Gakushū Asano tertimpa sebuah musibah yang membuatnya setiap hari harus menahan emosi dan juga rasa malu.
Apakah itu?
Hanya sebuah 'keputusan' dimana sosok yang berstatus sebagai 'saingan' berada di satu kelas yang sama dengan dirinya. Tentu saja, bagi Gakushū hal itu adalah kesialan yang amat sial. Sedangkan jika dilihat dari sudut pandang sosok yang lain, dia akan mendapat hiburan tersendiri karena dapat menjahili sang ketua osis serba 'sempurna' itu dan membuat remaja berhelai jingga tersebut terus-terusan naik pitam. Pfft.
「 Sebuah malapetaka, berakhir cinta 」
.
Assassination Classroom © Yuusei Matsui
.
Pairing : Karma Akabane x Gakushū Asano
(KaruAsa)
Author's note : Bagi yang tidak suka Gakushū menjadi uke, silahkan tekan tombol 'kembali'. Fanfict ini saya buat hanya untuk bernostalgia dan menjadi asupan. Juga berbeda dengan canon anime-nya. Mohon dimaklumkan. Terima kasih.
Gakushū's POV :
Jika diingat lagi, kemarin adalah hari yang menyebalkan bagiku.
Bagaimana bisa?
Ayahku yang juga berstatus sebagai ketua dewan telah memberikan sebuah kabar yang amat sangat tidak kuterduga―yang nyaris membuat diriku hendak menggebrak meja ketua dewan jika aku tidak dapat menahan emosi. Untungnya, niat tersebut diurungkan karena aku tidak ingin membuat masalah dengan 'ayah'ku.
Keputusan yang aku buat itu mutlak, dan kau tidak berhak menolak keputusanku itu, Asano-kun.
Pria yang diketahui sebagai ketua dewan, dengan helai merah kecokelatan itu berucap hal demikian kepadaku. Anggaplah itu juga sebagai 'hukuman' karena aku telah 'kalah' dalam kompetensi akademik dengan salah satu siswa kelas E, katanya. Dan, dia memutuskan untuk membuatku menjadi terpicu untuk belajar lebih giat lagi.
Omong kosong.
Mana bisa aku berkonsentrasi belajar jika 'orang itu' berada di kelas yang sama sepertiku?! Ini adalah hal yang tidak masuk akal! Seberapa kalipun aku mencoba untuk bernegoisasi, tetap saja hasilnya nihil.
Jujur saja, aku sedikit merasa frustasi dan kecewa dengan keputusan yang kudapat.
Tetapi, untungnya ketua dewan hanya memberi masa percobaan kepada siswa kelas E yang berhasil mengalahkanku itu untuk berada di kelas A selama seminggu―ya, 7 hari. Mungkin lebih tepatnya, 5 hari. Sampai hari Jum'at, sampai waktu belajar dalam satu minggu berakhir.
Hingga hari yang membuatku untuk lebih bersabar pun dimulai.
Sejak pagi, parasku terlihat begitu kusut. Banyak pemikiran yang terlintas di otakku, dan semua itu tertuju pada satu hal.
Karma Akabane.
Nama itu adalah nama sosok orang yang telah merebut posisi 1 dariku.
Sosok yang tentu saja adalah satu-satunya sainganku di sekolah ini. Saingan yang mampu menandingiku sampai seperti ini.
Nah, pemikiran-pemikiran yang membuat parasku begitu kusut adalah bagaimana aku dapat menghadapi Karma?
Bagaimana aku dapat merebut posisi 1 yang sebelumnya selalu kumiliki selain belajar? Bermain curang?
Tentu saja, aku juga akan melakukan hal itu. Namun aku menunggu waktu yang tepat untuk melakukan hal tersebut.
Paras kusutku itu berhasil membuat 'teman-teman'ku merasa terheran, ada juga yang mengatakan jika mereka khawatir padaku. Tetapi, mereka semua sudah sangat mengetahui mengapa aku menjadi seperti sekarang ini.
Mereka sudah tahu kabar dimana salah satu murid kelas E akan berada di kelas A selama seminggu, karena ketua dewan telah menyebarkan kabar tersebut.
Meskipun tidak disebarkan, aku yakin kabar seperti itu akan amat mudah tersebar dengan sendirinya.
Satu-satunya yang kuinginkan adalah sosok itu tidak menggangguku jika tengah belajar, juga aku diberi kesabaran yang lebih untuk menghadapi seorang 'iblis berkepala merah' yang berasal dari kelas E.
Krek
Pintu kelas A terbuka, menampilkan sosok remaja berhelai merah terang dengan kedua manik tembaga yang berdiri disana dengan sebuah tas yang berada di posisi belakang salah satu pundak remaja itu. Lantas, atensi seluruh isi kelas teralih kepada sosok tersebut, dimana keheningan segera menyelimuti kelas A yang sebelumnya nampak terlihat seperti biasanya. Dimana ada beberapa murid yang mengobrol hal semestinya, mulai dari pelajaran, hingga aktivitas di luar sekolah.
Mereka semua terdiam kala melihat sosok yang bahkan tidak diundang tersebut menampakkan diri di balik pintu kelas.
Dan sebisa mungkin, aku ingin mengacuhkan sosok menyebalkan itu.
Apapun yang terjadi.
Kuatkan dirimu, Gakushū!
Karma's POV :
Aku mendapat hal yang tak terduga selain mendapatkan posisi peringkat 1 di ujian tengah semester.
Pak ketua dewan memintaku untuk kembali ke kelas A dimana murid-murid paling diunggulkan di sekolah berada.
Apa-apaan?
Tentu, saja aku tidak mau! Jujur, aku juga sedikit tertekan dengan permintaan pak ketua dewan yang memang tidak kuinginkan.
Menolak? Sudah kulakukan sejak awal sosok itu memberi tahu kepadaku tentang permintannya. Tetap saja, aku tidak dapat mendapatkan apa yang kuinginkan.
Aku tetap terus diminta untuk menetap di kelas A selama seminggu.
Mau diapakan lagi? Aku tak memiliki pilihan lain selain menerima permintaan tersebut walau dengan berat hati.
Tetapi, jika dipikir untuk kedua kalinya―jika aku berada di kelas A, aku dapat memanasi-manasi murid kelas itu dengan peringkat yang kudapatkan sekarang. Juga dapat menjahili mereka.
Lumayan tidak merasa bosan. 'kan?
Setidaknya, aku hanya ingin mereka berbicara langsung dengan rasa tak nyaman akan keberadaanku disana dan menyampaikan hal tersebut pada pak ketua dewan.
Mungkin aku dapat kembali ke kelas E.
Semoga saja.
Disinilah diriku sekarang.
Berdiri di balik pintu masuk ruang kelas A, parasku terlihat santai seperti biasanya. Tidak seperti murid-murid kelas A yang berubah menjadi kusam bak kain kotor setelah melihatku. Haha.
Kelas yang awalnya sedikit berisik, kini menghening.
Seluruh atensi murid-murid yang ada di kelas A teralih padaku, termasuk sang ketua OSIS Sekolah Menengah Pertama Kunugigaoka―saingan akademik-ku serta orang yang 'menarik'.
Aku membalas atensi mereka dengan senyum.
"Kurasa aku tidak perlu memperkenalkan diri nantinya.
Daftar peringkat sudah tersebar di seluruh papan pengumuman yang ada di sekolah ini, kan~?"
Aku membuka pembicaraan. Sebuah provokasi.
Membalas tatapan mereka dengan menyombongkan diri.
Siapa tahu mendapat respon meranik. Pfft.
Kini mereka membalas kalimatku dengan tatapan tak suka. Astaga, aku ingin tertawa melihat tatapan mereka.
Gakushū's POV :
Mulai lagi, deh.
Dimana sosok menyebalkan itu menyombongkan diri dengan apa yang didapatkan.
Menyombongkan diri karena telah merebut peringkat 1 dariku.
Kala kedua gendang telinga menangkap kalimat penyombong diri itu, aku menutup erat kedua kelopak mataku. Juga menghela nafas untuk meredakan emosi yang mulai kurasakan.
Rasanya ingin melepar sosok menyebalkan―sangat menyebalkan itu dengan buku tebal yang kebetulan berada di atas meja milikku.
Andai saja jika aku memang tidak dapat meredakan emosi lagi.
"Silahkan duduk di tempatmu, Karma Akabane.
Sebentar lagi, jam pelajaran akan dimulai."
Aku membalas kalimat si kepala merah dengan nada penuh penekanan.
Tentu saja, yang aku inginkan adalah Karma segera duduk di tempatnya yang diinginkan tanpa membuat masalah denganku serta yang lainnya.
Kedua manik ametis milikku kembali terlihat setelah sebelumnya bersembunyi dibalik kedua kelopak mata.
Aku menatap Karma dengan tatapan tajam, dia pasti sudah tahu jika kalimat yang kulontarkan sebelumnya adalah perintah.
Namun, kalimat yang tidak terduga kini kembali meluncur dari kedua katup bibir si kepala merah.
Yang mana membuat aku kembali emosi untuk yang kedua kalinya.
Ya Tuhan.
Apakah hari-hariku di sekolah akan bertambah lebih berat dengan datangnya tamu yang tidak diundang salama 5 hari?
5 hari itu sebentar. Aku tahu.
Tetapi disini sudah bagai 'neraka'.
Tidakah kau merasa cukup membuatku malu, Akabane?
Karma's POV :
Aku sangat tahu, jika sosok yang menjadi 'target'ku sekarang adalah sang ketua OSIS Sekolah Menengah Pertama Kunugigaoka.
Remaja berhelai jingga dengan kedua manik ametis, sosok yang sangat populer di kalangan wanita.
Sang pangeran Kunugigaoka, siapa lagi jika bukan Gakushū Asano?
Lalu, mengapa aku memiliki target sainganku sendiri?
Jika diingat lagi, aku memiliki rencana bersama guru gurita kuning yang mengajar di kelas E.
Rencana apakah yang kami berdua ingin lakukan?
R-a-h-a-s-i-a.
"Eh, eh~
Bahkan ketua OSIS kita ini berada di bawah posisiku, lho."
Lagi-lagi, aku mengeluarkan kalimat provokasi.
Aku juga melangkah mendekati meja dimana Gakushū berada. Toh, sekalian menuju meja-ku berada, paling belakang.
Kedua manik tembaga milikku menatap figur yang menjadi 'target'.
Senyum mengejek juga belum sirna dari parasku.
Hanya sejenak aku berdiri tepat di sisi kiri meja milik Gakushū sebelum kedua tungkai milikku melangkah menuju meja-ku sendiri.
Tidak ada bedanya, 'kan?
Sama seperti tempat dudukku saat di kelas E.
Bahkan, ketika aku mengeluarkan kalimat provokasi yang kedua kalinya, suasana kelas A masih hening.
Yang terdengar hanya suaraku saja.
Setelah sampai di tujuanku, aku pun duduk dengan 'manis' dan menunggu pelajaran dimulai.
Tatapanku tidak lepas dari sosok remaja berhelai jingga di depan sana.
Gakushū's POV :
Dua kali.
Dua kali remaja berhelai merah itu mengeluarkan kalimat provokasi yang mana emosi semakin bergejolak dalam diriku.
Aku kembali mengeluarkan helaan nafas panjang.
Aku masih berusaha untuk mengontrol emosi, walaupun aku menggertakkan gigi karena merasa kesal.
Untunglah, Karma tidak duduk tepat di sampingku.
Aku bisa stress.
Beberapa menit kemudian, pelajaran pun dimulai.
Pelajaran pertama adalah Ilmu Pengetahuan Sosial.
Aku hanya berharap Karma tidak melakukan hal onar dalam kelas ini.
Menit demi menit berlalu.
Jam demi jam berlalu.
Pelajaran berganti selama 2 jam sekali. Hingga saat pelajaran ke-2 selesai, bel yang bertanda istirahat pun berbunyi.
Hari ini ada rapat OSIS untuk menentukan hari dimana kunjungan ke Sekolah Menengah Pertama lainnya guna menjalin hubungan persahabatan antar sekolah.
Mungkin, aku tak dapat melanjutkan palajaran hingga selesai.
Karena aku juga harus menyelesaikan berkas-berkas penting di ruang OSIS yang menjadi tugasku.
Lantas, aku pun segera merapikan buku serta alat-alat tulis milikku.
Namun, kegiatanku terhenti kala kedua manik ametis milikku menangkap salah satu tangan seseorang yang bertumpu tepat di atas meja-ku.
Atensiku pun teralih menatap tangan tersebut hingga ketika kedua manik ametisku mengangkap paras pemilik tangan tersebut,
aku pun terdiam.
Mengapa sekarang?
Aku segera mengalihkan atensiku kepada alat-alat tulisku, kembali merapikannya.
Rasanya malas sekali untuk meladeni sosok yang mengganggu.
"... Apa maumu?
Aku sedang sibuk, tidakkah kau lihat sendiri?"
Nada yang kulontarkan dingin.
Aku mencoba acuh, tetapi aku tahu jika remaja berhelai merah itu diacuhkan―sosok itu akan bertindak lebih jauh.
Serba salah.
Karma's POV :
Bel yang bertanda istirahat telah berbunyi.
Biasanya yang aku lakukan sekarang adalah membeli sekotak susu stroberi lalu pergi membolos.
Tetapi, untuk sekarang, aku tak dapat melakukan hal tersebut.
Dan jika bukan karena sesuatu yang diinginkan serta ide dari Koro-sensei, sudah pasti permintaan kepala dewan akan aku tolak terus menerus.
Ini tujuanku sekarang.
Kembali menentang Gakushū Asano.
Lalu, kembali menang. Sudah pasti. Kemudian mendapat sebuah keuntungan.
Apa itu?
Anggap saja sebuah 'kekuasaan'.
"Oh, Asano-kun sibuk~"
Tanganku yang sebelumnya bertumpu pada meja milik ketua OSIS kini kembali kutarik, berpindah tempat di bawah daguku.
Aku memasang gestur pura-pura berpikir.
"Padahal, aku ingin menawarkan penawaran yang menarik, lho."
Aku kembali melanjutkan kalimatku.
Sengaja tidak melanjutkan isi dari penawaran itu.
Aku ingin membuat sosok si helai jingga merasa penasaran.
Dan aku hanya berharap Gakushū akan menerima penawaran itu.
Kira-kira penawaran seperti apa yang Karma berikan pada Gakushū? Nantikan di chapter 2, ya~?
- TO BE CONTINUED -
Siahkan tinggalkan saran serta review~
Akan sangat berharga bagi saya dan juga penyemangat untuk melanjutkan fanfict ini.
