Halo, kembali lagi dengan saya. Kali ini saya membawakan kumpulan drabble. Tumben? Ceritanya ringan, pula. Itu karena saya lelah bergalau. Ciee ... /hush/
Kumpulan drabble ini berisi berbagai pengalaman ketika ujian, mulai dari UN sampai SBMPTN. Sebagian berdasarkan pengalaman saya, sebagiannya lagi mengutip kata orang. Semoga ada yang senasib. Hayati ini lelah. /eh/
Anyway, enjoy it!
.
.
.
Ujian? (Hastag) Kami Tidak Takut!
Vocaloid © Yamaha, Crypton FM, etc
Indonesia AU. Cerita ini berdasarkan pengalaman yang saya alami di ujian tahun ini.
Saya tidak mengambil keuntungan apapun dari fanfiksi ini. Ini hanya diperuntukkan sebagai pelampiasan hobi semata.
.
.
.
Happy Reading!
(Kali aja ada yang senasib. /eh/)
.
.
.
Episode 1: UN
.
.
.
1. Prioritas
"Apalah artinya UN, Dek? Tahu nggak, SBMPTN itu jauh lebih susah dari UN, lho. Bayangin, anak-anak yang lulus UN itu sekitar 99,7%, tapi kalau SBMPTN itu cuma sekitar 16%. Jauh, kan? Makanya, mulai sekarang kalian harus fokus belajar buat SBMPTN."
Benar, sih … tapi …
Len mematung di belakang meja, kicep. Tangannya yang memegang pensil tampak begitu gemetaran. Bundelan soal sudah ia buka sampai halaman tiga, kertas buramnya sudah ia coret-coretin sampai minta jatah lebih, tapi bulatan yang ia hitamkan di lembar jawabannya belum seperempat ia isi. Waktu sudah berjalan hampir satu jam. Kalau ia membatu lebih lama dari ini, pasti tamat riwayatnya.
UN kali ini susah banget, anjir!
2. Double
Len bersumpah, ia akan mengutuk siapa saja yang mengatakan bahwa UN itu tidak apa-apanya.
Terutama Yohio, seniornya yang baru-baru ini menikung gebetannya.
Sakitnya double, njir!
3. LJK
Bundelan-bundelan soal dibagikan. Semua murid menatap tegang. Meski mata pelajarannya Bahasa Indonesia, tentu soal-soalnya tidak bisa diremehkan.
"Periksa kembali soal-soalnya. Pastikan tidak kotor atau rusak. Kalau sudah yakin, silakan robek lembar jawabannya di halaman paling belakang."
Mikuo membolak-balik halamannya sekilas. Bersih dan tidak cacat. Aman. Ia membuka halaman paling belakang, tempat LJK tersemat di sana. Dengar-dengar lembar jawabannya rapuh. Ia harus hati-hati merobeknya.
Sret, sret.
Pelan-pelan, ia mulai merobek lembar jawabannya. Seinci demi seinci. Matanya tak lepas dari garis robekannya yang perlahan makin memanjang. Bagus, tidak melenceng. Mikuo bisa merobeknya dengan lebih rileks sekarang.
Sreeett!
Terdengar suara robekan keras dari bangku di belakang, membuat gerakan tangan Mikuo spontan terhenti.
"Yah … robek," keluh Fukase yang duduk di belakang Mikuo. "Pak, punya saya robek. Bisa minta ganti nggak, Pak?"
"Kok bisa robek? Ya udah, nih ambil." Salah satu dari dua pengawas itu memberikan satu bundelan soal baru pada Fukase. "Yang lain harus lebih hati-hati, ya. Bundelan soal tadi cadangan terakhir, lho."
Dan LJK itu langsung basah oleh keringat dingin yang menetes dari dahi Mikuo.
4. Kepekan
Rinto tampak gelisah. Bibirnya yang kering ia gigit. Matanya tidak fokus memandang soal Matematika, di mana angka-angka dan huruf x-y-z menari-nari riang di sana.
Ini gawat. Rinto tak tahu jawabannya. Soal-soal ini sulit sekali!
Dengan hati-hati, ia mengeluarkan kertas kecil dari saku celananya. Lipatan kertas itu ia buka tanpa suara, memperlihatkan huruf-huruf yang ditulis kecil-kecil di sana. Tak salah ia memilih menyalin contekan yang Wil dapat tadi pagi. Sudah gratis, akurat pula. Katanya, sih. Katanya.
"Ehem!"
Rinto yang sedang asyik menghitamkan jawaban, kaget. Kertas contekannya jatuh ke bawah meja. Sialnya, karena ia duduk di bangku paling depan, kertas itu pasti terlihat oleh pengawas. Dengan panik, ia menginjak kertas itu, menyeretnya perlahan-lahan dengan satu kaki ke bawah kursi. Semoga saja ia punya kesempatan untuk mengambilnya lagi.
Namun sial seribu sial, pengawas menyadari gerak-geriknya.
Rinto yang malang segera dilaporkan ke pihak berwenang.
5. Pangkat
Karena Rinto anak jenderal, kepala sekolah dan ayahnya berhasil menutupi kasusnya tanpa sempat tercium dinas pendidikan atau media. Sudah begitu, nilainya bagus pula.
Miris.
6. Materi
"Rin, kalau zat terdispersinya cair dan medium pendispersinya gas itu apa?"
"Aerosol."
"Kalau cair-cair?"
"Emulsi."
"Kalau gas-padat?"
"Busa padat."
"Terus yang cair-padat?"
"Emulsi padat."
"Sip." Neru mencatat semua jawaban Rin di buku tulisnya. Ujian Kimia akan berlangsung lima belas menit lagi. Materi koloid yang sedari dulu susah diingatnya kini dihafalnya mati-matian. Neru mengangguk-angguk puas. Ia yakin bisa menjawab soal-soal materi ini di ujian nanti.
Namun nyatanya, tak satupun soal dari materi itu keluar.
Duh, Gusti …
7. Permintaan
"Liv, kamu sayang sama aku, kan?"
"Sayanglah. Kamu kan pacarku."
"Kamu mau nurutin semua permintaanku, kan?"
"Tentu, Beb. Apapun permintaanmu, akan kuturuti. Kalau perlu, kubeli seisi dunia ini untukmu, Say."
"Ah, kamu bisa aja. Kalau begitu, nanti beliin kunci jawaban buat aku, ya?"
Oliver, 17 tahun, alayers, akhirnya bertobat dengan memutuskan Lola saat itu juga.
8. Kode
"Dengar, Lui. Kalau gue menggaruk kepala, itu artinya A."
"Hm."
"Kalau menggaruk hidung, artinya B."
"Hm."
"Kalau menggaruk pipi kanan, artinya C."
"Hm."
"Kalau menggaruk pipi kiri, artinya D."
"Hm."
"Dan kalau menggaruk tengkuk, itu artinya E."
"Hm."
"Lo daritadi 'hm-hm' doang!" ujar Taito sewot. "Lo paham nggak, sih?"
"Paham, kok," jawab Lui tanpa mengalihkan pandangan dari buku soal-soalnya. "Tapi kau tahu, kan, kalau paket soalnya beda-beda?"
Dan akhirnya, bertambah lagi satu orang yang kicep.
9. Status
[Soal Fisika tahun ini susah banget, coy!]
[Soalnya di luar kisi-kisi.]
[Kampret! Parah banget, nih, UN tahun ini.]
[Ini gara-gara ganti kurikulum.]
[Pak Menteri, soal kali ini jauh lebih susah dari sebelumnya. Banyak anak-anak yang tak bisa mengerjakan soal-soalnya, terutama anak-anak dari sekolah yang belum menerapkan kurikulum baru. Belum lagi kecurangan di sana-sini. Kami mohon Pak Menteri mengambil sikap atas masalah ini.]
Comment:
[Setuju, gan!]
[Izin share.]
[RT!]
[RT!]
Beberapa hari kemudian …
Berita terbaru: "Ujian Nasional Tingkat SMA Direncanakan Akan Diulang."
Yuuma langsung menggelepar-gelepar di lantai.
10. Meme
[Udah susah-susah UN, eh diulang lagi.]
[UN diulang, bagaikan lepas dari penjara eh ditangkap lagi.]
[Gimana, Nak? Asyik corat-coret bajunya? Pulang langsung cuci. UN kita ulang.]
[Setelah corat-coret baju, eh ternyata UN diulang. Aku tuh nggak bisa diginiin.]
[Moga-moga UN diulang, biar anak kelas 10 dan 11 libur lagi.]
Ring, 16 tahun, adik semata wayang Wil, langsung digebuk kakaknya dan dilempar keluar jendela.
Siapa suruh jadi anak meme.
11. Meme 2
[Pedekate 3 tahun, nembak 3 hari, digantung 1 bulan.
UN.]
12. Fokus Dulu
"Kak, saya mau ngomong."
"Hm?" Haku memiringkan kepala. "Mau ngomong apa?"
"Gini, Kak. Anu …"
"Lio mau ngomong apa, sih?"
Cowok yang berbagi darah yang sama dengan Lily itu hanya menggaruk-garuk pipinya, kikuk. Wajahnya merah padam, suaranya tercekat. Padahal sudah sejak seminggu lalu ia berlatih, dalam berbagai situasi dan kondisi, hingga kata-kata yang ingin ia ucapkan sudah hafal di luar kepala. Tapi tetap saja, situasi sesungguhnya lebih sulit dihadapi daripada saat latihan.
Haku mulai tidak sabar. Kalau diam begini terus, bisa-bisa kakinya kesemutan.
"Anu … Sebenarnya … saya suka sama Kakak! Ma-Mau pacaran dengan saya?!"
Pernyataan yang diucapkan keras-keras di halaman belakang sekolah membuat Haku tercengang. Lio memejamkan matanya, antara malu dan takut untuk mendengar jawaban dari kakak kelas yang sudah ia taksir dua tahun ini. Ini pertama kalinya ia menyatakan cinta pada seorang gadis, itupun gara-gara dipaksa Lily.
Haku diam sejenak. Akhirnya, dia memutuskan untuk memberi jawaban saat itu juga. Daripada digantung, soalnya ia tahu rasa sakitnya gimana. (Cie …)
"Maaf, Kakak mau fokus UN dulu."
Dan kemudian, roh Lio keluar dari mulutnya.
13. Pantang Menyerah
Sebentar, kalau ia menyerah di sini, dia bisa digebuk Lily dan dilemparkan ke empang malam purnama nanti.
"Ka-Kak, saya akan menunggu." Dengan wajah makin bersemu merah, Lio berujar tegas. "Saya akan menunggu Kakak sampai selesai UN."
Haku terhenyak. Tak disangka adik kelasnya yang pemalu dan pendiam itu memilih tidak menyerah. "Tapi Kakak juga mau fokus SBMPTN."
"Nggak masalah. Saya juga akan menunggu."
"Terus Ujian Mandiri …"
"Nggak masalah."
"Terus kuliah …"
"Ng-Nggak masalah."
"Terus kerja …"
"Nggak masalah …"
"Terus nikah."
"Nggak— Eh?"
"… Kakak udah dijodohkan soalnya."
"Eh …?"
Dan malam itu juga, Lio sendiri yang menceburkan dirinya ke empang.
Sakitnya tuh di sini, Bray!
14. Teledor
"Lulus nggak, Bro?"
"Lulus."
"Oh, selamat, deh. Terus nilai UN lo gimana?"
"Yah, gitu deh, Bro. Tiga di bawah KKM."
"Hah? Kok bisa?"
Akaito terdiam sejenak, kemudian memandang Gakupo dengan matanya yang berkaca-kaca.
"… Salah kunci, Bro—!"
15. Mengulang
"UN-mu di bawah KKM?"
"Iya."
"Ngulang nggak, Tet?"
Teto membulatkan matanya, menatap Miku dengan wajah tak percaya.
"Serius? Kapan?"
"Oktober."
"Syukur, deh. Kukira aku nggak bisa ngulang. Kau sendiri mau ngulang?"
"Ngulang, dong." Miku menyibakkan poninya. "Cukup kisah cintaku saja yang tak bisa diulang."
Teto mendecak kesal. Disiramnya Miku pakai kopi.
Elo jangan galau di depan gue! Gue aja belum pernah punya pacar, Coooyyyy!
16. Kesenangan Sesaat
Seluruh anak kelas tiga di SMA 'maaf-sengaja-tak-disebutkan' dinyatakan lulus semua. Murid-murid bergembira. Berbondong-bondong mereka pergi ke lapangan, mencorat-coret seragam satu sama lain sebagai perayaan kelulusan. Sekali seumur hidup, lho, Pren!
"Yeeii! Lulus semua!"
"Akhirnya—!"
"Selamat tinggal masa-masa SMA yang penuh derita!"
"Tapi masih ada SBMPTN, lho."
Semua orang mendelik ke arah Tonio, sementara Tonio hanya memiringkan kepala seraya tetap memasang wajah polos.
"Nggak usah sok ngingetin! Lo udah dapat beasiswa FK, tahu!"
Tonio pun disemprot ramai-ramai pakai cat. Mamam tuh cat!
.
.
.
.
.
fin?
[Belom!]
Karakter sama OTP favorit saya belum keluar. Nantikan di episode selanjutnya. /gludung, gludung, gludung/
