Fade into You
By KATE DAWES
Remake to ChangKyu Version
Note : Ini bulan Februari dan ini bulannya ChangKyu, Duo Evil Magnae yang Kece badai selamat bertambah tua. Saya suka sekali Uke!Kyu!GS jadi maaf kalau harus ketemu sama Kyu!GS lagi, lagipula ini Remake jadi menyesuaikan saja.
Maaf kalau terkadang kalimat saya terdengar buruk tapi inilah saya.
Dan maaf juga kalau nama karakter yang saya gunakan tidak konsisten, maksudnya ada karakter dengan nama Korea mereka tapi ada juga yang menggunakan nama Western. Saya tidak bermaksud membuat anda semua kesal tapi Hey, ini kan hanya cerita fiksi jadi maafkan dengan lapang dada, Okey,..
Kyuhyun Side
Aku telah tinggal dan bekerja di Los Angeles hanya tiga minggu ketika aku bertemu dengan pria yang akan mengubah segalanya bagiku. Aku pernah mendengar namanya sebelumnya, tapi hanya selama beberapa minggu terakhir ketika bekerja di sekitar Hollywood.
Sebagai seorang gadis biasa, yang baru lulus dari Ohio State University, Midwestern pindah ke Tinseltown (slang: Hollywood). Aku belum pernah mendengar tentang Shim Changmin sebelumnya. Mungkin pernah, tapi aku tidak pernah sedikitpun memperhatikan ketika namanya muncul di dilayar sebuah film. Dia adalah penulis dan produser, aku mengaku bersalah – sebenarnya tidak peduli – untuk tidak mencari tahu siapa dia sebelum aku mulai melihat namanya di dokumen dan mendengar namanya di kantor.
Sebelum berjalan kekantornya, aku tidak pernah melihatnya sebelumnya, aku menemani bosku Aiden Lee, untuk sebuah rapat. Aiden sedang melobi, agar salah satu klien di agensi kami bisa mendapatkan peran di film yang diproduseri oleh Shim Changmin.
Tampang Shim Changmin seharusnya tidak akan membuatku terkejut, jika aku mau sedikit repot mencari dia di google dan sedikit mencari tahu tentang dirinya sebelum rapat dimulai. Tapi aku tidak melakukannya. Terserah jika mau menyebut aku sebagai orang baru, tapi itu sesuatu yang benar-benar tak terpikirkan sebelumnya olehku, fokusku adalah presentasi ke klien.
Hampir sebagian besar waktu kami selama satu jam berada di kantor Shim Changmin, aku duduk di sana menatapnya, tak bisa fokus dengan rapat yang berlangsung, tingginya kira-kira 6,1 kaki (186 cm), dengan bahu lebar dan pinggang langsing, itu bukan bentuk fisik seorang binaragawan, tipe kesukaanku, tapi dia memiliki bentuk tubuh seperti huruf V. Kukira pakaian yang dikenakannya cukup membantu juga. Celana panjang abu-abu gelap, dan kancing kemeja putih dengan dua atau tiga kancing pertama terbuka, mengungkapkan kulit halus dan cokelat merata.
Rambutnya cukup panjang untuk bisa diacak-acak jika saja ada seorang gadis punya kesempatan untuk menggerakkan jari-jari diatasnya. Pada awal pertemuan, rambutnya tampak disisir ke belakang dan aku bertanya-tanya apakah ia adalah salah satu dari orang-orang yang berlebihan memakai gel. Tapi setelah berjam-jam, rambutnya mulai mengering, dan aku pikir mungkin dia baru saja mandi di kamar mandi pribadi di kantornya. Mungkin dia sudah bekerja sebelum rapat, dan dalam tiga puluh menit ketika aku menunggu di ruang tunggu, dia berada di kamar mandi sambil menyabuni ...
See? Itulah sebabnya kenapa aku merasa terganggu. Dansejujurnya, ini sedikit membuatku marah. Aku datang ke kota ini untuk bekerja, membangun diriku sendiri, memulai hidupku. Aku tak mau menjadi tidak mampu dalam mengendalikan diri di setiap area hidupku, apalagi dengan pria. Aku pernah bermasalah dengan pria, dan ketika aku tiba di LA, aku berjanji pada diriku sendiri bahwa aku akan mengucapkan selamat tinggal pada semua itu untuk waktu yang sangat lama.
Bekerja. Aku berada di sini untuk bekerja. Aku terus berusaha untukmeyakinkan diri sendiri, mengulanginya seperti mantra terus dan terus dan berulang-ulang...
"Bagaimana pendapat anda, Ms. Cho?"
Ini akan menjadi cukup buruk jika kata-kata itu keluar dari mulut Aiden. Tapi itu keluar dari mulut Changmin, aku duduk disebelah bosku dan diseberang seorang mogul Hollywood, tertangkap basah karena aku melamun.
Aku sudah menatap ke arah Changmin, memindahkan pandanganku dari bibir kematanya. Aku langsung melihat bahwa matanya campuran antara coklat dan abu-abu, tapi kali ini aku melihat bahwa satu alisnya dinaikkan untuk menekankan pertanyaan yang ditujukannya padaku. Aku tak memiliki petunjuk tentang konteks dari pertanyaannya tersebut. Dan benar-benar membuatku terlihat bodoh dan tidak berguna. Tapi tak ada cara lain dan aku membiarkan itu terjadi.
Tanpa ragu kukatakan, "Dengan segala hormat, Mr. Shim, saya menghargai diminta untuk memberikan masukan, tapi Mr. Lee adalah ahlinya di sini." Kataku dengan senyum dan menatap sekilas ke arah Aiden Lee.
Untungnya, Aiden mengerti isyaratku dan langsung memberikan argumen untuk mendukung klien kami.
Diselamatkan oleh sedikit kecerdasan. Ini jarang terjadi padaku, tapi ketika itu terjadi, sepertinya selalu terjadi ketika itu benar-benar penting.
Ini adalah bagian di mana kamu akan berpikir bahwa aku akan mendapatkan kontrol diri dan memperhatikan apa yang dibicarakan. Tapi seperti yang dikatakan Aiden, aku menatap Changmin. Sepertinya semuanya baik-baik saja, dia bisa berpikir aku hanya menonton reaksinya terhadap permainan Aiden. Tapi itu salah.
Aku seorang gadis Midwestern. Cukup normal. Cukup jinak, sebenarnya. Aku sudah tidak perawan, dan aku sudah pernah berhubungan seks. Aku belum pernah menonton pornografi, dan yang membuatnya lebih aneh lagi adalah bahwa gambaran itu yang muncul di kepalaku. Mereka seperti sekelumit adegan dalam sebuah film, seperti cahaya yang berkedip dan kau mengingat aksi yang dilakukan dalam film tersebut. Dalam hal ini, aku yang melakukan aksi itu, telungkup, dengan Changmin di belakangku, merobek bajuku langsung di tempat tidur.
Beberapa kali ia melirik padaku, aku khawatir bahwa dia bisa melihat apa yang aku pikirkan. Aku tahu, ini gila.
Ketika rapat usai, Changmin bangkit dan menghampiri Aiden, dia menjabat tangan Aiden dan menempatkan tangan yang lainnya di belakang lengan Aiden. Aku belajar di mata kuliah psikologi bahwa itu adalah sikap yang menunjukkan kekuasaan dan dominasi. Aku tak terkejut, itu sudah biasa di Hollywood.
Changmin menatapku, "Ms. Cho, senang bertemu dengan anda."
"Terima kasih Mr. Shim."
Aku menerima uluran jabat tangannya, "Panggil aku Changmin."
Tangannya besar dan kuat, dan jabat tangannya hangat, Jika aku ingin sedikit melodramatis, ada aliran listrik kecil yang berlompatan dari tangan kami. Tapi itu tidak terjadi, kehangatan jabat tangannya sudah cukup mendebarkan.
"Baik Changmin, panggil aku Kyuhyun."
Dia tersenyum, "Kyuhyun" dan kita semua pun berbalik menuju pintu.
Kevin pergi duluan menuju ke ruang tunggu, dimana dia dengan cepat langsung bercakap-cakap dengan sekretaris Changmin, "Sepertinya kita hampir setiap hari berbicara ditelpon."
Percakapan mereka meredup ketika aku merasa tangan Changmin dipunggungku. Dia membungkuk dibahuku, mulutnya dekat ditelingaku. "Cara mengelak yang bagus, tadi."
Aku menoleh, "Apa maksudmu?"
"Ketika aku bertanya, apa yang kau pikirkan Kyuhyun, kau menanganinya dengan sangat bagus Kyuhyun."
"Aku tidak-" Aku akan mulai berbohong tapi dia langsung menyelaku.
"Tidak apa-apa." Dia tertawa. "Aku sedang menggodamu. Lain waktu kita akan bicara, segera, aku yakin itu."
Aku merasakan aliran darah mengalir deras ke mukaku. Bagus, merona dalam suasana profesional.
Aiden menemui kami lagi, dan sekali lagi berterima kasih kepada Changmin, aku tidak pernah sesenang itu ketika akhirnya kami dalam perjalanan pulang.
Perjalanan kembali dari studio ke kantor sangat singkat, dan ketika menyetir, Aiden selalu mengatakan bahwa rapat berjalan dengan lancar, dan artis kami Kim Heechul, sudah hampir bisa dipastikan akan mendapat peran, dan itu adalah hal yang besar bagi agensi kami.
Ketika lampu merah, Aiden menatapku "Ngomong-ngomong, kau melakukan hal yang sangat bagus disana. Aku sangat menghargainya."
"Apa itu?"
"Cara kau memperlakukanku, maksudku, kau sudah cukup paham dalam masalah ini dan bisa berkomentar, kalau tidak, aku tidak akan mengajakmu sama sekali, tapi baiklah terima kasih."
"Sama-sama."
Aku sedikit khawatir Kevin mengetahui alasanku yang sebenarnya, Changmin yakin untuk memilihnya, Tapi Aiden berpikir aku hanya asisten yang baik, yang membiarkan bosnya untuk menangani semuanya.
Sisa hari berjalan dengan baik, meskipun banyak dihabiskan dengan memikirkan tentang Shim Changmin. Aku yakin, aku tidak pernah melihat contoh yang sempurna, ketika orang-orang berkata tentang pria bisa menjadi cantik.
Aku selalu berpikir itu kata sifat feminin, dan kukira ada beberapa orang terkenal yang layak menyandangnya, tapi aku belum pernah melihatnya sebelum aku melihat Changmin. Aku tak habis pikir, dia harusnya menjadi bintang film daripada menjadi orang dibelakang layar, Kenapa? Apakah dia pernah berakting dan tidak menyukainya? Atau gagal?
Menjelang sore, aku akhirnya meng-google namanya menggunakan telpon genggam. Aku merasa sedikit paranoid akan tertangkap basah ketika melakukan penelitian tentang dirinya setelah rapat, yang seharusnya aku lakukan sebelumnya.
Yang pertama muncul adalah daftar dari situs IMDb-nya. Ada satu foto dirinya, yang diambil ketika acara red carpet, itu bukan foto close-up, jadi tidak mewakili dia sama sekali. Aku menscroll kebawah, dibagian daftar kreditnya: tiga judul film sebagai penulis, Sembilan judul film sebagai produser. Tak ada akting atau sutradara.
Aku sudah kagum padanya pada saat rapat berlangsung, dan semakin kagum, ketika mengetahui bahwa ia menulis salah satu film favoritku, dan pernah dinominasikan untuk mendapatkan Oscar.
Whoa. Pria ini adalah orang besar dari yang kukira, dan aku tiba-tibamerasa bodoh karena tidak mengetahuinya. Meskipun Aiden tidak menjelaskan, tapi dia sudah mengatakan bahwa ini adalah pertemuan terpentingnya yang dia dapatkan sepanjang tahun ini. Pikirku karena kami akan menjual Kim Heechul, sekarang aku tahu, itu karena kami akan bertemu salah satu orang besar di Hollywood.
Aku scroll keatas, dan melihat tanggal lahirnya. Dia baru 29 tahun. Dan sangat tidak biasa, meraih kesuksesan di level ini di umurnya yang masih muda. Dia terlihat santai, ramah, tidak sombong dan tidak menutup diri. Terutama dengan komentarnya yang melegakan hati, ketika aku meninggalkan kantornya.
Pada akhirnya aku benar-benar terpesona dengan Shim Changmin, dan aku tak tahu berapa banyak kenikmatan dan rasa sakit yang akan kurasakan di beberapa bulan kedepan.
Aku meninggalkan kantor dengan gugup, bukan hanya gara-gara Changmin, tapi juga karena aku masih baru dengan pekerjaanku, baru untuk seluruh bisnis di Hollywood, dan aku adalah bagian utama dari apa yang bisa menjadi masalah besar dengan bintang pendatang baru dan sebuah film blockbuster (film yang sangat sukses dan populer). Permainan telah dimulai - Aiden bilang kita mungkin akan tahu sesuatu minggu depan.
Untuk mengurangi kecemasanku, aku membuka tutup Volkswagen Beetle baruku, dan membiarkan udara California menerpa rambutku ketika aku menyetir pulang. Mobil adalah belanja termahalku seumur hidupku. Aku sudah menabung semenjak lulus kuliah untuk uang muka. Itu adalah perjalanan yang menyenangkan dari Ohio ke California.
Ketika sampai di rumah aku membuka pintu dan menemukan Jaejoong sedang mengangkangi seorang pria di sofa.
Kim Jaejoong dua tahun lebih tua dariku, dan sudah tinggal di California selama tiga tahun. Dia adalah teman kakakku Jungsoo, dan benar-benar sudah seperti saudara, ketika dia tahu aku menuju selatan California ia menawarkan agar aku tinggal di sana selama yang aku butuhkan.
Dia adalah salah satu dari sedikit orang yang tahu seluruh kebenaran tentang mengapa aku ingin melarikan diri dari Ohio. Kebanyakan orang berpikir itu hanya tentang keinginan sebuah awal baru setelah kuliah. Dan kebanyakan orang juga berpikir itu karena aku putus dengan Choi Siwon setelah tiga tahun berpacaran dengan serius.
Apa yang orang-orang tidak ketahui adalah pada saat tingkat terakhirku di Ohio State, Siwon sudah berselingkuh dengan lebih dari 3 wanita. Itu saja alasanku untuk mencampakkan dia, tapi ada hal penting yang tidak aku ceritakan, sekalipun kepada orang tuaku. Satu-satunya orang yang tahu hanyalah kakakku Jungsoo dan Jaejoong.
Jaejoong datang ke Hollyood untuk mengejar mimpinya sebagai artis, tapi seperti kebanyakan yang lain, dia akhirnya menjadi seorang waitress sambil menunggu dia ditemukan oleh seorang pencari bakat. Yang membuatku kagum, dia tidak pernah memintaku untuk melakukan sesuatu dan meminta Aiden untuk menawarinya pekerjaan. Dia bertekad untuk melakukan usahanya sendiri.
Ketika dia mendengar pintu terbuka, dia menoleh " Oh, hey."
Dia tidak beringsut dari pria itu. Mereka berdua berpakaian, dan aku merasa tidak enak, karena aku masuk pada saat mereka baru saja memulai. Tentu saja dia bisa melakukannya dikamar, tapi ini adalah kondo miliknya, jadi aku tidak bisa mengeluh.
"Hey, maaf." Aku berbalik dan menutup pintu.
"Jangan khawatir."
Aku berbalik dan berjalan melalui ruang tamu dan kamar tidurku, tetapi Jaejoong menghentikanku.
"Ini Yunho." katanya menatapku kemudian menatap Yunho.
Aku tersenyum, "Hai."
Dia menatapku melalui kelopak matanya yang berat, "apa kabar?"
Aku kembali menatap Jaejoong, yang menyandarkan kepalanya dibahu Yunho, sambil tetap mengangkanginya. "Aku akan kekamarku."
Dia bangkit meninggalkan Yunho, "Tidak apa-apa, kami sedang memikirkan apa yang akan kami lakukan untuk makan malam."
Ada dimana saat aku ragu-ragu tentang tempat makan, tapi tidak pernah terpikir untuk mencoba menjawab pertanyaan sambil mengangkangi seorang pria ganteng. Mungkin aku yang ketinggalan jaman.
"Ada ide?" katanya
"Kau libur malam ini?"
"Oh, ya. Mereka memiliki terlalu banyak acara untuk dijadwalkan dan bertanya apakah aku ingin pergi."
Hal itu terjadi setidaknya lima kali dalam tiga minggu sejak aku tiba di LA. Aku bertanya-tanya kenapa Jaejoong mampu membiayai hidupnya meski sering libur, tapi itu bukan urusanku.
Yunho sedikitpun tidak memperhatikan percakapan kami, Matanya tertuju ke arah Jaejoong, terutama ke payudaranya, yang kelihatan berusaha keluar dari baju Jaejoong yang ketat, aku merasa bahwa Yunho benar-benar tidak peduli dengan rencana makan malam pada saat itu.
Akhirnya kami memutuskan untuk makan malam di Little Sushi.
Sayangnya Yunho ikut bergabung bersama kami. Aku ingin bercerita semua tentang Changmin kepada Jaejoong, tapi aku tak ingin Yunho ikut mendengarnya. Aku tidak mengenalnya. Faktanya adalah aku tidak pernah mendengar Jaejoong bercerita tentang Yunho.
Sesudah makan malam, dia berkata akan pergi ke tempat Yunho, dan mungkin akan pulang larut malam.
Dalam perjalanan pulang, aku berpikir apa yang akan kulakukan malam ini. Aku bisa saja menelpon Jungsoo, tapi terlalu cepat untuk bercerita tentang Changmin pada kakakku itu. Dia pasti hanya punya hal negatif tentang itu. Dan berkata untuk berhati-hati terhadap orang-orang "type Hollywood", seperti juga orangtuaku sering bilang.
Aku menghabiskan malam dengan menonton beberapa film karya Changmin di Netflix, dan bertanya-tanya kapan aku berjumpa dengannya lagi.
