lehernya. Oh, Tsunade-shisou pasti akan cembu─

"AHHHH! Aku seharusnya melapor pada Tsunade shisouuuuu!" Bisa-bisanya ia melupakan hal sepenting itu?! Ia segera bergegas keluar melalui pintu dan menuju ke kantor Hokage.

.

.

Tsunade hampir saja tertawa saat melihat muridnya menyelinap masuk kedalam ruangannya dengan nafas tersenggal-senggal.

"Aku… aku disini… Tsunade-sama."

"Kau telat." Godaime menolehkan kepalanya ke arah orang lain yang juga berada di dalam ruangan bersama mereka. "Baiklah kalau begitu, kau menjalankan misimu dengan baik. Kau boleh keluar, Sasuke."

Sakura tersentak, ia tidak sadar bahwa Sasuke ada di situ sampai Tsunade mengucapkan nama sang pemuda. Uchiha terakhir itu menganggukkan kepalanya dan berbalik pergi. Matanya melirik ke arah Sakura dan menyeringai seperti biasanya sebelum pergi meninggalkan kantor Hokage.

Tsunade menaikkan sebelah alis matanya. "Fans?" tanyanya sambil mengangkat kepalanya ke arah kalung yang Sakura kenakan.

Sakura memegang kalungnya saat berbicara, "sebenarnya, aku menemukannya di dalam sebuah kotak di atas mejaku. Tidak ada kartu yang menyertainya."

"Oh! Pengagum rahasia!" Tsunade menyeringai ke arahnya. Hokage kelima itu menyukai hal-hal seperti ini. "Bisa aku melihatnya?" Tsunade mengamati Sakura saat tangan gadis itu mengarah ke belakang lehernya─mencoba untuk membuka pengaitnya, saat tiba-tiba saja tubuhnya membeku. Jemari gadis berambut merah muda itu mengitari rantai kalungnya.

"Kaitnya menghilang."

Raut wajah khawatir membayang di wajah Tsunade. "Mendekatlah." Sakura mendekat ke arah Tsunade dan membungkuk agar Tsunade bisa menyentuh kalungnya. Hokage kelima itu mengamati liontin berbentuk hati itu dengan teliti. Mata madunya berkilat sepersekian detik, namun Sakura sempat melihatnya.

"Tsunade-shisou?"

"Kalung yang indah. Sangat mewah"

Tsunade tertawa keras saat Sakura menceritakan teorinya mengenai 'perak murahan'. "Perak? Sakura, itu emas putih. Dan itu juga bukan barang palsu seperti dugaanmu. Jangan lihat aku seperti itu. Aku tahu apa yang aku katakan. Dan asal kau tahu, batu putih itu berlian. Dan batu yang berwarna merah itu…─itu berlian merah."

"Tapi─"

"Kau tahu betapa langkanya berlian merah 'kan?" Sakura menggelengkan kepalanya, mata viridiannya memancarkan kebingungan. "Berlian merah sangat jarang ditemukan saat ini, sama langkanya seperti berlian biru dan orange. Tidak hanya itu berlian-berlian itu hanya bisa ditemukan di Desa Tanah." Yang mana Tsunade berani bersumpah bahwa ia baru saja mengirim dia kesana untuk sebuah misi.

Sakura melihat kalungnya dengan penuh kekaguman. Kini sudah jelas bahwa ia sama sekali tidak berhak menerima hadiah semewah itu.

"Sekarang," lanjut Tsunade, "aku sudah diberitahu bahwa misimu berjalan dengan baik, kau bisa beristirahat hari ini sampai besok. Sekarang pergilah!" Sakura membungkukkan badannya, dan meninggalkan ruangannya dengan masih mengagumi kalung yang ia kenakan.

Tsunade menunggu hingga Sakura menghilang dari pandangannya sebelum berteriak, "SHIZUNEE!"

.

.

Haruno Sakura tidak sabar untuk segera merendam tubuhnya dalam air hangat. Entah bagaimana ia tidak bisa menemukan pengait kalungnya. Pengait itu tiba-tiba saja lenyap entah kemana, dan ketika ia mencoba mengeluarkan kalung itu lewat kepalanya, entah bagaimana tapi rantai kalung itu mengecil sehingga tak bisa melewati kepalanya.

Baiklah, pikirnya, cukup!

Ia segera melangkah ke kamarnya dan mengambil sebuah kunai dari kantong ninja miliknya. Ia bisa membeli rantai kalung yang lain. Gadis itu mengarahkan kunai miliknya ke kalung, dan ZAP! Ia terkejut saat merasakan aliran listrik menyerang tubuhnya. Sebuah peringatan, huh?

Memutuskan tidak ada gunanya untuk mencoba membuka kalung sialan itu, ia akhirya melangkahkan kakinya menuju kamar mandi, dan berendam.

Saat berendam, sekali lagi ia memutuskan untuk mencari pengaitnya─percuma sih, tapi tak ada salahnya mencoba, dan seperti dugaannya pengait itu tetap menghilang. Kesal, ia mengambil kembali kunai miliknya yang ia letakkan disamping tub, dan aliran listrik menghantam tubuhnya saat ia mencoba memutus rantai kalung itu dengan kunainya.

"Hei! Itu sakit, sialan!" Teriaknya.

Bagus…

Tubuh Sakura membeku, dan untuk pertama kalinya innernya terkejut. Apa itu barusan?

"Aku mendengar suara…" bisiknya. Ia tadi mendengar sebuah suara, dan setelah ia pikir-pikir suara itu tidak begitu asing, tapi sayangnya ia tak bisa mengingatnya. Ia ketakutan, setelah sekian lama ia kembali merasa takut. Tidak! aku tak akan membiarkan hal seperti ini menakutiku!

Shannaroooo! Aku akan membunuh orang yang memberiku kalung ini!

Malam itu ia berbaring di atas kasur dengan berbagai senjata terletak disamping tubuhnya, ia waspada. Siapa yang memberinya kalung ini? Musuh, itu pasti seorang musuh. Kalung itu bisa membaca piirannya… dan… dan… mengeluarkan aliran listrik! Itu licik! Dia tak memiliki kesempatan!

Malam semakin dingin, dan Sakura memeluk selimutnya dengan erat. Kewaspadaannya semakin melemah seiring dengan semain dinginnya malam. Namun ia berusaha untuk tetap terbangun, Ini bercanda, dia tidak mungkin bisa tidur malam ini! Otaknya terus berpikir dengan cepat, dan kapanpun ia menutup matanya, dengan cepat pula kedua kelopak matanya membuka dengan waspada. Tiba-tiba saja tubuhnya merasakan sebuah kehangatan yang ia yakin bukan berasal dari tubuhnya.

Tidurlah, gadis kecil…

Dan tiba-tiba saja ia merasakan kantukyang luar biasa, rasanya seperti seseorang tengah menyergapnya dengan chloroform.

.

.

Keesokan harinya Sakura terbangun dengan segar. Ini sangat mengejutkan. Ia ingat bahwa ia sempat mendengar sebuah suara dan tiba-tiba saja ia jatuh tertidur begitu saja. Ia bingung, mengapa seorang musuh membuatnya terlelap dan beristirahat dengan tenang? Dan tak hanya itu, dia bahkan tidak menculiknya atau bahkan membunuhnya saat ia terlelap.

Akhirnya Sakura memutuskan untuk pergi menemui Ino, ia menggunakan kaos merah dan rok yang biasa ia gunakan. Ia mengecek rambutnya dan melangkah keluar apato. Saat sampai di Toko Bunga Yamanaka ia melihat Ino sedang duduk kebosanan di balik mesin kasir. Mata gadis pirang itu berbinar saat melihat Sakura melangkah masuk ke toko bunga miliki keluarganya.

"Sakura! Terima kasih kami-sama. Aku sangat bosan! Dan aku ingin─" ucapan gadis pirang itu tiba-tiba saja terhenti. "Apa itu?"

"Apa?" Sakura menundukkan kepalanya. "Oh, kalung ini. Aku menerimanya sebagai hadiah, dan sekarang aku tidak bisa melepaskannya!" gadis pirang itu mengacuhkan nada sinis yang Sakura ucapkan saat ia menyebut kata hadiah.

"Siapa yang ingin melepaskannya? Kalung itu menakjubkan!"

Mereka membahas siapa saja orang yang mungkin mengiriminya kalung itu. Mungkin saja seorang penguasa yang ingin berterima kasih padanya—atau mengutuknya, ucap Sakura. Mereka mengobrol mengenai hal-hal lain saat Sakura sadar bahwa tiga puluh menit sudah terlewat begitu saja.

"Aku lapar, kau mau ramen?"

Ino memutar kedua bola matanya, "Semakin lama kau semakin mirip Naruto."

Bel yang ada di pintu toko berbunyi, dan seorang jounin yang tak ia kenali melangkah masuk melewati pintu. "Haruno-san, aku dikirim untuk memberitahumu bahwa Hokage membutuhkanmu saat ini juga."

Sakura mengerang. "Seharusnya aku sedang cuti."

Jounin itu mengedikkan bahunya. "Aku hanya mengikuti perintah."

Sakura menatap Ino, "mungkin setelah urusanku selesai?" Ino menganggukkan kepalanya, dan menatapnya saat Sakura menuju ke kantor Hokage.

.

.

Gadis berambut merah muda itu mendudukkan dirinya di depan meja milik Tsunade, saat sang Hokage sedang mengomel mengenai seseorang yang datang terlambat. Akhirnya hokage kelima itu memutuskan menyerah untuk menunggu, ia menghembuskan nafasnya. "Baiklah, karena ia tidak begitu diperlukan berada disini─tidak sepertimu. Sebaiknya kita mulai saja." Tsunade menganggukkan kepalanya ke arah kalung yang dikenakan Sakura. "Kau tahu apa itu?"

"Sebuah kalung."

Sang Godaime menggelengkan kepalanya. "Itu bukan kalung biasa, Sakura."

"Yeah… aku baru saja menyadarinya…" ucap Sakura sarkatis.

Tsunade memicingkan matanya. "Ini serius, Sakura." Tsunade menggumamkan kata-kata seperti, "aku akan membunuhnya saat ia sampai kesini." Tsunade menarik nafas panjang. "Aku serius saat berkata bahwa itu bukan kalung biasa. Aku tebak kau sudah mencoba untuk melepasnya dengan paksa?"

"Ya, dan kalung ini menyetrumku."

Tsunade kembali menghela nafas. "Sakura, aku akan memberikan sedikit pelajaran mengenai sejarah untukmu, dengarkan dengan baik. Sekitar beratus tahun yang lalu, terdapat sebuah peraturan yang memperbolehkan seorang wanita bisa dibeli oleh seseorang yang membayar dirinya dengan harga yang tepat" Sakura ingin memprotes tentang pembicaraan yang tiba-tiba saja berubah menjadi aneh, tapi Tsunade mengangkat tangannya menyuruhnya untuk tetap diam. "Bagaimanapun, beberapa saat kemudian mereka mengumumkan bahwa hanya pria yang berasal dari klan yang terpandang lah yang bisa membeli wanita yang sama sekali tidak berasal dari klan manapun."

Mulut Sakura terbuka, ia akhirnya mengerti. Gadis itu tersentak saat menyadari apa yang terjadi, ia menunjuk dirinya sendiri, dan berbisik Aku?

"Ya, aku khawatir dalam hal ini kau. Dan aku rasa tidak hanya itu. Para wanita itu biasanya diberi sebuah perhiasan dengan sebuah jutsu terkandung di dalamnya, dan hanya beberapa orang yang bisa melakukannya. Pengait perhiasan itu─dalam kasusmu kalung, akan menghilang ketika kalung itu dikenakan, dan ia akan memberikan peringatan jika ia akan dibuka dengan paksa. Peringatan itu ditanam oleh sang calon pemilik, ia akan mengirimkan sejumlah chakra pada kalung itu. Beberapa pemilik bahkan mengesetnya agar terbakar saat kalung itu dibuka dengan paksa. Aku rasa pemilikmu cukup baik karena─"

Sakura berdiri dengan penuh emosi. "Aku bukan milik siapapun!"

"Duduklah! Kau harus menerima hal ini! Suka maupun tidak!" Sakura kembali duduk, air mata nampak mulai menggenang di matanya. "Sekarang," lanjut Hokage kelima degan tenang, "aku rasa kau harus berterima kasih. Siapapun yang membelimu cukup baik karena ia hanya menyetrummu. Apa kau lebih senang jika paru-parumu dipenuhi dengan darah? Sebuah lubang diperutmu? Tenggorkanmu dipenuhi dengan batu-batuan sebesar bola golf? Aku melihat itu terjadi, kau tahu."

Tubuh Sakura melemas di kursi. Jadi mungkin sebuah setruman tidak begitu buruk. Tapi bagaimana dengan… "apakah biasanya ada suara?" tanyanya

Mata Tsunade berkedip. "Ya, perhiasan yang dipilih juga membuat sang master bisa berkomunikasi dengannya." Ia berkedut, "miliknya."

"Bukankah mereka seharusnya melarang kepemilikan seorang gadis sekarang? Ini jaman modern!"

Tsunade menatap muridnya dengan cermat, "ini hukum yang unik, Sakura. Orang-orang mulai melupakan hal ini, dan tidak ada yang berpikir untuk merubah peraturan ini. Sampai sekarang, kurasa."

Sebuah pertanyaan muncul di kepala Sakura. "Tsunade-sama, kau memberitahuku bahwa sang master ada dibalik ini semua." Sakura menatap Tsunade dengan bingung. "Siapa masterku?"

Tsunade membuka mulutnya untuk berkata namun terhenti karena merasakan sesuatu. Inilah saatnya. "Kau akan bertemu dengannya saat ini juga." Terdengar tiga buah ketukan dari balik pintu, "Masuklah," pintu itupun terbuka.

"Kau ingin beremu denganku, Tsunade?"

Nafas Sakura terhenti.

Tunggu sebentar…

Ia kenal suara itu…

Sakura membalik tubuhnya dan menatap sepasang mata berwarna hitam milik orang yang pernah ia sukai. Sang kambing hitam. Sang pengkhianat.

Uchiha Sasuke.

Ia bahkan tidak sadar bahwa ia telah menerjang pemuda itu dengan marah sampai ia sadar saat tubuhnya ditindih di atas lantai, dan wajah menyeringai milik pemuda Uchiha itu berada kurang dari satu inci dari wajahnya.

-TBC-

a.n: Seperti yang sudah aku jelasin diatas, fict ini sepenuhnya milik JanuaryEclipses. aku cuman ngetranslate fict yang luar biasa ini ke dalam Bahasa Indonesia. Buat yang tertarik dengan fict ini kalian bisa langsung ke bio JanuaryEclipses buat baca versi aslinya (udah tamat kok).

Sincerely, Putri.