A Night Story
Merenung. Itulah yang ku lakukan setiap malam belakangan ini. Aku sendiri bingung kenapa aku melakukannya. Rasa sepi ini benar-benar menyiksaku. Ya, di umur yang ke-21 aku baru merasakan kesepian yang benar-benar sepi. Kenyataan dari kehidupan yang sebenarnya barulah terlihat olehku.
Aku jadi teringat masa-masa remaja ku dulu. Saat aku masih gadis berumur belasan tahun. Sekarang pun aku masih gadis, walau sudah tak remaja lagi. Belakangan ini aku baru menyadari hal-hal bodoh yang kulakukan dahulu. Saat aku masih punya seseorang yang spesial. Ingin dimanjakan, selalu minta sesuatu, tidak suka ini itu. Dan yang lebih parahnya lagi, aku hanya melihat sisi buruk dari pacarku. Benar-benar bodoh kan?
Kini menginjak usia diatas 20, aku baru mengerti artinya kompromi. Mengerti arti dari hubungan yang sebenarnya. Andai saja aku menyadarinya lebih cepat. Haha. Harusnya waktu itu aku bisa lebih berpikir panjang. Kenapa penyesalan selalu berada diakhir ya?
Musim panas memang sangatlah berat. Karena saat musim itu berakhir, cintaku juga ikut berakhir. Kini sudah hampir satu tahun sejak saat itu. Ingatanku tentang dirinya pun mulai memudar. Walaupun belum sepenuhnya bisa melupakan. Tapi semua butuh proses dan proses butuh waktu. Jadi, hanya tinggal masalah waktu sampai aku bisa melangkah maju.
Hawa dingin menyerbu diriku saat pintu minimarket terbuka. Rasa lapar membuatku harus melangkahkan kaki ke minimarket untuk membeli beberapa makanan. Niatnya hanya membeli makanan tapi kalau sudah disini lain cerita. Melihat es krim di mesin pendingin membuatku ingin membelinya juga. Setelah menaruh beberapa cup mie instan dan sayuran ditempat belanja, aku lalu mengambil sebuah es krim. Kemudian pergi ke kasir untuk membayar semua belanjaanku.
Saat sedang mengantri dikasir, aku menoleh kanan kiri agar tak merasa bosan. Seorang lelaki berhasil menarik perhatianku. Bukan karena tampan atau semacamnya tapi karena sepertinya aku mengenal pria itu. Aku hanya melihat wajahnya dari samping dan rasanya begitu tak asing. Rasa penasaran membuat tubuhku bergerak mendekatinya, namun sesaat kemudian dia menoleh tepat ke arahku. Kami pun saling berpandangan.
"A-Adit..?!" gumamku spontan. Aku begitu terkejut saat mendapati siapa pria itu sebenarnya. Dia Adit! Ya, Adit mantan pacarku! Padahal aku sudah hampir bisa melupakannya, tapi kenapa kami harus bertemu? Apalagi ditempat umum seperti ini? Ingin rasanya aku meremas es krim digenggamanku karena begitu terkejutnya.
Semenjak hubungan kami berakhir dimusim panas itu, aku sama sekali belum bertemu dengannya. Dan setelah aku bertemu dengannya lagi saat ini, aku merasakan hal yang aneh. Tubuh tingginya berbalut pakaian formal dan jas terlihat bagus. Rambutnya juga sangat rapi. Jadi terlihat sedikit keren.
Berbeda sekali dengan Adit yang dulu ku kenal. Walau ke acara formal sekalipun, ia tak pernah mau memakai jas. Dan lagi, dulu rambutnya hanya disisir seadanya, bahkan terkesan tak terurus. Sekarang dia begitu berbeda. Terlihat begitu dewasa. Ah tidak! Apa yang ku pikirkan? Dia itu masa laluku. Aku tak boleh terlalu memikirkannya. Tapi.. Kalau dilihat-lihat lagi, dia memang keren. Mungkin dulu aku salah mengakhiri hubungan dengannya.
"Hai, Dit. Apa kabar?" kataku membuka pembicaraan. Meski sebenarnya aku tak tau harus mengatakan apa.
"Oh, hai Ve. Aku baik kok, kamu sendiri gimana?" balasnya ringan.
"A-aku baik kok. Udah lama kita gak ketemu ya." aku mulai merasa canggung.
"Iya ya, udah hampir 2 tahun kan? Waktu cepat sekali berlalu ya."
"Iya, Dit. Pakaian kamu rapi banget, mau kemana?" aku mencoba mencari topik pembicaraan.
"Oh ini, aku mau pergi ke pesta pernikahan teman kantor," jawabnya. Umur kami memang berbeda 3 tahun, jadi aku tak heran dengan itu.
Melihat sosok Adit yang saat ini membuatku ingin bermanja dengannya. Nekat, aku pun coba mendekatinya.
"Mmm gitu. Coba kita bisa seperti itu ya," celetukku begitu saja.
"Ha? Maksudmu apa?" Adit pun terlihat bingung.
"Ya, begitulah."
"Sayang, ayo kita pergi." Suara seorang perempuan dari belakang Adit berhasil menyita perhatiannya. Adit pun menoleh ke arahnya.
Dia gadis muda yang cantik. Tubuhnya tinggi walaupun Adit masih lebih tinggi. Dress putih berhiaskan manik-manik membuatnya terlihat anggun. Belum lagi high heels dan aksesoris yang ia kenakan. Huh, aku jadi iri melihatnya. Beda sekali denganku yang hanya mengenakan T-shirt putih bergambar Micky Mouse dan rok berbahan jeans sebatas lutut. Memakai sneakers dan membawa tas kecil berisi uang untuk belanja. Seperti penampilan gadis pada umumnya.
"Kamu udah selesai belanjanya?" tanya Adit pada gadis itu. Mata gadis itu kini tertuju padaku. Adit yang melihat arah pandangan gadis itu langsung saja mengenalkan kami.
"Ohiya, kenalkan ini Veranda, temanku. Dan Ve, kenalkan ini Sylvie, pacarku." Adit saling mengenalkan kami sekaligus memperjelas hubungan diantara kami. Aku dan Sylvie kemudian berjabat tangan sebagai tanda berkenalan.
Rasa cemburu kini seperti merasuki diriku. Aku tak tahu kenapa tapi aku sama sekali tak suka melihat Adit bersanding dengan gadis lain. Namun apa boleh buat, aku dan Adit sudah tak memiliki hubungan apapun. Kini kami hanya teman, tepat seperti yang dikatakannya. Padahal aku punya banyak teman yang kenal dengan Adit, tapi kenapa aku tak pernah mendengar kabar bahwa ia telah memiliki kekasih yang lain? Apa karena mereka ingin aku cepat move on? Berbagai pertanyaan pun berputar dikepalaku.
Untunglah aku tak memiliki riwayat penyakit jantung. Karena kalau punya, aku bisa kena serangan jantung saat ini juga. Padahal dulu, Adit sering mengatakan bahwa ia akan selamanya mencintaiku. Tapi kenyataannya sekarang ia sudah memiliki cinta yang lain. Kini merasa aku seperti memberikan baju pada teman, namun saat melihat ia memakai baju pemberianku itu, aku menyesalinya. Padahal baju itu sama sekali tak pantas untukku.
"Kamu sendirian Ve?" pertanyaan Adit ini sukses membuatku bingung harus menjawab apa.
"Umm... Eng-engga kok," ujarku berbohong. Lalu aku menoleh ke luar minimarket. Berpura-pura menengok orang yang sedang menungguku. Untunglah disana ada seorang lelaki berdiri dekat halte bis. Adit mengangguk-angguk setelah melihat apa yang aku lihat.
Aku memang sial! Hatiku sudah sangat lelah karena harus terus sendiri dalam waktu yang lama. Kini hal itu bertambah parah karena harus bertemu mantan pacar yang membawa kekasih baru. Membuat hati yang lelah ini menjadi sangat panas karena dibakar api cemburu. Aku terus bergumam dalam hati. Bukan ini yang kuinginkan! Seharusnya tak menjadi seperti ini!
Mungkin bukan hanya perutku yang lapar. Mungkin hatiku juga lapar. Ya, lapar akan cinta. Aku ingin sedikit bermanja dengan adit. Kalau diibaratkan makanan mungkin seperti makanan ringan. Saat kita lapar, makanan ringan setidaknya dapat menghilangkan rasa lapar itu. Begitu juga dengan hal yang satu ini. Bermanja dengannya kurasa akan bisa sedikit mengisi kekosongan dihatiku.
Memang benar kata pepatah, ikan yang dilepas bisa terlihat menjadi besar. Kini aku merasakannya. Saat ia ada dalam dekapanku, aku tak merasa ia berharga untukku. Tapi begitu aku melepaskannya, barulah aku merasakan betapa berharganya dirinya. Kita akan merasa suatu hal itu berharga kalau kita sudah kehilangan hal itu.
"Ve, aku duluan ya," ucapan Adit menyadarkanku dari lamunan.
"Eh, iya Dit," balasku membayar belanjaan dikasir, kini aku bergerak menuju rumah dengan lesu sambil menghabiskan es krim. Bukan lapar yang membuatku lemas tapi pertemuan dengan Adit tadi yang membuatku begini. Sungguh, aku tak pernah membayangkan hal seperti ini akan terjadi. Maksudku, apa kau pernah mengira akan bertemu mantan pacar yang sudah hampir 2 tahun menghilang di minimarket? Oh, ayolah. Aku tahu masa depan selalu penuh dengan kejutan tapi bukan kejutan seperti ini yang aku inginkan.
Aku berani bertaruh bahwa melupakan kenangan indah adalah hal yang paling tidak mungkin bagi manusia. Kecuali jika orang itu tidak punya hati, itu baru lain cerita. Coba saja kau pikir. Apa kau bisa melupakan begitu saja kenangan yang sudah kau ukir dengan seseorang dalam hidupmu? Tentu hal itu tak mungkin. Bahkan jika kau sudah memiliki kekasih baru, pasti ada sesuatu yang bisa membuatmu ingat tentangnya. Kenangan dan ingatan tak hanya bisa disimpan dalam otak atau hati, tapi juga dalam sebuah benda atau tempat.
Sepertinya aku tak akan tidur malam ini. Belakangan ini aku memang sedang merasa kesepian dan melihat mantan pacarku sudah punya pacar lagi membuatku semakin menjadi kesepian. Kurasa aku akan membongkar beberapa barang. Ya, mencari beberapa barang yang pernah diberikan Adit padaku. Sepertinya kesepian yang kurasakan sudah sangat akut, sampai-sampai aku harus menggali kenangan dimasa lalu untuk mengusir rasa sepi ini. Huh!
-To be continue
