Descendant Of Bellum Soldier

NarutoXFT

Disclaimer: not me

Rate: M

Genre: Adventure

Pair: Naruto X …

Arc 1: Rebellion of Bellum


Menatap kearah kepulan asap hitam dibawah sana sambil menahan amarah, tubuhnya yang telah luka dimana-mana tetap berdiri melawan akal sehat manusia. Tersisa tekad bertahan hidup yang membuatnya masih bisa berdiri hingga kini. pikirannya yang berkecamuk akan berbagai hal dalam waktu yang sama tidak membantu juga.

Dia bisa merasakannya, katakutan, kesengsaraan, putus asa, dia bisa merasakan semua kenegatifan itu sejelas dia melihat mahluk nyata. Mungkin dia tidak akan bisa ada disini bila bukan karena mereka yang telah berkorban, seharusnya dia sudah tau kebodohan macam apa yang akan terjadi bila mengganggu naga tidur.

"Sialan!", kebodohan apa yang membuatnya berfikir kalau dia bisa membunuh naga, mahluk yang menjadi subjek perang mereka tiga tahun ini. Harusnya dia tahu dibutuhkan sedikitnya lima batalion hanya untuk satu naga saja dan disinilah dia sekarang, kabur dari naga yang rencananya akan dia butuh ketika tertidur.

walaupun dia adalah salah satu kesatria kerajaan tetap saja dia masih tidak cukup kuat untuk membunuh kadal besar itu. Sihirnya juga tidak terlalu banyak membantu... Bah! dia tidak pernah seorang penyihir yang hebat.

"naga sialan", sembari bersandar dipohon besar dientah berantah kini. Kegelapan telah datang dan disinilah dia. Menunggu untuk diterkam oleh mahluk liar lainnya. "Lebih baik mati saja tadi.", lukanya terlalu banyak untuk dia urus dan lagi pula dia bukanlah seorang penyihir penyembuh. satu-satunya cara untuk dia selamat dari situasinya kini adalah sesegera mungkin sampai didesa terdekat yang dimana itu sekitar beberapa bukit untuk diputari atau menunggu disini dan berharap ada pemburu atau penebang pohon atau siapapun itu untuk menemukannya yang dimana tidaklah mungkin apalagi setelah mereka tahu ada naga diareal ini. mungkin mati bukanlah pilihan yang buruk untuk dirinya.

dengan sisa sihir yang masih ada didalam dirinya dia menembakan jarum api kearah ranting-ranting kering yang ada dihadapannya hingga terbakar menemani dirinya untuk malam ini. mengingat kembali apa yang terjadi pagi tadi, ketika teman-temannya terbantai satu persatu. Well..., dia tidak begitu menyukai mereka juga.

Mencoba mengingat nama yang dikatakan oleh naga tersebut tadi. dengan lidah naganya dan bahasa aneh itu apa yang diharapkan naga itu dalam memberitahukannya. "Acknologia, memalukan sekali kalah kepada naga level rendah seperti itu."

"Sialan"


Penduduk dikumpulkan dialun-alun kota menunggu keputusan yang telah dibuat oleh raja terhadap beberapa hal yang terjadi belakangan ini. Seseorang dengan pakaian mewah berdiri diatas podium kayu yang kini telah dikerumuni orang-orang. membuka perkamen tersebut dan berteriak lantang.

"Dengarlah-dengarlah! Dengan ini mereka yang melindungi, mengikuti, pemberontak akan dihukum seberat-beratnya dengan hukuman pancung. Mereka yang membantu secara logistik atau bahkan menjadi seorang pemberontak akan dihukum mati beserta keturunannya. Tertanda yang mulia William Dratsab." ucapannya diakhiri dengan penduduk yang dikepung oleh pasukan istana.

Naruto kecil yang tidak tahu menahu segera ditarik oleh sang ayah makin dekat. Mata biru lautnya yang memancarkan ketakutan ketika melihat lingkaran sihir pasukan yang mulai terbentuk satu persatu. Banyak penduduk yang ketakutan terutama wanita dan anak-anak sedangkan ada juga yang melawan. mendorong pasukan sihir yang tidak tergoyahkan.

ayahnya menatap Naruto tersenyum sambil mengatakan tidak akan ada apa-apa yang terjadi. " Naruto..., ingat yang ayah ajarkan ketika takut?"

Naruto kecil mengangguk pelan gemetar." Tutup mata dan hitung hingga sepuluh tou-san", ucapnya. Ayahnya mengangguk sambil mengacak-acak rambutnya.

"tutup matamu Naruto, tou-san yang akan menghitung ya" Naruto hanya mengiyakan saja. teriakan orang-orang makin tidak terkontrol, kekerasan yang terjadi ketika mulai terdengar sahut-sahutan dari bagian ujung barisan.

"1...2...3...4...5...6...7...8...9..." Hitungan itu terputus ketika suara sihir terdengar.


Wajahnya terdapat bekas sungai yang kering, matanya merah. nafasnya yang tersenggal-senggal seolah baru saja berlari. masa lalu yang tidak pernah hilang dari dirinya seolah melekat bagai kutukan.

berapa lama sudah itu berlalu? sialan.

seorang kesatria sihir Bellum yang memiliki masa lalu gelap. satu-satunya anak yang selamat dari eksekusi masal dari seorang raja gila. Naruto rela melakukan apa saja demi membunuh pria tersebut, apapun. bahkan bila itu berarti menjadi seorang kesatria sihir yang dulu membunuh desanya. apapun demi membunuh raja itu.

"tidak akan lama lagi yah, tidak lama lagi"

memeriksa pedang sihirnya yang penuh akan darah naga kemarin, baunya sangat menjijikkan. Naruto melempar pedang tersebut jauh yang kemudian dilain waktu menjadi pedang dari seorang petani yang menggulingkan raja William dari Bellum.

"aku harus bergegas" Naruto pergi kearah kerajaan Bellum untuk melapor apa yang telah terjadi kepada kelompoknya. tidak salah lagi dia akan dicaci maki oleh atasannya. dia benci orang tua itu.

wilayah Bellum terbagi menjadi dua areal padang pasir yang hampir sebagian besar dan juga wilayah rerumputan. Kota yang berdiri didasari kekerasan, kota makmur.

kerajaan yang diapit oleh dua kerajaan besar yang dimana saling berperang dan Bellum selalu menjadi medan perangnya. mungkin itu yang membuat Bellum kemudian mendirikan pasukan terbaik. kesatria sihir pertama di Earthland. mereka yang mampu menumpas segala macam musuh, pasukan dengan kekuatan tiada tara dan kecepatan bak pasukan kuda. pasukan yang dinaungi oleh raja Bellum langsung.

Naruto adalah anggota dari pasukan menakutkan tersebut. menaiki tingkat demi tingkat demi mencapai tujuannya.

udara laut menerpa wajahnya walaupun tidak terlihat apa-apa selain pasir sejauh mata memandang. tidak jauh kemudian hamparang laut terlihat, mematung Naruto diam seribu bahasa.

harusnya dia tidak jauh dari ibukota, dia ada di areal ujung barat Bellum ketika melawan naga itu. apa yang salah?

"Sialan..., seberapa jauh kadal itu menerbangkan diriku."

GRAAAHHH...

Naruto memicingkan matanya kearah pesisir. melihat sosok monster besar, lebih besar dibandingkan naga yang sebelumnya dengan kulit seperti tringgiling. dia sedang bertarung tapi, dengan siapa?, karavan kemudian terhempas melewati Naruto beberapa centi.

"Waw..., tidak usah ikut campur urusan mereka. masalah mereka untuk mereka dan masalahku untuk diriku." Naruto bergumam masih melihat monster tersebut mengamuk memukul-mukul pasir. ada caravan disana, tujuan mereka pasti kabur dari Bellum. tidak mungkin seorang pedagang, yang melewati pesisir hanyalah mereka yang kabur.

mata Naruto menangkap siulet rambut kuning. tidak lebih dari empat tahun bersembunyi dibelakang orang tuanya.

"tidak...tidak..., lihat dirimu Naruto. kau lelah..." ibu anak itu menggendong anak itu menjauh kearahnya.

"Sial..." naruto berlari kearah mereka sambil mengeluarkan lingkaran sihir berwarna keemasan.

[Re-equip: Full-Armour]

tubuh Naruto dibalut oleh zirah hitam kesatria dengan lambang kepala banteng pada dadanya. walaupun dengan badan yang terbalut pakaian besi tidak membuat Naruto melambat.

melewati wanita dengan anak tersebut kearah monster. Naruto bergumam sihirnya sepanjang perjalanan kearah monster itu. mungkin seorang kesatria sihir adalah lawan yang menakutkan dengan ofensif maupun defensif yang sama. bukan berarti mereka tidak memiliki kelemahan. untuk mencapai tahap dimana mereka menjadi momok menakutkan dimedan pertempuran adalah sihir. sihir khusus yang harus dirapal setiap kali akan kemedan pertempuran, kurang lebih mereka adalah pasukan yang akan pertama kali mati ketika disergap musuh.

ironi.

"Dewa peperangan yang melindungiku, dewi kebijaksanaan yang membuka jiwaku, dan dewa kematian yang ada dipedangku... berkahi diriku..." Naruto melompat tinggi kearah kepala monster tersebut disaksikan oleh banyak orang.

[Divine Magic: Longsword]

Slash...

monster tersebut langsung jatuh dengan darah yang mengalir deras dari kepalanya. itu gampang..., terlalu gampang.

'Atau aku yang sudah makin hebat, HAHAHA' pikir Naruto sambil berpose tertawa yang dilihat banyak orang.

Naruto terlambat menyadari ketika mahluk itu diposisi terbaring menendang Naruto kuat. membuat dia terputar-putar diantara pasir sebelum akhirnya masuk kedalam laut. dia bisa berenang tapi, zirah ini terlalu berat dan sihirnya tidak akan lepas sampai dia mengucapkan mantra lagi.

bicara mengenai kesialan.

gelap menjemput.


"Apa yang membedakan kesatria sihir dengan penyihir yang lain paman?" Naruto kecil menatap teman seperjuangan ayahnya dulu dengan mata berbinar-binar, terlebih setelah mengetahui bahwa pamannya adalah seorang kesatria sihir. Prajurit terkuat yang ada di Bellum.

"Seorang penyihir biasa memiliki satu jenis sihir yang spesifik Naruto. Seperti paman,paman memiliki afiliasi sihir api. Jadi paman tidak bisa mengeluarkan sihir lain selain sihir berbasis api. Beda dengan seorang kesatria sihir. Semua kesatria sihir memilki sihir yang melindungi dirinya…"

"seperti sihir [re-equip]?" Naruto memotong dengan pandangan makin berbinar-binar.

"ya, semacam itu. Bahkan bila penyihir itu memiliki afiliasi angin atau api dia tetap bisa menggunakan sihir [re-equip] seperti katamu dan senjata pilihan seorang kesatria sihir memiliki afiliasi sihirnya sendiri. Kurang lebih seorang kesatria sihir mampu mengendalikan tiga macam sihir dalam kapasitas terbatas walaupun ada beberapa yang bisa lebih dengan kekurangan masing-masing." Naruto masih ingin berbicara dengan dirinya ketika sang ayah mengangkat dirinya untuk tidur.


Bintang-bintang adalah hal pertama yang dilihat oleh Naruto sebelum dia mencoba bergerak dengan rasa sakit disekujur badannya. Terduduk dipasir basah menatap orang-orang tengah bersenda gurau,menyanyi,dan juga menari. Mengelilingi api unggun besar bekas karavan yang sudah hancur akibat monster tadi.

"Vasim!, Dia bangun!" teriak seseorang. Tidak lama kemudian seseorang dengan kulit gelap dan kepala dihiasi turban mendekat. Ada bekas luka tua di bibir kirinya, badannya bungkuk.

"terimakasih atas bantuannya…" dia berkata kepada Naruto yang masih bingung, Vasim dapat melihatnya lagipula manusia biasa harusnya mati karena tendangan mahluk seperti itu.

"walaupun pada akhirnya kau terkena tendangan mahluk itu" dia mengakhiri kalimatnya.

Naruto tertawa kaku mendengar hal itu. Sudah memalukan dia tidak dapat membunuh naga dan kini dia terkena tendangan monster yang hampir mati.

Berkumpul bersama anggota karavan Naruto baru menyadari bahwa mereka ada banyak, lebih banyak dibanding siang tadi. Beberapa dari anggota karavan memiliki wajah timur dan beberapa lagi dari barat. Karavan yang unik sungguh. Karena karavan yang Naruto ketahui adalah rata-rata adalah dari timur, kelebihan pernah menjadi penjaga gerbang jelas memiliki positif tersendiri.

Mereka tampak ramah antara satu sama lain walaupun mereka berkata mereka baru saja bertemu didesa beberapa kilometer. Ada beberapa orang yang menarik perhatian Naruto, terutama gadis berambut kuning seperti dirinya. Gadis ceria yang tadi menangis, berumur tiga tahun lebih bernama Mavis Vermilion. Ada yang menarik darinya, terutama cara tubuh kecilnya diselimuti oleh sihir sepanjang waktu tanpa dia sadari sama sekali.

"apa yang kalian lakukan disini?" mulut Naruto tidak berhenti mengunyah potongan daging domba dari karavan, toh sudah beberapa hari dia hanya memakan biskuit prajurit dan minum air selama di gurun pasir. Kini dia memanjakan perutnya dengan anggur dan daging yang banyak. Seolah tidak ada hari akhir.

"Kami berpetualang, Aku, istriku, dan Mavis kecil. Mencari hal-hal menarik kau tahu, benda-benda sihir." Pria tersebut berkata sambil memangku mavis kecil yang sibuk dengan dagingnya sendiri. "dan sekarang kami akan balik kekota asal kami Fiore. Walaupun disini begitu banyak hal menarik tapi, alamnya tidak terlalu menyenangkan." Dia terkekeh pelan, Naruto paham dengan apa yang dia katakan. Dibandingkan Bellum, Fiore jelas lebih hijau dan lebih ramah.

Semalaman mereka menari dan bercanda, mengisi perut dengan daging dan anggur seolah tidak ada hari akhir apalagi setelah apa yang terjadi hari ini. Mungkin mereka hanya ingin merayakan saja. Membuang kenangan buruk beberapa jam yang lalu.

"kau kuat kan Naruto-san?" anak kecil duduk disamping Naruto memandang mug berisi jus itu. Matanya terlihat sembab, mungkin untuk beberapa orang ada hal yang tidak bisa segera dilupakan.

"kau tidak hancur ketika terkena tendangan mahluk tadi, kau hanya terbanting dan tenggelam saja. Sedangkan ayahku hancur ketika terinjak mahluk itu."

Well

Mengganggu, sangat mengganggu.

Malam terlewat begitu cepat, Naruto bahkan tidak tertidur sama sekali. Dia tidak ingin memimpikan masa lalunya atau apapun. Saat ini dia hanya menikmati putaran diotak akibat dari alkohol, menikmati setiap detiknya. Toh, tidak selamanya dia dapat meminum sesuatu yang mahal.

Ketika matahari telah naik mereka berpisah arah melanjutkan perjalanan berbeda Naruto. Beberapa anggota karavan melambaikan tangan kearah Naruto hingga tidak terlihat lagi. Sekarang tujuan Naruto adalah ke kota terdekat dan menuju ibukota. Dia tidak mengharapkan masalah lagi atau sesuatu yang membuatnya menjadi pahlawan. Itu menyusahkan, lagipula dia tidaklah hebat dan dia bukanlah pahlawan. Dia adalah orang yang akan membunuh raja atau itu yang dia pikirkan.

Naruto ingat sekali dulu dimanapun manusia jalan maka diudara ada naga yang terbang, mahluk majestik dengan kekuatan luar biasa walaupun kini jumlah mereka telah berkurang. Mereka terancam punah, begitu juga dengan manusia. Akibat perang tanpa akhir antara naga dan manusia walaupun kini terlihat siapa yang akan menang.

Naga bukanlah monster tanpa akal yang mengandalkan otot, mereka cerdik dan kuat. Sayangnya mereka terlalu besar, mungkin bila mereka seukuran manusia maka itu akan menjadi malapetaka. Dibutuhkan banyak pasukan hanya untuk membunuh satu naga saja walaupun ada beberapa manusia yang menyebut diri mereka sebagai dragon slayer dan itu benar, mereka dapat membunuh naga hanya dengan beberapa orang saja. Hebat, seandainya Naruto seperti itu.

Kota ditengah padang pasir, ada banyak seperti ini. Kota yang diciptakan oleh orang-orang karavan ketika mereka telah lelah. Berdagang menjadi sumber penghasilan utama disini, dan air tentu saja. Dia yang menciptakan kota ini memegang sumber kehidupan, oasis. Kota tanpa status yang jelas, tanpa ada orang pemerintahan ataupun hukum kerajaan yang berlaku disini. Kota dimana beberapa menit kedepan mungkin kau akan diserang. Walaupun beberapa kota memilki peraturan mereka sendiri.

Dengan cepat Naruto mencari kuda yang bisa dia pakai untuk ke ibukota. Bukan pertama kali dia melakukannya, dia cukup handal. Sebagai pencuri kuda.

Melihat kuda-kuda yang berdiri dibelakang kandang siap dimasukkan dia memilihi Stallion besar dan melompat kearah kudanya. Beda dari sebelum-sebelumnya, kuda ini tidak melangkah sekalipun dan Naruto dikepung oleh penjaga kota.

"Sialan"


TBC


Soooo, gimana? Emang latar tempatnya agak aneh sih. Bellum, kerajaan beneran ko bukan buatan. Walaupun plotnya agak susah ditentuin karena gak banyak informasi mengenai kerajaan ini sendiri.

Gimana nih? Jadi pengen dilanjutin arc mengenai Bellum yang jelas jauh sebelum cannon mulai atau mau yang normal aja, kayak cannon.

Yang ada Natsu karena disini bakal dikit banget orang orang yang dikenal, paling yang udah pada tua banget.

Soo Review ya, bantuin apa aja yang masih kurang dari fanfict ini. Toh saya juga masih pemula.

See you next time