Halo, deeys disini ^^

Fanfic pertama di fandom hetalia, jadi maaf kalo benar benar jelek ;_;

Disclaimer : Hetalia? Punyanya deeys bu-? *shot. Bukan ding, Hetalia punyanya Himaruya - sensei yang paling awesome~!

Warnings : sho-ai bertebaran, ga nyambung sama sejarah ;_;, angst gagal, ooc, dsb.


Aroma tanah basah tak lagi seenak dulu.

Hujan yang bercampur dengan genangan merah pekat itu membawa bau anyir yang menusuk hidung.

Seorang anak laki laki berambut putih dan ber-iris merah memandang kosong ke sebuah puing puing yang sepertinya dulu- tidak, apakah 2 jam yang lalu bisa dikatakan dulu?- adalah rumahnya.

Tubuhnya bergetar hebat dan air mata menetes dari iris merahnya.

Ia menggerakkan kaki kaki kecilnya dengan cepat. Berlari menuju puing puing- yang dulunya adalah rumah- itu.

"West!" Panggilnya lantang saat ia memasukki rumah itu. Dilihatnya reruntuhan kayu berserakan dimana mana.

Ia kembali berlari dan mengelilingi rumah itu.

"West! A-ayolah, ini tidak awesome! Kau dimana West?" Tanyanya lagi.

Tak ada jawaban. Hanya suara deras hujan yang mengalun merdu.

Anak berambut putih itu mengusap matanya cepat.

Sepertinya ia gagal menahan air matanya.

"We-West, ayolah.. Jangan seperti ini dan jawab pertanyaanku West!" rintihnya.

Dan sama seperti tadi.

Hening- tak ada jawaban.

Lutut kecil miliknya kini tak lagi kuat menahan beban tubuhnya, ia terjatuh lemas.

Air mata mengalir deras di iris merahnya.

"We-west, kau dimana sih -hik- ka- kau ga awesome! West! -hik-" Desahnya lirih.

Ia masih menangis dengan kencangnya sampai tanpa ia sadari, tiba tiba sebuah buntelan putih kecil kumal berjalan mendekatinya.

Buntelan kecil itu berjalan dengan sedikit ragu, tetapi dengan pasti ia mendekati anak laki laki albino bermata merah itu.

"Bruder.." Panggil buntelan kecil itu sambil menepuk bahunya.

Anak yang dipanggil 'bruder' itu menoleh dan wajahnya yang penuh dengan air mata itu kini memandang tak percaya. Iris merahnya bertatapan dengan iris biru langit yang benar benar bisa menenangkan hatinya saat itu.

"West!" Teriaknya senang sambil memeluk buntelan kecil itu dengan erat.

Melepaskan selimut putih kumal yang menutupinya dan memperlihatkan seorang anak laki laki yang lebih kecil dengan rambut pirang dan iris mata biru kelam.

"Bruder.. Aku takut" desah anak yang dipanggil West itu lirih.

Bruder-nya hanya mendesah pelan.

"Aku tahu, sudah tak apa.. Bruder-mu yang awesome sudah disini West.." Jawabnya pelan sambil mengelus lembut rambut pirang itu.

"Hu-Huwaaa Bruder, aku takut – hik – takut sekali. Me-mereka menembaki semua orang bruder -hik- termasuk – hik – ayah dan ibu -hik-" Tangis West semakin menjadi jadi di dekapan sang bruder.

Tak langsung menjawab, sang bruder hanya mengangguk pelan.

"Aku tahu West, aku melihat ma- ehem mereka di depan-" Hening sebentar. "Tidak- sudalah West. Kakakmu yang awesomeini sudah bersamamu sekarang, tak perlu menangis" Lanjutnya pelan sambil mengeratkan pelukannya.

West, adiknya. Hanya mengangguk pelan sambil menenggelamkan wajah kecilnya di pelukan kakaknya. Mengeraskan tangisannya dan membiarkan kakaknya itu memeluknya lebih erat.


I- iya, saya tahu ini fanfic gagal ;_;

Dan ini masih prolog belum chapter 1 jadi...

Review? ._. flame juga tak apa karena saya tahu fanfic ini payah sekali ;_; maaf.