Reina Of El Dorado Present

My Ex-Lover

Disclaimer : BTS milik Tuhan, Keluarga, Sahabat, Diri mereka sendiri, dan juga Fans.

(Saya tidak mengambil keuntungan dalam bentuk apa pun saat menulis fanfiksi ini, semata-mata hanya untuk kesenangan dan kepuasan diri sendiri).

Genre : AU, Yaoi, Drama, Friendship, Romance, etc.

Warning : Boys Love, Yaoi, Crack—Pairing, Bromance, OOC, Typo(s), Non EYD, etc.

(Bahasa kasar, tidak baku, dan tindakan yang sekiranya tidak perlu dicontoh).

Don't Like? Don't Read! So? Don't Bash!

Happy Reading

.

.

.

Pertemuan dan perpisahan adalah dua hal yang wajar dalam suatu hubungan.

Seperti dua sisi mata uang yang tak dapat dipisahkan karna saling terikat satu sama lain. Perbedaannya hanya lah ada yang datang lebih cepat dan ada yang lebih lambat.

Bagi Park Jimin sendiri, yang merupakan Cassanova paling bejat tampan di lingkungan Hongdae High University, dua kata itu bukan lagi sesuatu yang begitu spesial karna ia sering melakukannya. Ia suka bergonta-ganti pasangan setiap saat dengan dalih 'belum menemukan orang yang tepat' meskipun sudah cukup jelas bahwa pemuda itu juga salah satu keparat the most wanted milik daratan Seoul. Anehnya masih saja ada segudang orang-orang yang mau mengejar Jimin seolah Korea kekurangan pasokan pemuda bajingan tampan.

Jimin itu bukan orang yang bisa terikat dengan satu orang saja, terlebih dengan status biseksual yang ia sandang membuatnya mendapatkan banyak stok yang siap menggeleparkan diri di kakinya, tentu saja. Ia tak masalah harus menjadi top ataupun bottom karna wajah manis sekaligus Manly rupawan yang mampu membuat semua orang meleleh karna perlakuan pemuda berumur 23 tahun tersebut.

Demi Tuhan ia baru berumur 23 tahun! Tapi ia sudah hampir memacari setengah populasi pemuda tampan dan gadis cantik di Gangnam. Bayangkan apa yang akan terjadi 10 tahun ke depan jika ia masih belum berubah juga? Mungkin setengah populasi Korea akan mendapatkan gelar 'Mantan Park Jimin' sangking gemarnya bajingan tengik itu menebar feromon.

Dan sekarang ini, syukurnya sudah hampir satu tahun ia tengah menjalani hubungan yang cukup serius dengan seorang pemuda tampan bernama Jeon Jungkook. Pemuda tampan dengan tampang anak baik, penurut, introvert, dan mudah di-bully. Jungkook adalah anak dari pemilik BigHit Company, sebuah perusahaan IT terbesar nomor tiga di Korea, selain itu ia merupakan pemuda yang tergolong ber-iq tinggi.

Katakan saja; Singkatnya dia itu sudah cukup sempurna untuk mendapatkan gelar sebagai kekasih Park Jimin.

Tapi sudah pada dasarnya manusia tidak pernah puas, apalagi bajingan kecil macam Park Jimin entah karna alasan apa dan kenapa si Park ini merasa jenuh dengan hubungan mereka yang manis-manis gula batu. Iya sih mereka kekasih, tapi Jungkook tidak pernah menunjukkan diri atau bersikap layaknya kekasih Jimin yang terdahulu.

Seks? Itu wajar bagi Jimin, tapi tidak untuk Jungkook. Sampai sekarang mereka berpacaran pun pemuda itu hanya mencium bibirnya empat kali. Demi jenggotnya Dewa! Sebenarnya kurangnya Jimin itu di mana sampai Jungkook tak bernafsu dengannya? Jimin sering bertanya-tanya kenapa Jungkook sama sekali tidak terpancing untuk melakukan sesuatu yang 'iya-iya'padanya.

Bukan soal seks-nya by the way, tapi Jimin hanya ingin penegasan kalau Jungkook juga menginginkan Jimin seburuk Jimin menginginkan Jungkook. Yeah, you know what i mean right? Lagi pula hubungan mereka itu terlalu biasa, lebih seperti teman seangkatan yang pergi kuliah sama-sama, makan siang sama-sama, dan pulang kuliah sama-sama. Itu saja.

Ok lah di akhir pekan mereka akan pergi keluar, ya tapi kalau Trio–Bangsat– Kim yang merupakan Kim Jongdae, Kim Taehyung, dan Kim Namjoon yang tak lain dan tak bukan adalah sahabat kental keduanya ikut menguntit mereka, apa bisa di bilang kencan? Apa bisa? Jimin bahkan bisa menghitung dengan jari berapa kali mereka pergi kencan hanya berdua. Ya salah siapa memangnya?

Huh! Salahkan Jungkook yang tak peka dan malah menyamakan kencan dan hangout itu sama, atau salahkan saja tiga makhluk yang idiotnya bukan main dan malah iya-iya saja saat diundang Jungkook bergabung. Salahkan mereka semua karna Jimin hanya korban di sini. Ia dia korban, korban yang selalu berkurban perasaan.

Lihat? Jimin jadi mendrama sekarang 'kan?

Lalu setelah berpikir, merenung, menelaah, meneliti, dan mempertimbangkan segala hal selama beberapa hari ini. Jimin pun akhirnya jatuh pada satu keputusan, bahwa mereka harus berpisah. Katakan saja putus. Iya, katakan putus.

Ha? Katakan putus?

Aduh, Jimin bukannya berniat promosi suatu acara drama kolosal atau bagaimana, tapi ia tak tahu bagaimana cara menyingkat perasaannya saat ini selain dua kata di atas.

Putus ya? Jujur saja ia agak sayang sih.

Tapi mau bagaimana lagi, Jimin sudah terlanjur jengah dan lelah. Ia ingin cari angin segar baru dan kembali meraih kejayaannya sebagai Playboy kakap cap ikan teritampan dan budiman yang mendarah daging.

Jadi dengan mantap, ia mengajak Jungkook bertemu hari ini di taman pusat kota. Ia sudah memutuskan dengan hati bulat sebulat tahu bulat, dan pantang buat Jimin untuk mundur. Jadi ketika ia melihat seorang pemuda dengan baju kaos tangan panjang berwarna biru putih dan celana jeans ¾ datang menghampirinya, Jimin pun segera bersiaga dengan tatapan waswas.

Ketampanan Jungkook sore ini benar-benar ujian besar bagi Jimin.

"Apa aku lama?" Jungkook bertanya saat ia sudah sampai di hadapan Jimin, napasnya terdengar memburu dengan peluh yang menghiasi keningnya, sepertinya pemuda Jeon itu berlari menghampirinya. Aww... Demi apa Jimin jadi salah tingkah sendiri.

"Duduklah dulu, Jungkook."

Jimin belum siap, tentu saja. Ini tak semudah yang biasanya atau semudah yang ada dipikirkannya. Jadi dengan suara canggungnya ia meminta Jungkook duduk di sisinya. Jungkook menurut saja tanpa babibu lagi, ia duduk di sisi Jimin dengan spasi yang cukup untuk ditempati satu orang lagi.

"Nah, selanjutnya apa?" pertanyaan Jungkook membuat Jimin meremas kedua tangannya di atas paha. Ia menggaruk tengkuknya yang tak gatal dan melirik-lirik ke arah lain.

"Uhm, yah, Jungkook apa kau tahu–" Jimin menelan salivanya saat Jungkook menatapnya dengan pandangan yang bertanya-tanya. "Apa... Kau merasakannya?"

Jungkook mengernyitkan keningnya tidak mengerti. "Merasakan apa?"

"Kita– apa, apa kau merasa bahwa... Hubungan kita ini hambar?" perlu empat puluh detik lamanya untuk Jimin menyelesaikan seluruh ucapannya.

"Maksudmu?"

"Aku–"

"Ingin putus?" Jungkook memotong tiba-tiba, membuat Jimin menutup kembali bibirnya yang mengering. Ia terdiam dengan mata yang memandang kosong ke arah Jungkook.

"Ya," jawabnya lirih namun nadanya terdengar tegas. Mendapati jawaban itu Jungkook hanya diam dengan jari jemari yang mengepal erat.

"Berikan aku alasannya," perintahnya dengan nada tenang. Jimin mengerjapkan kedua bola matanya, lalu menganggukkan kepalanya kaku.

"Aku bosan," katanya berusaha serelaks mungkin. Jimin menundukkan kepalanya dan kesepuluh jari-jarinya pun saling bertautan. "Tapi... Kuharap kita masih bisa berteman baik nantinya."

Heol.

Ucapan klise macam apa itu barusan?

Jimin melirik takut-takut ke arah Jungkook yang hanya diam tanpa suara. Ada keheningan beberapa saat hingga akhirnya Jungkook menganggukkan kepalanya begitu saja.

"Ok," ujarnya sembari berdiri dari duduknya. Jimin memolakan matanya tak percaya.

"A-APA?" tanyanya dengan nada melengking. Iya sih dia yang mau putus. Tapi apa Jungkook tak mau melakukan sesuatu untuk mencegah atau mempertahankannya gitu?

Ok? Just ok?

We are done!

That's it?

"Kubilang ok," ujar Jungkook dengan nada lembut. Ia mengacak surai cokelat Jimin dengan sayang dan tersenyum kecil sebelum memendekkan jarak di antara wajah mereka berdua, membuat Jimin memundurkan kepalanya meskipun percuma karna tangan Jungkook sudah menahan tengkuknya.

"M, mau apa?" tanya Jimin gugup. Jungkook tersenyum samar dan berkata, "Jaga dirimu baik-baik," dengan nada berbisik tepat di depan wajahnya.

Cup!

Lalu bibir lembut itu menyentuh kening Jimin, menekannya agak lama sebelum memisahkan diri. "Sampai jumpa Jimin-ah."

Jungkook pun melangkah pergi setelah melakukan salam perpisahan yang terasa begitu manis untuk Jimin. Ia memegangi bekas ciuman Jungkook di keningnya, Jimin menatapi punggung sempit yang menjauh dengan tergesa itu dan tahu-tahu air mata merebak dari kedua kelopak matanya tersebut.

Ini kenapa dia yang menangis sih? Bukannya memang dia yang mau putus? Jimin merasa konyol sekarang. Ia menyeka air matanya dengan punggung tangan.

Jadi hari ini, di suasana musim gugur yang ikut meruntuhkan hati, tertanggal 23 September 2015, Park Jimin dan Jeon Jungkook resmi berpisah.

Reina Of El Dorado

"Serius kau dan Kook-ie sudah putus Jim?" Kim Jongdae menatap mata Jimin dengan pandangan menelisiknya, membuat yang ditatap meringis risih dan menggagalkan rencananya memakan sepiring Jjangmyeon yang tersedia di depan mata.

Sudah seminggu berlalu sejak putusnya kisah asmara Park Jimin dan Jeon Jungkook. Semua orang menjadi begitu heboh ketika Jimin mengganti status SNS hubungannya dari 'berpacaran' menjadi 'lajang' di malam ia dan Jungkook berpisah. Apalagi ketiga teman sekomplotnya Jimin, mereka rajin sekali menyemproti Jimin dengan berbagai pertanyaan yang intinya sama saja, ia dan Jungkook sudah berakhir.

"Ya," jawab Jimin berlagak cuek, ia mengendikan bahunya dengan santai dan berkata dengan nada senggaknya, "aku bosan saja dengannya jadi kami berpisah."

"Kau mencampakkannya?" tanya Taehyung tak percaya.

"Kau mencampakkannya?" Jongdae juga mengulang pertanyaan Taehyung dengan mata melebar kaget.

"Kau mencampakkannya?" Namjoon juga mengatakan hal yang sama dan membuat kepala Jimin berputar-putar menyakitkan.

"Oh diamlah Kim," serunya kesal karna berbagai macam pertanyaan kurang penting tiga orang Kim di hadapannya.

"Kau menyuruhku, dia, atau dia?" kesal Taehyung sembari menunjuk Jongdae dan Namjoon.

"Kau menyuruhku, dia, atau dia?" Namjoon meniru gaya Taehyung dengan raut tak kalah kesal.

"Kau-"

"Kalian bertiga bajingan!" teriak Jimin memotong ucapan Jongdae yang belum sempat terucap.

"Demi Tuhan! Kukira kau sudah sadar Jimin-ah!" pekik Jongdae sembari menggebrak meja yang mereka tempati. Ya, mereka sedang berada di kafetaria kantin dan tengah makan bersama seperti biasa, bedanya hanya tak ada Jungkook dan Hoseok di sana. Mengingat Jungkook dan Hoseok dulunya bukan bagian dari mereka. Jadi sudah satu minggu sejak putusnya Jungkook dan Jimin dua orang itu tak lagi ada di sekitar mereka berempat.

"Sekali bajingan tetap akan jadi bajingan Jongdae-ya," sindir Namjoon dan di balas pelototan tersinggungnya Jimin.

"Bajingan-bajingan begini temanmu Kim!" serunya dan di balas Namjoon dengan pandangan tak 'ngeh' seolah tengah mengejek Jimin dengan tatapan 'Sejak kapan?' yang terpeta di sana.

"Sesama bajingan tak usah saling menyela," hina Taehyung dan dibalas tatapan sengit ketiganya.

"Heol! Kau yang paling bajingan Taehyung!" semprot ketiganya bersamaan, membuat Taehyung mengerjapkan kedua bola matanya berlagak sok polos.

"Kenapa aku?"

"Mengingat bagaimana bangsatnya sikapmu selama ini yang selalu bermesraan dengan banyak orang tapi tanpa kejelasan apakah dia kekasihmu atau bukan," ujar Namjoon menerangkan sekaligus menegaskan siapa yang paling bajingan di antara mereka.

"Aku tak begitu lagi," kata Taehyung mengelak.

"Bullshit," umpat Jimin dan menuai cibiran dari Taehyung.

"Oh lihatlah siapa di sini. Kucing rumahan kita kembali jadi macan betina," sindir Jongdae dan dibalas Taehyung dengan acungan jempol.

"Siapa ya yang dulunya akan mengamuk saat salah satu dari kita mengucapkan umpatan?" tanya Taehyung mencemooh.

"Tentu saja karna Master-nya sudah pergi. Baby Kitty ini kembali mengeluarkan taring dan cakarnya," sambung Jongdae lagi.

Jimin berdecih dan membanting sumpitnya di atas piring.

"Diam kalian ber–"

"Guys!" seru Namjoon dengan nada rendah. "Kurasa Master-nya pergi bukan karna dia dicampakkan."

"Maksudmu?" tanya Taehyung tak mengerti, Jongdae mengernyitkan dahi, dan Jimin juga jadi bingung dengan pernyataan Namjoon barusan.

"Dia, menemukan Baby Kitty baru," Namjoon menunjuk seseorang yang baru muncul di ambang kafetaria, otomatis ketiganya ikut menoleh dan entah bagaimana ceritanya pekikan langsung membahana di sana sini penjuru ruangan.

Oh man! Karna terlalu sibuk dibutakan dengan pesona Jimin mereka tidak sadar ada bibit Cogan alias Cowok Ganteng yang sudah menjadi Cogan sekarang. Si cupu Jeon Jungkook bertransformasi selayaknya seorang pemuda gondrong berubah menjadi Cogan roti sobek yang ternyata adalah Werewolf di sebuah film layar lebar tekenal.

Jimin melebarkan matanya saat iris itu menemukan sosok Jeon Jungkook dengan–Fuck! Gaya rambut acak-acakan dan berwarna merah magenta!

HEI! Ke mana rambut hitam rapimu itu nak? Jerit Jimin tak kuasa di dalam sana. Dan apa pula baju kemeja yang dibuka kancingnya begitu sampai kaos putih polos di dalamnya terlihat? Kenapa juga dengan celana jeans-mu yang jadi robek-robek begitu? Dan sepatu itu? Itu sepatu sport limited edition yang diicar Jimin!

Tapi dari itu semua adalah, apa itu yang menyangkut di telingamu?! Apa 2 buah benda di telinga kirimu berbentuk batu kecil berwarna hitam itu? Apa pula benda kecil berbentuk salib di telinga kirimu itu? Lalu apalagi itu benda metalik yang ada di bagian atas telinga kirimu? APA ITU?

4 buah anting? Kau menindik telingamu? DEMI APA KAU MENINDIK TELINGAMU? Hati Jimin menjerit lagi di dalam sana.

Ia sampai tak sadar Jungkook sudah ada di hadapannya.

"Boleh bergabung?" tanyanya dengan–Apa? Senyuman sinis? Sejak kapan? Sejak kapan Jungkook jadi seganteng itu hah? GYAAHH!

"Uhm, tentu," ujar Namjoon mempersilakan. Ia menilik lebih teliti gaya seorang Jeon Jungkook saat ini. "Kau terlihat tampan Kook," katanya mengomentari, Jungkook tersenyum dan mengendikan bahunya.

"Berkat seseorang," lalu matanya menatap Jimin dan membuat seluruh bagian didiri itu tersentak kaget.

"Siapa?" Jongdae bertanya dengan alis ter tukik penasaran.

"Min Yoongi," sebutnya pelan dan orang yang ia panggil itu mengambil tempat di sisi Jungkook, menduduki kursi kosong milik Hoseok yang tersedia di sana.

"Woah," kagum Namjoon dengan sosok manis di sebelah Jungkook. Jimin dibuat melongo menatap sosok berambut ivory dengan paras manis dan kulit seputih salju.

Astaga, Jimin baru tahu jaman sekarang legenda Putri Salju berubah jadi Pangeran Salju, atau apakah orang ini adalah pemuda yang ditakdirkan menjadi penjaga bulan dan nantinya akan menjadi kekasih Ratu Elsa itu?

Duh, Jimin kenapa jadi melantur begitu sih? Kurang makan?

Pemuda bernama Min Yoongi itu menarik senyuman manisnya yang mematikan.

"Park Jimin benarkan?" tanyanya sembari menatap lekat pada Jimin. Ia menyodorkan tangannya dan dibalas tatapan kebingungan Jimin, tapi akhirnya pemuda itu tetap menyambut uluran tangan Yoongi.

"Aku ingin berterima kasih karna berkatmu," Yoongi menjeda ucapannya dan menatap tajam pemuda itu. "Aku bisa kembali ke Korea."

Usai mengatakan kalimat itu, Yoongi pun menarik tangannya kembali. Membuat Jimin merasa adegan tadi sama persis dengan potongan scene di drama-drama kolosal yang sering ia tonton sore hari di mana saat sang peran utama bertemu dengan kekasih baru mantannya. Eh? Kekasih? Orang ini kekasih Jungkook? Ha? Kenapa jadi ia yang merasa ditelantarkan sekarang ini? Wangi kekalahan macam apa lagi ini?

"Sama-sama," jawabnya dengan nada angkuh yang ia keluarkan sebisa mungkin. Bukan Jimin namanya kalau ia mau merasa kalah.

"Apa kalian pacaran?" celutuk Jongdae tak peka, membuat Namjoon menendang kakinya di bawah sana. Tapi rupanya yang tertendang adalah kakinya Taehyung, membuatnya balas menendang Namjoon hingga sosok itu memekik sakit. Taehyung hanya mendengus, pemuda hiperaktif itu entah kenapa hanya diam sejak tadi.

"Kenapa kau bertanya? Apa itu urusanmu?" Taehyung jadi sewot karna pertanyaan Jongdae, sementara pemuda berwajah tampan itu mengernyitkan kening terheran.

"Kenapa kau yang marah? Aku 'kan bertanya pada Jungkook dan Si manis ini," katanya sembari menunjuk Yoongi dengan jempolnya.

"Tolong ya Tuan bejat nomor tiga Kim Jongdae, dia punya nama. Tadi sudah dibilang 'kan namanya 'Min Yoongi'. Kenapa kau memanggilnya Si manis? Kau pikir dia ini kucing apa?" kesal Taehyung dengan nada menyolot.

"Tolong juga ya Tuan bejat nomor dua Kim Taehyung, aku juga tahu dia punya nama. Apa salahnya kalau aku membuatkan nama panggilannya untuknya?" Jongdae juga sama mengototnya, mereka saling melemparkan tatapan tajamnya.

"Baiklah Tuan bejat nomor dua dan tiga," kata Jungkook sembari tersenyum simpul. "Kalau mau kalian bisa memanggilnya Suga."

Plak!

Yoongi memukul belakang kepala Jungkook dengan kasar. Membuat sang empunya meringis sakit.

"Aaw Hyung!" keluhnya sembari mengusap-usap belakang kepalanya.

"Hyung?" tanya Namjoon dan Jongdae bersamaan.

"Aku lapar," ketus Yoongi dan Jungkook pun hanya bisa terkekeh kecil sebelum berdiri dan berjalan menuju konter kafetaria untuk membelikan sang pemuda manis itu makanan.

"Kenapa Jungkook memanggilmu Hyung?" tanya Namjoon penasaran.

"Tentu saja karna aku lebih tua dua tahun darimu bocah."

"Apa? Bagaimana bisa?" protes Jongdae tak senang. "Dengan wajah seperti itu mana mungkin kau lebih tua dari kami."

Yoongi hanya bisa memutar bola matanya sembari mendengus kasar.

"Lagi pula, untuk ukuran seorang pemuda, kau itu tergolong cantik."

"Yoongi Hyung?" seruan itu membuat Yoongi mengabaikan ucapan kurang ajarnya Namjoon. Ia menengok dan benar saja, tak jauh dari mereka ada sosok Hoseok yang berdiri kaku dengan mulut terbuka.

"Ya!" Hoseok segera berlari dan menerjang pundak sempit itu, merangkulnya dengan erat.

"Si bajingan itu benar-benar membawamu kembali!" pekiknya penuh suka cita. Yoongi berdesis dan kemudian mendorong kepala Hoseok dari wajahnya.

"Ya, seminggu yang panjang penuh perjuangan dari Jungkook."

Deg!

Jimin menelan salivanya. Apa? Seminggu? Seminggu? Bukannya mereka baru putus seminggu yang lalu? Argh! Jimin merasa bodoh karna berpikir mungkin saja Jungkook bersedih karna putusnya hubungan mereka. Nyatanya apa? Bajingan kecil itu pergi menemui pemuda ini langsung setelah putus dengannya 'kan?! Sialan! Jimin benar-benar ingin mencakar langit-langit kafetaria sekarang juga.

"Seminggu? Seminggu ini ia bersamamu?" tanya Namjoon dengan alis terangkat.

"Malam itu dia benar-benar pergi ke Jepang?" Hoseok segera menempati bangku Jungkook dan masih setia melingkarkan tangannya di bahu Yoongi.

"Kalian sudah saling kenal?" tanya Jongdae penasaran.

"Tentu saja! Siapa yang tak kenal dengan Si Cantik mematikan Min Suga di Busan?" kekeh Hoseok sembari menyambar jus jeruk milik Namjoon. Ia menyeruputnya tanpa tahu malu.

"Ya!" kesal Namjoon karna Hoseok lagi-lagi menyerobot minumnya, tapi pemuda itu tak memedulikan kemarahan Namjoon padanya. Ia mengembalikan gelas Namjoon tanpa rasa bersalah sama sekali.

"Kalau tak salah sudah dua tahun 'kan? Kupikir kau tak kembali lagi Hyung!" keluh Hoseok sembari mengguncang pundak Yoongi.

"Aish!" Yoongi menghentakan tangan Hoseok dari pundaknya.

"Jung Hoseok kau mau mati?"

Hoseok mengerucutkan bibirnya dan disambut decakan 'Ewh' dari Jimin dan Jongdae. Yoongi mendengus lalu melirik ke sudut meja dan bertatap mata dengan iris cinnamon Taehyung. Keduanya seperti menjalin komunikasi non verbal dan Yoongi pun membuang tatapannya ke arah lain.

"Hyung kau–"

"Menyingkir," suara rendah Jungkook menyentak Hoseok. Pemuda itu mendongak dan mendapati Jungkook di sisinya dengan satu buah nampan dan tatapan mematikan.

"WOAH! JUNGKOOK!" teriaknya sembari menunjuk hidung Jungkook tak sopan. "Pasti ini perbuatan Yoongi Hyung 'kan?" tudingnya dengan mata menyipit tajam.

"Ucapanmu terdengar seperti 'Min Yoongi adalah pengaruh buruk untuk Jeon Jungkook' keparat."

Jimin berjengit kaget mendengar ucapan kasar Jungkook. Dalam hati merasa terkagum-kagum karna baru kali ini melihat sisi liar seorang Jungkook. Ia bahkan lebih–astaga, Jimin harus bilang apa? Jungkook terlihat begitu badboy's sekarang–dan fuck, dia sangat hot.

"Dia lebih tampan kalau begitu 'kan?" tanya Yoongi dengan satu evil smirk di bibirnya.

"Tidak ada bedanya karna aku sudah sering melihat sosoknya ini dulu Hyung," cela Hoseok sembari mengendikan bahu. Jungkook memutar bola matanya.

"Maksudmu dari dulu–dia begini?" tanya Jongdae dengan nada melengkingnya.

"Uhm, apakah harusnya tak kuberi tahu?" Hoseok menatap Yoongi meminta pendapat. Yang ditatap hanya mencebikan bibirnya mencibir.

"Wow, itu berita yang mengejutkan Jung Hoseok. Lalu bagaimana dirimu di masa lalu?" tanya Namjoon sembari mengunyah sisa makanannya.

"Kau tak perlu tahu," jawab Jungkook dengan nada santainya. "Karna percayalah saat kau mengetahui diri Hoseok dimasa lalu, aku jamin–" Jungkook menyeringai setan dengan mata yang saling menatap dengan iris mata Yoongi.

"Kau dan kekasih tercintamu itu akan berpisah," ujar mereka bersamaan dan tertawa jahat. Seolah-olah itu adalah syair lama yang menegaskan 'siapa itu' Jung Hoseok yang sebenarnya.

Jimin jadi malas berada di sini karna sungguh, ia merasa–benci. Benci melihat tawa lepas Jungkook dan Min Yoongi begitu.

"Kenapa kalian membawa-bawa Seokjin?" Namjoon mendengus kasar. "Memangnya sehebat apa Hoseok sampai bisa membuatku berpaling darinya?"

Hoseok mengibas-ngibaskan tangannya. "Tolong jangan bahas hal seperti itu."

Taehyung menghentikan makannya. Ia segera menyambar tasnya dan berkata dengan nada jengkel, "Aku duluan." Taehyung pun bergegas pergi.

"Aku ikut!" Jimin berucap setelahnya. Ia menyeruput sisa lemon tea miliknya dan berdiri sembari membuat salam dengan sopan pada yang lain.

Dua sosok itu pun menjauh dari kerumunan pemuda-pemuda ini. Membuat mata-mata ingin tahu menatapi punggung keduanya yang berbalik pergi.

Iris mata bistre Jungkook pun tak luput memperhatikan punggung mereka berdua. Seulas senyum tertarik di bibirnya dan ia kembali membawa diri di sisi Yoongi dengan perdebatan seru antara Hoseok dan Namjoon yang membuat kelima pemuda itu tertawa.

Tanpa Jungkook sadari, mata Jimin terpaling mencari dirinya.

Reina Of El Dorado

"Astaga! Kukira Jungkook yang dicampakkan Jimin! Ternyata sebaliknya?"

"Tidak, tidak, tidak mungkin. Menilik dari sikap dan sifat keduanya selama ini, sudah pasti Jimin lah yang mencampakkan Jungkook Oppa!"

"Tidak masalah siapa yang mencampakkan siapa, yang penting Jungkook makin tampan!"

"Aku penasaran apa ia tertarik menjadi Seme-ku?"

"Bermimpi sajalah kau!"

"Sudah dengar beritanya? Katanya Jungkook Hyung putus dengan Jimin Hyung karna seorang pemuda bernama Min Yoongi."

"Melihat betapa akrabnya teman-temannya Jimin dengan Jungkook dan Yoongi, kurasa memang Jimin yang mencampakkan Jungkook."

"Ya, tak apa dia dicampakkan Jimin kalau mendapat pemuda sekelas Yoongi."

"Eh, tapi sudah dengar beritanya belum? Katanya Yoongi itu adalah Suga yang disebut-sebut sebagai pemimpin dibalik layarnya remaja-remaja nakal di Busan bernama EXO."

"Tidak mungkin, EXO 'kan dipimpin Joonmyeon."

"Tapi menurut kabar yang kudengar sih, Hoseok itu kekasihnya Joonmyeon dan bukan suatu kebetulan biasa 'kan dia dekat dengan Yoongi?"

"Tidak mungkin! Hoseok Oppa bukan gay!"

"Kasihan juga ya Jimin, baru kali ini 'kan dia diputuskan seseorang?"

"Iya, kasihan sekali Jimin Oppa."

Hanya perlu waktu setengah hari, dan serentetan gosip pun melayang ke sana ke mari tanpa aturan. Membuat Jimin yang awalnya dipandang sebagai 'Penjahat' berganti status menjadi 'Korban' untuk sebagian orang. Mereka menatap iba pada Jimin dengan mata-mata kecil mereka itu yang ingin sekali Jimin tusuk dengan garpu dan memasukkannya ke dalam tahu bulat lalu merebusnya dengan api besar.

Demi celana dalam bermotif polkadotnya Jongdae! Apa dosa Jimin sekarang? Dia benar-benar tidak tahan lagi karna Jimin bukan orang yang bisa dikasihani semacam itu! Ia lebih senang dipandang sebagai penjahat kelas kakap ketimbang harus disumbangi tatapan iba yang membuatnya ingin mengacaki rambut Jungkook sekarang juga.

"AKU TIDAK DICAMPAKKAN!" teriak Jimin sembari mengacak rambutnya frustrasi saat lagi-lagi ada beberapa orang Hoobae yang mencegatnya di lorong dan menanyakan perihal 'bagaimana kronologi kandasnya hubungan asmara Park Jimin dan Jeon Jungkook' untuk ke sekian kalinya.

"Yang kuat Hyung," pemuda yang entah siapa namanya itu menepuk pundak Jimin berbelasungkawa. Kenapa tidak menyumbangkan uang atau karangan bunga saja sekalian?

"Aku tahu ini pasti berat, tapi kau harus tegar Jimin Hyung! Kau pasti bisa, kau–"

"Sudah kubilang aku tidak dicampakkan oleh orang itu! Aku! Aku yang mencampakkannya!" Jimin kembali mengacak-acak rambutnya, membuat helaian berwarna rust itu terobrak-abrik dari kondisi rapinya. "Apa perlu aku mencungkil otak kalian dan mencucinya dengan detergen?" tanyanya emosi.

"Ba, baiklah Hyung. Kau tak perlu bersedih begitu karna–"

"KUBILANG AKU YANG MENCAMPAKANNYA SIALAN!" tepat ketika suara melengking Jimin mengudara, Jeon Jungkook dan Min Yoongi melangkah melewati Jimin dan gerombolan pemuda-pemuda tak penting itu. Membuat Jimin membelakan matanya terkaget dan segera menutup belah bibirnya dengan rapat.

Yoongi menatapnya sinis dan berjalan lebih dulu, sementara Jungkook melirik tajam dan membuat bagian belakangnya terasa tersengat. Keduanya berlalu meninggalkan Jimin dengan segudang perasaan bersalah yang terasa mencekik lehernya.

Ya Tuhan. Apa salah hamba?

Jimin benar-benar ingin mencakar wajah sok seksi Jeon Jungkook yang membuatnya frustrasi.

Sialan Jeon Jungkook!

Kita itu hanya mantan! Tapi kenapa aku harus merasa perlu menjaga perasaanmu hah? Kau sendiri tidak menjaga perasaanku! Ini bahkan baru seminggu! Demi Dunia dan seisinya! Menurutmu di mana harus kuletakan hatiku saat melihat kau menggandeng orang lain tepat di depan hidungku?

Ia menjerit tertahan dalam hatinya, tapi Jimin tidak akan mau menunjukkan betapa inginnya jarinya menarik rambut Jungkook sampai botak!

Sial! Astaga!

Jimin dibuat jadi berang sendiri karna ingin sekali menghajar Jungkook sampai bonyok! Kenapa ini harus terjadi padanya? Ia tidak pernah merasa dipecundangi sedemikian rupa! Selama ini Jimin tak pernah peduli dengan orang-orang yang berstatus mantannya.

Hell ya!

Masih banyak orang yang mengantre menjadi calon kekasihnya. Kenapa harus sibuk memikirkan mantan? Itu buang-buang waktu namanya!

Tapi lihatlah apa yang Jimin lakukan sekarang, ia terpaku dengan mata yang menatap nanar saat Jungkook merangkul pundak Yoongi dengan mesra.

Berengsek.

Seorang Jeon Jungkook berhasil membuat ego besar Park Jimin terpatahkan. Benaknya mengharapkan waktu terputar ulang, atau jika saja bisa ia ingin terbangun dari mimpi buruk sialannya ini. Sesuatu yang belum pernah terjadi dan terasa begitu sia-sia untuknya.

Apa Jimin harus berlutut agar Jungkook kembali padanya? Tidak. Tidak mungkin.

Harga diri Jimin itu setinggi langit, dan ia tak mungkin mau merendahkan dirinya kecuali Jungkook lah yang memohon padanya. Tidak perlu sampai mengemis, cukup memohon saja maka Jimin akan menerimanya tanpa perlu berpikir dua kali lagi. Tapi itu tidak mungkin benar 'kan?

Karna mau bagaimanapun juga, sekarang ini, saat ini Park Jimin sudah menjadi mantan kekasih Jeon Jungkook.

.

.

.

Bersambung / Tamat(?)

Happy brithday my Park Jimin.

#Ditendang #dirajam #dibuang #diikat/?

Ikat di ranjangmu Mz. Ikat plis ikat saya :'))

Ok. Aku akui aku agak kejam sama kamu pas di Step Maz :')) makanya demi menghibur hati yang dirundung banyak masalah aku membuat ff ringan ini khusus buatmu Mz Chimchim tertjintah/? :'))

Meskipun dari kemarin aku gak ingin ngapa-ngapain selain tidur dan menangis sebanyak-banyaknya tapi aku memaksakan diri dengan segala kemampuanku membuat ff sederhana ini. Karna seperti yang dikatakan Bang Kook-ie di Step kalau, 'masalah ada dan datang setiap hari' jadi aku pun berusaha mengabaikan masalah-masalah sialan itu untuk sekarang.

Dan apa ya, agak bingung juga sih hahahhaha.

Yap, apa pun itu aku berusaha agar semua ff ku gak terganggu. Apalagi gara-gara galau aku gak jadi nulis chapter depannya Step dan malah bongkar-bongkar folder di Word dan nemuin beta fic lama yang isinya Taehyung death gara-gara masa HYYH dulu, pas 'BTS On Stage Prologue' diluncurkan dan walhasil aku nangis gak berhenti-henti dan maki diri sendiri.

AKU AUTHOR KEJAM GAK BERPERASAAN!

Selanjutnya makin galau dan galau lagi gara-gara itu semua. Shit. Huhuhu.

Btw apa cuma aku yang patah hati gara-gara Mv terbarunya BTS? Gak tahu deh kenapa kental banget MinYoon di sana. Apalagi adegan tutup menutup matanya si Jimin kampret itu buat aku jerit dan teriak gak sadar di pagi hari yang membutakan iman dengan rambut acak-acakan dan mata bengkak habis nangis. Semvakkk! Berasa nonton film BDSMgay porno jadinya! Duh, duh otak saya!

Saat semua orang bilang, 'Selamat datang di Wings era' aku malah bilang, 'Selamat datang di Jimin Uke Era'

SEMVAAK GUA DIBUAT GALAU SAMA DUA MANUSIA LAKNAT ITU! :'))

Aku maunya 'kan TaeGi! Maunya KookMin! Maunya NamJin! Maunya SuHope! Mau–*dibekap.

Ok. Ok. Ok.

Review-nya silakan~

[Samarinda 13 Oktober 2016]

Reina Of El Dorado