Story By: Razen.
Disclaimer: Kazuki Takahashi.
Rate: T
Genre: Drama/Romance.
Pair: Prideshipping
Warning: Fluffy, maybe-OOC, typo, some mistakes EYD, AU, Sho-Ai.
A/N: Kok kayaknya yang suka Pride, Time, dan Scandal, sedikit sekali, ya.
xXx
Valentine Choco
xXx
.
.
.
"Jadi?"
"Apa?"
"Bisa jelaskan ini?"
Pertanyaan bernada perintah. Kedua ujung bibir Yami terangkat membentuk seringai, poni pirang disibak ke belakang telinga. Melihat binar penuh keisengan dari kelereng bulat sewarna crimson itu sanggup membuat Seto menghembuskan napas keras.
"Kamu bertanya di saat kamu sudah tahu jawabannya," sahut Yami kalem.
Gumpalan potongan kacang dilumuri cokelat membentuk bola kecil dipisahkan dari kertas alumunium, kemudian didorong masuk ke dalam mulut. Yami mengulum butiran manis cokelat di dalam mulutnya, sedikit perisa susu vanilla terasa di lidah.
Coat panjang dilucuti. Seto membiarkan seorang maid mengambilnya beserta koper. Pandangan mata tak lepas dari gerak-gerik Yami yang masih asyik menikmati kudapan yang tersedia.
"Aku tidak percaya kaumenghasut Mokuba untuk memenuhi meja dengan bongkahan tidak jelas."
"Ini namanya cokelat, Kaiba. Dan aku tidak menghasut Mokuba, hanya menyarankan. Salahkah? Rileks, ini valentine."
Tubuh besar dihempaskan ke sofa panjang. Berada tepat di samping Yami. Manik biru melihat jijik tumpukan kudapan berbahan cokelat manis. Ia lebih suka melihat sayuran hijau ketimbang makanan tidak jelas seperti ini.
"Jangan sensi begitu." Tangan ramping menepuk-nepuk bahu lebar Seto. Yami menyumpal sebutir cokelat lagi ke dalam mulut. Rasa tiap cokelatnya unik karena selain vanilla, ada rasa lain yang beragam. Kali ini rasa apel.
Gigi menggigit potongan kacang yang tidak hancur halus di dalam mulut ketika lengan kekar melingkari pinggang Yami. Tidak ada reaksi penolakan ketika tubuh mungil di bawa ke pangkuan, hanya tangan yang sempat terjulur ke atas meja mengambil dua butir cokelat lagi sebelum bertumpu di pundak berlapis jas.
Baru Seto akan membuka mulut, jari-jari kecil menarik tali simpul dasi, melucutinya dari leher. Pria jangkung itu diam saat kancing-kancing dimainkan sebelum dipisah. Dasar kucing hitam nakal.
"Napasmu bau cokelat."
"Tidak suka, Kaiba?" Yami membeo. Sikap berpura-pura sangat kentara. Satu butir cokelat dikulum lagi.
Pria dewasa menyeringai tampan. Tangan bergerak naik menelusuri punggung Yami. Tengkuk Yami terasa meremang ketika wajah mereka semakin dekat, hembusan napas beraroma mint menerpa wajahnya.
"Apa yang membuatmu berpikir aku tidak suka?" tanya Seto balik.
Bahu kecil diangkat beberapa detik sebelum diturunkan lagi. "Karena CEO Kaiba Corporation selalu membuang semua cokelat yang diberikan padanya?" jawab Yami asal, matanya fokus pada dada bidang di balik kemeja putih.
"Dan kau percaya aku benar-benar benci cokelat?" bisikan halus Seto terdengar tepat di telinga. Satu lambaian memberi isyarat pada para maid untuk meninggalkan ruangan.
"Tidak." Butir cokelat terakhir di tangan dibawa naik, lalu digigit sedikit tanpa dibawa masuk. Bibir mungil tertutupi cokelat bulat.
Seto tak keberatan menerima tawaran cokelat, dan Yami siap menyambutnya dengan cumbuan panas.
xXx
The End
xXx
