PROLOGUE
The Surface of Arena
.
.
.
—
Itu sangat kacau.
Kegaduhan terdengar di mana-mana. Arakan prajurit, ringikan kuda, maupun derit mesin ketapel raksasa yang siap melontarkan sesuatu seolah sedang berlomba memerebutkan predikat siapa yang paling mendominasi.
Lalu, ketenangan adalah nilai imajiner.
Namun ketika sepasang iris cokelat muda mengintip di antara anak panah, Chanyeol membeku. Semuanya mendadak bisu dalam gendang telinganya. Dan hatinya berdegup sekencang badai. Bak sebuah kamera profesional, lensanya secara otomatis jatuh terfokus pada figur kecil di seberang parit.
Dia.
Itu adalah dia, seorang pemuda petit yang tengah duduk dengan tegap di atas kuda pelana. Kulit wajahnya seputih gumpalan awan yang menggantung di langit timur. Kontur rahangnya tampak lembut, berbanding terbalik dengan ekspresinya yang arogan juga anggun dalam satu waktu. Tangannya terangkat; membanggakan seikat lencana merah di lengannya serta sebuah busur panah yang merekat sempurna di antara genggaman kuat jemari mungilnya.
Genderang perang bersahutan. Memekakkan. Memuakkan.
Chanyeol terdiam. Netranya secara otomatis terpejam pasrah ketika dirinya sadar akan sesuatu. Sehelai lencana juga telah menggamit bisep serta trisepnya. Tergambar sebuah sketsa phoenix dengan cetakan hitam; melingkari sebuah perisai pedang kebanggaan leluhur. Tercetak begitu tegas, rumit, dan terorganisir. Begitu sesuai dengan kepribadian bangsanya yang elok.
Dan itu berwarna biru. Bukannya merah.
Satu helaan napas panjang.
Tiba-tiba saja, mahkota pangeran yang bertengger di atas surai hitamnya selama 23 tahun belakangan itu terasa begitu berat. Bagi Park Chanyeol, putra terakhir raja dan ratu adil.
Sang harapan terakhir Kerajaan Quadrewn.
.
—
End of Prologue
—
Author's Box:
Terima kasih sudah membaca. Kritik sarannya selalu ditunggu!❤
p.s : ada yang ngirim dm ke saya di akun _shiftmeup? Maaf gabisa bales, soalnya lupa password ㅠㅠ mianhaeyooong—
