"Mulai hari ini kau adalah pendampingku. Kau terikat selamanya denganku. Kesetiannmu hanya untukku. Semua milikmu adalah milikku, begitu juga sebaliknya. Kau sepakat?" sahut seorang pemuda bersurai merah. Mahkota hitam berhiaskan batu permata berwarna senada dengan surainya terlihat berkilat di atas kepalanya. Pemuda yang seluruh pakaiannya berwarna hitam itu saat ini sedang melayang di udara. Di belakangnya bulan purnama nampak sangat terang di temani para bintang dan langit bersih tanpa awan. Beberapa mahkluk mitos dan aneh ikut melayang di sekelilingnya. Pemandangan kota di bawahnya cukup menarik perhatian, tetapi fokus pemuda itu hanya tertuju pada satu titik di atas gunung dimana sebuah bangunan sederhana berdiri.

Bangunan itu adalah sebuah panti asuhan yang saat ini tampak gelap, hanya cahaya bulan yang menyinarinya. Seluruh penghuni panti asuhan itu sudah tertidur lelap. Tangisan bayi dan balita yang biasanya terdengar ditengah malam seperti ini anehnya tidak terdengar sama sekali malam ini. Tiba-tiba ada pergerakan dari dalam panti asuhan. Sang pemuda bersurai merah terus memperhatikannya. Hingga sesosok manusia terlihat berdiri dibalik bayang-bayang pohon di halaman panti asuhan itu. Sosok itu mendongak, memandang langit.

"Apa kau sepakat?" sahut pemuda bersurai merah lagi. Tak ada jawaban. Si pemuda melayang mendekati sosok yang dirasanya sudah sangat dia kenali itu. Dua makhluk mitos mengikutinya. Si pemuda tau, sosok di depannya ini jarang mengeluarkan suaranya. Saat berinteraksi untuk pertama kalinya juga, sosok itu hanya membalasnya dengan siulan merdu. "Jika kau sepakat mendekatlah padaku. Salah satu familiarku akan membawamu ke sisiku."

Si sosok misterius berjalan keluar dari bayang-bayang pohon. Alis si pemuda merah berkedut pelan, bingung karena sosok itu tetap menyembunyikan wajah dan surainya dengan sepotong kain yang menutup kepalanya dan ujungnya dipegangnya erat. Hingga sang familiar membawanya, sosok itu masih belum memperlihatkan wajahnya.

Salah satu tangan si pemuda merah meraih pipi sosok yang saat ini berada dalam pelukannya. "Dengan melakukan ini, kau terikat sepenuhnya denganku." Si pemuda merah mendekatkan wajahnya ke wajah sosok di depannya. Bibir keduanya bertemu selama beberapa menit. Setelah melepas ciumannya, setetes darah mengucur dari sudut bibir sosok di depan si pemuda merah sedangkan si pemuda merah mengusap ujung bibirnya lalu tersenyum puas. "Kau milikku sekarang, –"

Setelah mengucapkan itu, angin tiba-tiba bertiup kencang. Membuat kain yang sejak tadi menyembunyikan wajah dan surai sosok di depannya sedikit berkibar. Si pemuda merah dibuat terpana saat kedua manik dwiwarnanya bertemu dengan manik biru langit yang memantulkan cahaya bulan di depannya.

Lalu, sosok bersurai merah tiba-tiba membuka kedua matanya. Tersadar dirinya masih berada di atas tempat tidur yang nyaman dan dalam ruangan yang hangat bukan sedang melayang di langit malam. Maniknya dengan segera mencari benda kecil berbunyi 'tiktok' yang terletak di atas nakas. Pukul 5.45 pagi. Dirinya terbangun setelah kembali mengalami mimpi yang sudah lama tidak menganggu tidurnya. Karena yakin tidak akan bisa kembali tidur, si pemuda merah memutuskan segera bangun dan berjalan menuju kamar mandi.

Kepalanya kembali memutar ulang mimpinya barusan. Mimpi itu sudah sangat dihafalnya. Sejak kecil dia selalu memimpikan sosok yang memiliki mata seindah langit cerah itu."Siapa dia?"

_Kouhai Notice Me!_


KOUHAI NOTICE ME!

Kuroko no Basket © Fujimaki Tadatoshi-sensei

Story and OCs belongs to Miho Haruka

Rated: T

Pairing: AkaKuro, etc.

Warning: BL, OOC, typo(s), gaje, OC, abal-abal, etc.

Genre : Romance, Friendship, Drama, little bit Humor

Summary: Saat Akashi dan keabsolutannya tak bisa di tentang. Dan saat sesuatu dari dalam mimpi mempengaruhinya/Badsummary/BL/


_Kouhai Notice Me!_

Sebelum dimulainya tahun ajaran baru, sudah menjadi tradisi setiap sekolah untuk melakukan kegiatan bertajuk 'MOS' yang merupakan salah satu program kerja OSIS. Sama seperti yang dilakukan oleh OSIS SMA Rakusei. Pagi ini beberapa siswa baru terlihat sedang terburu-buru memasuki gerbang sekolah yang beberapa menit lagi akan di tutup. Padahal bagi yang terlambat pasti akan diberi hukuman. Lima menit sebelum pagar ditutup, sebuah kendaran megah tiba-tiba melintas dan menarik perhatian para siswa dan siswi yang sedang berjalan setengah berlari menuju gerbang. Kendaraan itu berhenti tepat di depan pintu pagar SMA Rakusei. Seorang pemuda yang duduk di belakang segera turun, wajahnya tertutup sepenuhnya oleh helm hitam yang dikenakannya.

"Arigatoo, Nii-san. Kau menyelamatkan ku," sahut pemuda yang memakai seragam lengkap dan kelewat rapi itu sambil melepas helmnya. Pandangan orang-orang disekitarnya teralihkan kembali ke arah pemuda yang ternyata bersurai baby blue itu.

Pemuda lain yang masih tetap duduk di atas motor besarnya yang berwarna biru gelap juga melepas hemlnya. Semua perhatian teralihkan lagi ke arahnya. "Bukan masalah. Selama kau senang, apapun akan Nii-san lakukan," sahut pemuda bersurai biru gelap dan berkulit tan itu. "Jika kau kesulitan, cari saja Nijimura-niisan atau kau juga bisa langsung menghubungiku," lanjut pemuda itu.

"Sekali lagi arigatoo, Nii-san," sahut pemuda itu lagi. "Kalau begitu aku, pergi dulu. Ittekimasu."

"Itterashai," balas kakak si baby blue. Kalimat barusan membuat orang di sekeliling mereka segera tersadar dan dengan cepat berlari memasuki gerbang sekolah. Pemuda biru gelap masih tetap di tempatnya. Lalu saat gerbang mulai ditutup, si biru gelap menatap intens pada siswa yang sedang menutup pagar. Siswa itu hanya bisa bergidik takut lalu balas menatapnya. "Sakurai, aku titip adikku."

"Ha'i, gomennasai. Aku akan mengawasinya, Aomine-kun," balas pemuda itu yang kemudian dibalas senyuman simpul dari pemuda yang dipanggilnya Aomine. Tak ingin membuang waktu, sesaat setelah Sakurai menutup gerbang, Aomine sudah meninggalkan wilayah sekolah bersama motor besarnya.

_Kouhai Notice Me!_

Suasana ruang OSIS SMA Rakusei sedikt berbeda dari biasanya. Entah kenapa wakil ketua OSIS mereka sedang dalam mood yang buruk hari ini. Karenanya beberapa orang yang berada dalam ruang OSIS – para petinggi OSIS – merasa ketakuan dan ingin segera keluar dari ruangan itu.

"Ohayou, minna-san!" sapa seseorang sambil membuka pintu ruang OSIS.

"Kaichou-cchi!" sahut pemuda bersurai bersurai kuning yang duduk tak jauh dari pintu. Dua orang yang masih berdiri segera duduk di kursi mereka masing-masing saat melihat pemuda yang dipanggil 'Kaichou' itu.

Pemuda lain yang menggunakan kacamata menatap sosok bersurai hitam yang masih setia berdiri di depan pintu, "Ni. Ji. Mu. Ra." Panggilnya penuh penekanan yang hanya dibalas senyuman dari orang yang dipanggilnya.

Nijimura Shuzou, sang ketua OSIS, segera berjalan ringan menuju kursinya yang terletak di sudut ruangan tepat di depan jendela. Nijimura sama sekali tidak memperdulikan keberadaan pemuda bersurai merah di sampingnya yang sejak tadi mengeluarkan aura gelap dan membuat suasana ruang OSIS semakin suram. "Kise, bagaimana keadaan pagi ini?"

Pemuda bersurai kuning segera bangkit dari duduknya, "menurut laporan, ada beberapa siswa yang terlambat-ssu. Saat ini mereka masih menjalani hukuman membersihkan lapangan basket-ssu." Setelah menyelesaikan laporannya Kise segera duduk.

Tiba-tiba hawa ruang OSIS semakin terasa menakutkan. Sosok di sebelah Nijimura terus saja mengeluarkan aura yang semakin tidak bersahabat. Membuat empat orang lainnya, termasuk Nijimura juga, bergidik ngeri sambil berusaha untuk tidak melirik sumber aura tersebut.

Nijimura berdehem pelan, berusaha menarik semua perhatian kearahnya. "Baiklah, aku akan mengeceknya nanti. Lalu, bagaimana dengan tugasmu, Hyuuga?" perhatian beralih pada pemuda berkacamata yang memiliki surai sewana dengan Nijimura.

Pemuda yang dimaksud berdiri, lalu berdehem pelan. "Seluruh siswa baru sudah melihat pembagian kelas dan tidak ada keluhan apapun. Saat ini mereka sedang menerima bimbingan dari guru yang bertugas di kelas masing-masing," sahut Hyuuga Junpei, jabatannya di OSIS adalah sebagai sekretaris.

Nijimura mengangguk. Aura gelap pemuda di sebelahnya juga sudah mulai berkurang. "Kegiatan setelah ini apa, Momoi?" tanya Nijimura pada satu-satunya gadis di ruangan itu.

Momoi Satsuki, bendahara OSIS, berdiri dari duduknya, surai sewarna kelopak sakura miliknya ikut bergerak seirama dengan gerakan tubuhnya. "Setelah ini, para siswa baru akan diarahkan keliling sekolah oleh panitia yang bertugas, Nijimura-san." Nijimura mengangguk pelan sambil tersenyum puas, ini berarti tak ada masalah tambahan lagi. "Tapi…" Momoi ragu-ragu melanjutkan.

Seketika seisi ruangan merasakan firasat buruk. Sekilas mereka melirik ke arah pemuda bersurai merah yang sepertinya sebentar lagi akan berubah menjadi sosok yang lain sesuai julukannya, 'Iblis OSIS SMA Rakusei.'

"Ada apa, Momoi?" tanya Nijimura yang langsung mendapatkan tatapan membunuh dari ketiga orang di depannya.

Momoi dan Kise menelan ludah gugup, sedangkan Hyuuga hanya bisa pasrah dengan nasibnya selanjutnya. Nijimura yang paling santai, selain karena ketua OSIS, dia juga tidak akan mendapatkan nasib yang sama seperti ketiga manusia di depannya.

"Ano…" Momoi masih ragu-ragu. Bagaimanapun juga, apa yang akan dia ucapkan pasti akan berimbas padanya dan dua orang rekan senasibnya walau itu sama sekali bukan kesalahn mereka. "Para guru memutuskan untuk menambah jam bimbingan. Jadi, waktu untuk keliling sekolahnya harus diundur setelah makan siang dan kegiatan setelahnya juga harus sesuaikan agar para siswa bisa pulang tepat waktu."

Sesaat setelah laporan Momoi selesai, ruang OSIS menjadi sunyi hanya bunyi jam di dinding saja yang terdengar. Semua orang sebisa mungkin bernafas tanpa ada suara sedikit pun. Mereka duduk tegang di kursi masing-masing. Menunggu respon pemuda bersurai merah yang tanpa dilihatpun aura gelap nan kelam sedang melingkupinya.

"Momoi," panggil pemuda itu dengan suara yang membuat siapapun yang mendengarnya akan bergidik ngeri.

"Ha'I, Akashi-kun?" sahut Momoi pelan. Suaranya sedikit bergetar. Dia dan yang lain sering menghadapi Akashi yang sedang bad mood, tapi baru kali ini mereka bertemu dengan Akashi yang seperti ini. Sepertinya hari ini mood Akashi benar-benar sangat buruk.

Akashi Seijuurou, menjabat sebagai wakil ketua OSIS sekaligus penyandang julukan 'Iblis OSIS SMA Rakusei, berdiri dari duduknya dan berjalan menuju pintu, "siapa guru yang berani merusak jadwal yang telah aku buat?"

Semua orang seketika memandang ke arah Akashi, horor. Pandangan mereka kemudian teralihkan pada benda mengkilat di tangan kiri Akashi. Benda yang selalu berada di dalam saku celana Akashi itu pagi ni menunjukkan kilau ketajamannya. Momoi dan Kise susah payah menelan ludah lalu menatap Nijimura dengan tatapan memohon pertolongan. Sedangkan Hyuuga hanya bisa menaikkan kacamatanya sambil mendoakan guru yang dimaksud dalam hati.

Tidak tahan dengan tatapan memohon Momoi dan Kise, Nijimura kemudian berdiri dari duduknya dan menghampiri Akashi yang masih menunggu jawaban dari Momoi. "Akashi, masalah itu kita selesaikan nanti saja. Saat ini yang harus kita prioritaskan adalah menyesuaikan jadwal hari ini. Ayo kembali ke kursimu, kita akan rapat sekarang."

Berkat pertolongan Nijimura, Akashi berhasil dihalau untuk keluar dari ruang OSIS pagi ini. Setelah Nijimura dan Akashi duduk di kursinya masing-masing, mereka berlima segera memulai rapat. Setengah jam kemudian, rapat berjalan dengan lancar meski beberapa kali Akashi memperlihatkan ujung gunting tajamnya pada Kise. Mereka kemudian bersiap-siap keluar ruangan untuk patroli sebelum Hyuuga tiba-tiba menghentikan langkah Nijimura yang berjalan paling depan. Nijimura hanya melemparkan pandangan bertanya.

"Soal data siswa yang kau minta padaku kemarin, aku sudah mendapatkannya," ucap Hyuuga sambil memegang beberapa lembar berisi data seorang siswa dengan sebuah foto di ujungnya. Entah kenapa foto itu sedikit menarik perhatian Akashi yang ikut terhenti tepat di belakang Nijimura.

Senyum lebar menghiasi wajah Nijimura seketika. Dengan langkah cepat dia segera menghampiri Hyuuga yang masih duduk di kurisinya. "Apa yang kau temukan?" tanya Nijimura. Dia terlihat sangat bersemangat.

Hyuuga sejenak terkejut menlihat reaksi NIjimura, tak hanya Hyuuga, Kise dan Momoi juga sama. Akashi hanya mengerinyitkan dahi melihat sikap Nijimur a yang tidak seperti biasanya.

"Dia masuk kelas VVIP. Nilainya juga lumayan tinggi. Siapa dia sebenarnya?" Hyuuga menyerahkan berkas di tangannya kepada Nijimura.

Nijimura dengan cepat mengambilnya dan membaca sekilas. Senyumnya semakin lebar. "Hebat. Dia benar-benar melakukannya! Sasuga! Aku harus segera menemuinya sekarang!" ucap Nijimura kembali membaca tulisan di kertas di tangannya.

"Hei, Nijimura. Apa hubunganmu dengan Aomine Tetsuya itu?" tanya Hyuuga sedikit kesal karena Nijimura mengabaikannya. Saat ini jidatnya sedikit berkedut.

Momoi tersentak mendengar nama yang tidak asing baginya, dia segera menoleh, "Aomine Tetsuya? Kau ada perlu dengan Tetsu-kun, Nijimura-san?" sahut Momoi.

"Kau kenal orang ini?" tanya Hyuuga kaget.

Kise terlihat sedang berpikir, nama Aomine berputar-putar di dalam kepalanya. "Aomine? Maksudnya Aomine-cchi?" tanya Kise.

"Ya, Aomine Tetsuya itu adiknya Daiki-chan." Ucapan Momoi membuat dua orang di ruangn itu membeku seketika.

"Si Aomine yang itu? Punya adik semanis ini? Kau bercanda!" pekik Hyuuga tidak terima sambil memperlihatkan foto siswa yang sedang mereka bicarakan. Dunia tidak mungkin tidak seadil itu padanya. Kenyataan ini sangat kejam baginya.

Kise terpaku sejenak. Kemudian aura bunga-bunya keluar dari tubuhnya. "KAAAWAAAIIII! APA-APAAN INI? SIAPA DIA? APA DIA BONEKA? TIDAK, BONEKA TIDAK MUNGKIN BERWAJAH SEPERTI INI. DIA PASTI MALAIKAT! YA! DIA PASTI MALAIKAT! TENSHI-CCHI!" pekik Kise tak tertahankan.

Momoi yang mendengarnya hanya bisa menutup telinga sambil tersenyum kecil. "Dia memang adik Daiki-chan. Adik kandungnya. Jika kalian bertemu orang tuanya, kalian pasti mengerti."

Setelah bisa kembali tenang karena kenyataan yang sungguh sangat mengejutkan bagi Hyuuga dan Kise, mereka bertiga kemudian memandang Nijimura yang masih saja tersenyum lebar. Sadar sedang dipandangi dengan tatapan aneh, Nijimura kemudian memasang ekspresinya yang biasa. "Eh, kalian bertanya tentang hubunganku dengannya. Hmm, kupikir ini tidak penting jadi aku diam saja. Sebenarnya aku kakak sepupu Aomine," ucap Nijimura sambil menunjuk dirinya sendiri kemudian tersenyum. Tak ada respon dari ketiga orang di depannya yang saat ini menatapnya dengan pandangan kosong, seakan-akan jiwa mereka pergi entah kemana. "Yosh, sudah waktunya patroli. Ayo berangkat. Akashi kita akan–" kalimat Nijimura terpotong karena manik hitamnya tidak menemukan sosok pemuda yang dimaksud. "Kemana Akashi?"

Pertanyaan Nijimura berhasil memanggil kesadaran ketiga orang didepannya yang kemudian mengedarkan pandangannya ke seluruh ruangan dan tidak menemukan sosok Akashi juga.

"Lagi-lagi dia pergi sendirian," gumam Nijimura.

Tak ada yang menyadari bahwa Akashi segera keluar ruangan sesaat setelah Hyuuga menyebutkan nama adik Aomine Daiki.

_Kouhai Notice Me!_

"Mulai saat ini kalian adalah siswa siswi kelas VVIP. Seluruh fasilitas dan kebijakan sekolah untuk kalian bisa kalian pergunakan setiap hari. Yang harus kalian lakukan adalah tetap berprestasi dan jangan sampai prestasi kalian menurun. Sedikit saja ada penurunan, hal itu akan berdampak pada kemungkinan kalian bertahan di kelas ini. Saya harap kalian camkan itu baik-baik–"

"Maaf menyela, Sensei," sahut seorang anak bersurai hijau sambil mengangkat tangan kanannya.

"Ada apa, Midorima Shintarou-kun?" balas si guru setelah melihat sejenak ke buku absen yang di pegangnya.

"Saya rasa anak ini sedang sakit, Sensei. Saya izin membawanya ke ruang UKS nanodayo. Tapi ini bukan berarti saya peduli nanodayo." Midorima menunjuk siswa yang duduk di belakangnya tepat disamping jendela dan dikursi paling belakang.

Alex-sensei mengerinyiit sejenak. Dia tidak melihat ada orang lain di belakang Midorima. Baru setelah Midorima membantu sosok yang dimaksudnya berdiri, Alex-sensei bisa melihatnya dengan jelas. "Baiklah, tapi setelah itu segera kembali ke kelas."

Midorima kemudian membungkuk pelan, lalu keluar kelas dengan pemuda bersurai baby blue di sebelahnya. "Kau tidak demam, tapi suhu tubuhmu dingin sekali nanodayo. Kau bahkan pucat nanodayo. Apa kau sarapan tadi pagi nanodayo?" tanya Midorima ditengah perjalanan mereka menuju ruang UKS khusus kelas VVIP. "Bukan berarti aku peduli padamu nanodayo."

Tak ada jawaban dari si sosok bersurai baby blue. Sepertinya dia benar-benar sakit hingga kehilangan kesadaran. Midorima lalu mempercepat langkahnya.

Saat sampai di ruang UKS Khusus, Midorima tidak menemukan keberadaan satu orangpun perawat di ruangan itu. Tanpa berpikir lama, dia segera membawa tubuh lemas yang bersandar padanya itu ke salah satu ranjang di sudut ruangan. Setelah membaringkan sosok itu dan menyelimutinya, Midorima menutup tirai pembatas antar ranjang sehingga sosok itu tidak terganggu kehadiran orang lain. Midorima kemudian berjalan menuju meja perawat dan menuliskan identitas sosok itu di sebuah buku.

Nama : Aomine Tetsuya.
Kelas : VVIP
Gejala : Suhu tubuh dingin, wajah pucat.

Setelah mengisi data milik teman sekelasnya, Midorima segera keluar dari ruangan dan tidak sengaja berpapasan dengan orang yang telah dikenalnya sejak lama.

Kenapa jantungku tiba-tiba berdetak kencang saat berjalan di koridor ini? Apa akan terjadi sesuatu?,batin sosok bersurai merah yang tidak merasa dirinya sedang diperhatikan.

"Akashi…. –senpai!" sahut Midorima sedikit kikuk teringat dirinya adalah seorang adik kelas Akashi.

Akashi menoleh ke sumber suara dan segera memasang ekspresinya yang biasa. "Shintarou, ya. Tidak usah memanggilku dengan imbuhan 'senpai'. Cukup panggil aku seperti biasa. Dan apa yang kau lakukan disini?"

Midorima mengangguk mengerti. "Baiklah. Aku baru saja mengantarkan seorang siswa ke ruangan ini nanodayo, " jawab Midorima sambil bergeser sedikit dari depan pintu, memberi celah bagi Akashi untuk melihat siswa yang dimaksudnya,tentu saja kalau Akashi ingin. Lagipula sangat jarang Akashi tertarik pada orang lain yang tidak ada hubungan dengannya, jadi Midorima yakin kalau Akashi pasti hanya akan melewatinya.

Tetapi Midorima salah. Akashi tidak kembali melanjutkan langkahnya. Dia justru bergumam pelan. "Siapa siswa itu? Apa dia baik-baik saja?"

Pertanyaan Akashi membuat Midorima tersentak kaget dan menatap Akashi dengan pandangan tidak percaya. Tetapi ketika Akashi balas menatapnya dengan pandangan kesal meminta jawaban, Midorima segera tersadar dan berdehem pelan. "Dia teman sekelasku nanodayo. Namanya Aomine Tetsuya –"

Tepat saat Midorima menyebutkan nama siswa yang sedang mereka perhatikan, angin tiba-tiba berhembus kencang dan membuat tirai pemisah sedikit berpindah dari tempatnya. Membuat kedua manik merah Akashi menangkap sebuah warna yang entah kenapa terasa sangat menenangkan dan membawa perasaan rindu yang tidak bisa Akashi jelaskan.

"–kurasa setelah beristirahat sejenak, dia akan membaik nanodayo. Ini bukan berarti aku peduli nanodayo."

Akashi tidak mendengar kalimat yang diucapkan Midorima dipertengahan, seluruh perhatiannya telah terjerat pada sosok berkulit pucat yang sedang tertidur di sana. Tidak biasanya Akashi seperti itu, dan entah kenapa dia merasa tidak peduli soal itu. Kedua maniknya tidak mau teralihkan dari objek di ujung sana. Degupan jantungnya juga semakin cepat. Jika bukan karena tepukan bahu dari Midorima yang menyadarkannya, Akashi mungkin akan terus berdiri kaku di tempatnya selama beberapa puluh menit kedepan.

"Aku sudah harus kembali ke kelas nanodayo. Sampai ketemu nanodayo," pamit Midorima kemudian menutup pintu UKS.

Karena aksesnya menatap sosok itu telah tertutup, Akashi kembali melanjutkan patrolinya tetapi seluruh pikirannya hanya berisi tentang sosok bersurai baby blue dan berkulit pucat itu. Selain itu namanya juga terngiang-ngiang di telinga Akashi "Aomine Tetsuya," gumamnya pelan kemudian disusul seringai tipis yang tetap melekat hingga beberapa jam kemudian.

_Kouhai Notice Me!_

"Kau yakin bisa, Tet-chin?" tanya pemuda yang memiliki tinggi tidak normal serta bersurai ungu sambil mengelus kepala pemuda yang lebih pendek darinya.

"Aku baik-baik saja, Murasakibara-kun. Dan tolong hentikan itu, kepalaku masih sedikit sakit," balas pemuda bersurai baby blue, Aomine Tetsuya.

Murasakibara menurut tanpa protes, kedua tangannya kembali dia sibukkan untuk mengambil kentang goreng yang dibawanya.

Saat ini mereka sedang melakukan tur keliling sekolah setelah sebelumnya menikmati menu makan siang mereka. Murasakibara Atsushi, yang dijuluki titan ungu itu sekelas dengan Aomine Tetsuya dan merupakan teman sejak kecil. Jadi keduanya selalu berjalan bersama-sama.

"Jika kau lelah, segera beritahu aku, Tet-chin," sahut Murasakibara tiba-tiba saat mereka sedang menaiki tangga menuju ruang klub.

"Kau sebaiknya mendengar perkataan Murasakibara nanodayo," sahut Midorima tiba-tiba.

"Dare?" tanya Murasakibara sambil melirik Midorima sengit. Dia tidak suka ada orang yang tiba-tiba sok kenal dan menyela percakapannya dengan Tetsuya.

"Dia orang yang tadi membawaku ke UKS, Midorima Shintarou-kun," sahut Tetsuya.

Midorima lagi-lagi dibuat terkejut dan segera menatap Tetsuya. "Kau tau?" pertanyaannya dijawab dengan anggukan dan senyuman kecil.

"Hei, kalian disana! Jangan hanya ngobrol ayo segera jalan!" tegur panitia yang bertugas menuntu siswa siswi kelas mereka.

"Ha'i," sahut ketiganya.

Semenara itu, dari sebuah ruangan yang bergaya Jepang. Akashi sedang membereskan papan shogi yang baru saja digunakannya. Sekarang sudah waktunya tur keliling, jadi dia harus mengosongkan ruang klub shogi sehingga para siswa siswi baru bisa melihatnya dari dekat.

Saat tangannya menyentuh ganggang pintu ruang klub shogi, lagi-lagi Akashi merasa jantungnya berdegup kencang. Akashi mulai was-was. Tepat saat pintu didepannya terbuka, maniknya kembali menangkap sebuah warna yang sama dengan warna yang ditemuinya di UKS beberapa jam yang lalu. Dia kembali membeku di tempat. Tubuh dan pikirannya seperti kehilangan fungsi sejenak. Hingga sosok itu berlalu di depannya dan sebuah bau yang harum dan manis, juga membuatnya rindu mengikuti sosok itu, Akashi masih belum tersadar sepenuhnya.

"Tet-chin, kau mulai kelelahan?" pertanyaan dari sosok ungu di sebelah sosok yang sejak tadi memaku pandangan Akashi akhirnya menyadarkannya. Dan saat sosok ungu itu meletakkan telapak tangannya di atas kepala sosok yang yang jauh lebih pendek itu, entah kenapa Akashi diliputi perasaan aneh. Dia merasa tidak suka dan dadanya terasa sakit. Akashi sama sekali tidak mengerti.

Dan ketika rombongan sosok itu akan berbelok menuju koridor lain, seperti sedang dirasuki sesuatu Akashi tiba-tiba bersuara keras. "Hei!" panggil Akashi.

Sosok itu masih terus berjalan, sosok ungu di sebelahnya juga. Yang berbalik justru orang lain yang sama sekali Akashi tidak perduli.

"Hei!" panggil Akashi lagi. Sambil terus menatap punggung sosok pendek bersurai baby blue.

Siswa lain yang awalnya berbalik karena merasa dipanggil kemudian mengikuti arah pandang Akashi dan terkejut menyadari ada orang lain di depannya. Dia segera menepuk pundak orang itu. "Aomine, sepertinya kau dipanggil orang itu," sahutnya lalu menunjuk Akashi yang berdiri tak jauh dari mereka.

Dari jauh Akashi memperhatikan gerak-gerik beberapa anak baru di depannya. Sosok yang sejak tadi menarik perhatiannya berbalik menghadap siswa bersurai coklat itu kemudian membungkuk sejenak, siswa bersurai coklat itu terlihat terdiam beberapa detik dengan wajah memerah kemudian tersenyum kecil. Sosok bersurai baby blue kemudian berbalik ke arah Akashi. Akashi lagi-lagi dibuat membeku di tempatnya saat menatap sepasang manik secerah langit itu. Dan kembali, perasaan tidak asing dan menenangkan juga membuat rindu dirasakan Akashi sekali lagi. Akashi tidak menyadari sosok itu berjalan mendekatinya karena fokus kedua matanya terkunci pada manik biru langit itu.

"Kau baik-baik saja?" tanya sosok itu, Akashi tersadar setelah melihat perasaan cemas terpancar dari kedua mata itu. "Kau baik-baik saja?" tanyanya sekali lagi karena Akashi tidak menjawab.

Saat akan menjawab, Akashi tiba-tiba diserang rasa sakit yang luar biasa di kepalanya. Dia sampai tertunduk dan sosok di depannya bergerak cemas. Ada apa denganku? Kenapa kepalaku tiba-tiba terasa sakit?, batin Akashi sambil memegang kepalanya.

"Hei, kau kenapa?" lagi-lagi suara dari sosok itu terdengar dan sakit kepala Akashi semakin bertambah.

'Mulai hari ini kau adalah pendampingku. Kau terikat selamanya denganku. Kesetiannmu hanya untukku. Semua milikmu adalah milikku, begitu juga sebaliknya. Kau sepakat?'

Suara siapa itu?, batin Akashi, sebuah suara yang familiar berdengung di kepalanya.

'Apa kau sepakat? Jika kau sepakat mendekatlah padaku. Salah satu familiarku akan membawamu ke sisiku.'

Lagi, suara itu kembali terdengar. Akashi lagi-lagi merasakan kepalanya semakin sakit. Sekarang nafasnya mulai terasa berat.

"Dengan melakukan ini, kau terikat sepenuhnya denganku."

"Kau milikku sekarang, –"

"–Tetsuya."

"Tetsuya," lirih Akashi sambil masih memegang kepalanya.

Sosok didepan Akashi terkesiap, "kau memanggilku? Ada apa? Apa ada yang bisa kubantu?"

"Akashi!" panggil Midorima tiba-tiba. "Dia kenapa nanodayo?" tanya Midorima setelah dirinya berdiri di sisi Akashi yang masih kesakitan.

"Kami tidak tau, dia tiba-tiba saja jadi seperti itu. Iya kan, Tet-chin?" jawab Murasakibara yang ternyata sejak tadi terus berada di sisi Tetsuya.

Midorima mengerinyit bingung. Sekali lagi, tidak biasanya Akashi seperti ini. "Aku akan membawanya ke UKS nanodayo. Kalian duluan saja nanodayo," usul Midorima yang untuk kedua kalinya mengantar orang lain ke UKS.

Tetsuya memandang kepergian dua orang yang baru ditemuinya hari ni dengan perasaan cemas. "Semoga orang itu baik-baik saja," gumam Tetsuya lalu berbalik mengejar rombongan kelasnya. Murasakibara dengan setia mengikut di belakang.

_Kouhai Notice Me!_

Hari ke dua MOS SMA RAkusei, tidak biasanya Akashi berdiri di depan gerbang sejak gerbang itu terbuka. Hari ini yang piket jaga gerbang adalah Kiyoshi Teppei, tetapi karen Akashi bersikeras menggantikannya, Kiyoshi ditunjuk untuk mengawasi siswa yang akan diarahkan ke aula.

Setiap siswa siswi yang melewati pagar tidak luput dari pandangan Akashi. Akashi memperhatikan mereka dengan intens, membuat sebagian besar dari siswa siswi baru itu mempercepat langkahnya ketika melewati gerbang.

Sejak kemarin Akashi memang terihat aneh. Pagi ni juga dia seperti sedang mencari seseorang. Tetapi sampai pagar ditutup sepertinya orang yang dicarinya tidak kunjung muncul di depannya. Hal itu membuat mood Akashi lagi-lagi memburuk saat memasuki ruang OSIS.

"Bagaimana tugasmu hari ini, Akashi?" tanya Nijimura sesaat setelah Akashi duduk di kursinya.

"Tak ada seorang pun yang terlambat," lapornya kalem. Meski terlihat bersikap biasa saja, keempat orang di ruangan OSIS itu tau Akashi sedang dalam mode yang tidak bisa diganggu.

"Ah, begitu? Kemajuan yang pesat sekali," sahut Nijimura lalu beralih kepada ketiga orang lain di depannya. "Apa ada hal lain yang harus dilaporkan?" pertanyaannya dijawab dengan gelengan serentak. "Baiklah. Jadi hari ini tugas kita tidak banyak. Kalian bisa bersantai sejenak disini," putus Nijimura kemudian menyandarkan punggungnya ke sandaran kursi.

Suasana menjadi cukup tenang sejak Nijimura mengumumkan mereka bisa bersantai di ruang OSIS sejenak. Tetapi satu hal yang menganggu ketenangan ruangan itu, mulai beberapa menit yang lalu Nijimura terus menghela nafas berat yang mengundang rasa penasaran ketiga orang lainnya –tak perlu tanyakan soal Akashi. Mereka bertiga terus memperhatikan gerak gerik Nijimura hingga tiba-tiba Akashi berbalik menghadap ke arah Nijimura.

"Nijimura-san, siswa yang kalian sebut kemarin sepertinya tidak hadir hari ini," sahut Akashi. Tatapan kaget diarahkan padanya, tak terkecuali Nijimura. Mereka bertanya-tanya kenapa Akashi bisa mengenali siswa yang mereka maksud padahal fotonya saja tidak pernah Akashi lihat dan hanya mendengar namanya saja.

Terlepas dari rasa terkejutnya, Nijimura menghela nafas. Pandangan kembali terfokus padanya. "Bisakah kalian jangan mengingatkanku tentang dia. Ini sungguh terasa berat. Aku baru saja menerima berita buruk itu beberapa jam yang lalu." Perkataan Nijimura membuat masing-masing orang memiliki spekulasi tersendiri dalam kepalanya.

"Apa terjadi sesuatu yang buruk pada Tetsu-kun?" tanya Momoi tiba-tiba merasa cemas dan panik.

"Dia kenapa-ssu?" sahut Kise tak kalah cemas dan paniknya dengan Momoi.

Hyuuga dan Akashi hanya terdiam menunggu lanjutan kalimat Nijimura.

"Hari ini sampai kegiatan MOS ini berakhir, dia tidak akan bisa hadir ke sekolah." Lagi-lagi helaan nafas berat dari Nijimura. Dia terlihat terpuruk sekali hanya karena adik sepupunya tidak bisa datang ke sekolah.

"Kenapa? Apa terjadi sesuatu?" tanya Momoi lagi.

"Entahlah. Sepertinya sejak pulang kemarin badannya tiba-tiba panas. Lalu dokter menyarankannya untuk beristirahat di rumah selama beberapa hari," jawab Nijimura.

"Kalau begitu kita harus menjenguknya-ssu!" usul Kise. Yang hanya ditatap tanpa ekspresi oleh Hyuuga.

"Memangnya kau siapanya? Dia kan belum kenal dengan kau, Kise." Kalimat Hyuuga berhasil membawa Kise ke pojok ruangan.

"Kalau aku dan Nijimura-san bisa saja menjenguknya. Soalnya aku teman masa kecilnya Tetsu-kun. Tetapi belakangan ini jadwalku padat. Sepertinya aku tidak akan sempat menjenguknya," sahut Momoi.

Lagi helaan nafas berat dari Nijimura, "bukan hanya kau Momoi. Aku juga. Apalagi dengan ujian yang sebentar lagi datang, aku diharuskan mengikuti kursus setiap hari."

Ditengah suasana ruang OSIS yang beraura suram itu, hanya Akashi saja yang tetap seperti biasa. Meski sebenarnya dia juga merasa khawatir dan sediki bingung kenapa dia bisa merasa begitu. "Nijimura-san, kenapa kau bisa tau hal sedetail itu tentang Aomine Tetsuya?"

Keempat orang disana terdiam sambil meleparkan tatapan bingung. Mereka lalu saling berpandangan dan teringat kemarin Akashi buru-buru keluar ruangan.

"Aku kakak sepupunya," jawab Nijimura sedikit bangga. Tanpa sadar jawaban itu telah memnbua sisi lain Akashi mulai aktif sepenuhnya.

_Kouhai Notice Me!_


Here I present, my new story / hehehe/

Ide cerita ini udah lama saya pikirkan tapi baru sempat saya tulis sekarang /gomennasai/
Idenya turun dari langit waktu saya lagi dengar arahan dari guru saya /efek pikiran nggak fokus XD/

Trus kalo ada typo(s) dan bahasa yang kurang jelas, mohon dimaafkan. :')

Ditunggu reviewnya, Minna-san to Senpai tachi…. ^.^

Oh iya, hari Kuroko ultah! /tebar vanilla milkshake lagi/

Otanjoobi Omedeto, Kuroko-kun, wish you all the best and semoga jadi semakin kawaii… ^.^
Trus langgeng sama….. ^.^ /you know what I mean/
FF ini anggap saja kado dariku untukmu ^.^

TBC or DELETE?