Just You and Me

.

.

Presented by MissNature

1st Fanfiction

.

.

Chapter 1 : Meeting

Bangunan megah yang tampak menyeramkan dengan berbagai ukiran dan tanaman sulur yang menghiasi dinding memberikan kesan suram bagi siapapun yang melihatnya. Dinding yang terbuat dari batuan alam yang mulai menghitam semaking menambah kesan tua sehingga membuat bangunan tersebut tampak tak menarik. Semua hal yang ada pada bangunan itu membuat seorang pemuda yang berdiri di depan gerbang berkeringat dingin dan enggan untuk melangkahkan kakinya ke dalam bangunan tersebut.

"Huuweee, aku pasti ditipu! Mama, anakmu yang tampan ditipuuu!" Jerit pemuda itu histeris sambil meneteskan air mata.

Park Jimin, pemuda manis itu memeriksa kembali kertas lecek yang berada di genggaman tangannya dan memelototi plang tembaga besar yang tertempel di gerbang besar itu. Mata sipitnya kembali berkaca-kaca saat menyadari bahwa tulisan yang berada di genggaman tangannya dan plang tembaga itu sama. Jimin mulai menarik koper besarnya menjauhi bangunan seram itu namun dia teringat pesan sang mama di rumah.

'ChimChim anak mama tersayang, jadi anak yang baik ya, jangan nakal loh! Baik-baik disana, ikuti aja alamat itu, kamu pasti selamat.'

Berbekal pesan tersebut Jimin menghela napas dan dengan langkah gontai berbalik menuju gerbang besar yang seharusnya dimasukinya. Dengan susah payah dia mencoba menekan bel yang berada di samping gerbang yang tingginya melebihi tinggi badannya sendiri. Jimin menyerah, dia akhirnya mencoba mendorong gerbang besar itu dan saat dia mulai mendorong, gerbang tersebut terbuka lebar dan tubuh pendeknya tersungkur ke depan dengan begitu menyedihkan.

"Kau siapa, pendek ?"

Mendengar kata-kata keramat yang begitu dibencinya Park Jimin buru-buru berdiri dan melotot menatap pemuda berambut coklat madu di depannya. Pemuda itu tersenyum kotak sambil mengulurkan tangannya tanpa rasa bersalah.

"Yo, namaku Kim Taehyung, kau mau jadi sahabatku ?"

Jimin menarik ujung-ujung bibirnya membentuk senyum awkward dan mengepalkan tangannya. Dengan sadisnya dia menepis tangan Taehyung dan menyeret koper besarnya sambil melindas kaki pemuda itu, melewatinya sambil menghentak-hentakkan kaki. Taehyung yang meringis kesakitan merunduk lalu mencabut kaus kaki dan sepatunya, melemparkannya ke sembarang arah. Dengan miris dia menatapi kakinya yang memerah dan berdenyut perih.

"Yakk! Kau membawa batu bata atau baju hah ?!"

Dia mencoba menyusul Jimin yang mungkin sudah meninggalkannya jauh, namun ternyata pemuda yang dicari sedang melongo sambil mendongak melihat bangunan yang pada awalnya seperti rumah hantu itu. Ternyata di dalamnya terdapat taman yang begitu indah dengan kolam ikan yang dihiasi bunga-bunga berwarna-warni di tepiannya, tampak beberapa kursi taman yang terdapat di bawah pepohonan besar yang tumbuh dengan gagahnya di taman luas tersebut. Taehyung menunjukkan smirknya sambil mendekati pemuda manis bertubuh pendek di depannya dengan perlahan dan menepuk pundaknya cukup keras.

"Kagum yak? Cieee, rakjel!"

"Diam kau, jelek!"

"Aku tampan buta, makanya mata itu dibuka lebar-lebar!"

"Yakk, apa maumu sih?"

"Tenang noona, aku hanya bercanda."

"Siapa yang kau panggil noona, setan?! Aku lelaki sejati! Namaku PARK JIMIN."

Kim Taehyung menutup telinganya sambil meringis mendengar suara pemuda manis di depannya yang melengking tinggi itu. Dia memasang cengiran bodohnya sambil terkekeh melihat wajah Jimin yang memerah dan bibirnya yang dipoutkan. Sumpah, pemuda di depannya ini terlalu manis untuk menyandang gelar 'Lelaki Sejati'.

"Oke oke, maafkan aku. Jadi, kau orang baru? Mau diantar?"

"Oh, terima kasih."

Jimin mengikuti langkah Taehyung yang lebih lebar darinya menyusuri selasar bangunan yang begitu luas. Jimin yang mengagumi bangunan itu tanpa sadar menabrak punggung Taehyung yang tiba-tiba berhenti di depannya sambil membungkukkan badannya.

"Selamat sore, Taemin hyung."

"Hai Tae, pacar barumu?"

"Eyy, pemuda cerewet macam ini lebih baik di lempar ke kandang Yoongi hyung saja."

"Oowwh, kau kejam sekali TaeTae."

Park Jimin mengerutkan alisnya mendengar percakapan absurd dua orang di depannya ini, rasanya ingin melabrak tapi gengsi karena tidak bagus untuk pencitraannya, nanti dia malah dikenal sebagai pemuda cabe-cabean. Maka dari itu Jimin hanya memutar bola matanya malas dan meninggalkan Kim Taehyung yang malah asyik mengobrol dengan pemuda bernama Taemin tersebut. Mengikuti instingnya Jimin menyusuri bangunan megah itu hingga bersusah payah menaiki tangga dengan koper berat yang diseretnya setengah mati. Langkahnya terhenti di depan sebuah pintu yang di depannya tertulis tulisan 'PENGURUS'. Jimin mendesah lega lalu merapikan sedikit pakaiannya dan mengetuk pintu tersebut dengan perlahan.

"Permisi, apa ada orang ?"

1 menit, 2 menit, pintu depannya sama sekali tidak bergeming, Jimin memutuskan menggedor pintu tersebut sekuat tenaga, sungguh dia memerlukan kunci kamarnya sesegera mungkin. Pintu tersebut terbuka tepat saat tangan Jimin hendak menggedor kembali pintu tersebut, pergelangan tangannya langsung ditangkap oleh sebuah tangan seputih es krim vanilla. Sekarang mata Park Jimin bertemu pandang dengan mata milik pemuda tampan berambut pirang yang sayangnya berwajah sinis dan mengantuk.

"Mau apa kau merusak pintu kamarku, hah?!"

"A-ah, anu, aku orang baru, jadi aku—"

Belum sempat Jimin menyelesaikan ucapannya dia langsung di tarik ke dalam kamar pemuda itu dan ditinggalkan di tengah-tengah kamar yang sangat luas untuk ukuran sebuah kamar asrama. Jimin terbengong saat melihat pemuda berwajah sinis itu mengobrak-abrik laci sebuah meja mahoni yang terletak di sudut ruangan sambil menggumamkan sesuatu. Diam-diam Jimin memperhatikan wajah pemuda berwajah sinis itu, hidung bangir, bibir berwarna merah segar, kulit seputih susu, beberapa pierching di telinga, suara yang dalam dan serak ditambah sikap yang dingin, alih-alih merasa seram, kesan pertama yang dilihat Jimin saat melihat pemuda itu hanya satu.

"Es krim vanilla dengan toping cherry asam." Gumam Jimin pelan.

"Kau bilang apa tadi?"

Jimin terlonjak kaget saat pemuda itu sudah berdiri di hadapannya, mata yang berwarna hitam keabu-abuan itu menatapnya tajam dan penuh intimidasi namun Jimin malah terhipnotis oleh tatapan yang baru kali ini dilihatnya. Jimin menggaruk pipinya canggung sambil menundukkan kepalanya.

"Eh tidak, aku hanya sedikit haus."

"Kau harus mengambil kunci kamarmu dulu baru bisa kau minum sepuasnya di sana."

"Biodataku?"

"Kau menyogok ya masuk ke sini? Bukannya kau sendiri yang memasukkan biodata lengkapmu ke website sekolah? Jangan-jangan orang yang kau sogok yang memasukkannya?"

"Yakk! Aku masuk dengan jalur murni tahu, dasar muka tembok, sok tahu!"

"Terserah padamu. Ini kunci kamarmu dan ikuti aturan yang tertempel di pintu kamarmu."
"Uh, oke. Ngomong-ngomong namaku—"

"Park Jimin. Asal dari Busan. Lahir tanggal 13 Oktober 1995. Golongan darah A. Zodiak Libra. Keahlian di bidang menari dan menyanyi. Memiliki seorang saudara laki-laki. Memilih pindah ke Seoul karena ingin menjadi dewasa walau tidak ada sanak saudara disini. Correct?"

Jimin melebarkan kedua matanya dan menatap tidak percaya ke arah pemuda yang kini menyeretnya ke depan pintu sambil menatapnya remeh. Dia baru tersadar saat kepalanya dijitak dengan cukup keras oleh pemuda di depannya.

"Sakitt!"

"Salah sendiri."

"Kau stalkerku? Sampai mebaca biodataku sedetail itu?"

"Bodoh. Bantet. Sok tahu."

"YAKK, Sial—"

"Besok pagi kau harus sudah berada di sini tepat pukul 06.00 KST. Jangan terlambat atau aku akan menyita kunci kamarmu biar kau menggelandang di jalan."

Pintu di depan Jimin dibanting dengan kurang ajarnya sehingga menimbulkan siku-siku imajiner di kepala Jimin. Setelah menghembuskan napas kesal, Jimin menyerah dan menarik koper besarnya menuju kamarnya yang sialnya terletak di lantai empat.

.

.

.

.

Jimin membuka pintu kamarnya dan membanting pintu itu hingga beberapa barang di atas meja bergetar. Jimin melepaskan sepatu, beanie, serta jaket dari tubuhnya dan mencampakkannya ke lantai. Park Jimin langsung menghempaskan tubuh ke atas ranjang yang berada di sudut ruangan tanpa menghidupkan lampu dan terlelap dengan cepat, namun saat dia merasakan suatu cairan yang berdenyut ingin keluar dari benda di sela-sela pahanya, Jimin terpaksa membuka matanya kembali walau berat karena tidak ingin membasahi ranjang barunya. Kakinya menapak ke lantai keramik dan mulai berjalan tanpa tentu arah selama beberapa menit karena tidak tahu dimana letak kamar mandinya.

Setelah menuntaskan 'gangguan malam'nya Jimin kembali menuju ke tempat tidur, saat dia lewat di dekat jendela, tak sengaja matanya yang sayu melirik ke luar gorden tipis yang membingkai jendela tersebut dan mendapati sebuah pohon besar yang ditimpa cahaya keperakan milik rembulan membuatnya tertarik, dia bukan tertarik pada pohon yang tampak menyeramkan namun anggun itu, melainkan dua sosok yang tampak berbincang di bawahnya, dibanding berbincang mereka lebih tepat disebut berdebat karena salah satu dari sosok tersebut berkacak pinggang dan yang satunya lagi menunjuk-nunjuk wajah si lawan bicara. Jimin memicingkan matanya dan mencoba melihat lebih jelas kedua sosok yang kini ikut tertimpa cahaya rembulan tersebut. Yang sedang berkacak pinggang berambut seperti mangkuk berwarna coklat, wajahnya manis dengan gigi kelinci yang terlihat saat dia berbicara, matanya bulat dengan pipi yang cukup gempal. Yang satunya lagi tidak terlihat wajahnya karena membelakangi tempat Jimin mengintip, yang dapat dilihatnya adalah rambut berwarna blonde keperakan, dan beberapa pierching di telinga. Jimin membelalakkan mata saat si rambut mangkuk tiba-tiba menampar pipi si blonde dengan napas memburu, dan si rambut mangkuk langsung meninggalkan si lawan bicara yang hanya mengusap-usap pipinya.

"Ck, sebaiknya aku kembali tidur. Terlalu banyak hal buruk yang kulihat hari ini."

Jimin buru-buru menarik gorden tebal untuk menutup jendelanya, dan kembali ke tempat tidur untuk melanjutkan tidur dan berharap besok akan menjadi hari yang lebih baik baginya. Yah, setidaknya dia sudah berharap.

.

.

.

.

TBC

A/N : Hi! This is my first FF that I make by myself, hohoho. Maaf ya kalo gaya bahasa agak kurang berkenan di hati kalian atau nanti gaya bahasanya berubah, karena tergantung mood dan suasana hati. Jadi, ditunggu respon (kritik&saran)nya ya~~

Annyeong^^