What If...

WARNING : OOC adalah penyakit nomor satu di dunia fanfiction.

Disclaimer : Harry Potter is J.K. Rowling's. All I have is just an idea. Kalo ada salah-salah kata ya maap...

Harry Potter sudah lama tamat-maksudku, cerita tentangnya sudah lama diakhiri di buku ke-tujuh. Voldemort dikalahkan, generasi selanjutnya lahir, and they life happily ever after. Tetapi misteri selalu menarik jika tidak semuanya diselesaikan, itulah mengapa ada fanfiction. Semua dimulai dari suatu pertanyaan : What if...

Habis nonton Harry Potter and The Sorcerer's Stone di Global TV, dan muncul pop-up diatas kepalaku yang jenuh bikin askep.

What If

..

.

..

Hogwarts, tahun ajaran 2017. Pada tahun tersebut, anak kedua pahlawan dunia sihir, Harry Potter masuk sekolah sihir untuk pertama kalinya. Ia sangat khawatir (berdampak terhadap terjadinya gempa lokal, radius 10 meter dengan dirinya sebagai pusat gempa-nya).

Brrrr...

"Potter, Albus!" namanya dipanggil. Ia maju ke depan dan duduk di kursi, dimana ia akan diseleksi untuk masuk ke salah satu dari empat asrama, Slyherin, Gryffindor, Ravenclaw, Hufflepuff.

.

Jangan Slytherin. Jangan Slytherin.

"A-" Topi Seleksi yang ingin mengatakan sesuatu- terhenti mendengar kata hati Albus.

Jangan Slytherin!

"Se-"

Jangan Slytherin. Jangan Slytherin.

"Da-"

Pokoknya nggak mau Slytherin! No! Nope! Never!

Lagi-lagi, kata hati Albus memotong monolog Topi Seleksi.

Topi Seleksi mengkeret. Jadi lupa naskah. Jadi lupa monolog. Jadi aktor gagal.

.

"Ta-"

No! No Slytherin! Pokoknya Nooo! Noo Slytheriiiiin!

Slyheriiinn!

Slytheriiiinnn!

*bergema

.

"ASDFHKCHDRDHJF! Berisik Lu!"

Topi Seleksi ambil nafas panjang, siap-siap mengeluarkan vonis.

"Gue kutuk lu masuk SLYTHERIN!"

RIN!

RINN!

*bergaung.

.

"TidaaaAAAAAAAAAAAAKKKKKKKKKK KKKKKKK!" Poor Albus, teriakannya tertutup sorakan murid-murid Slytherin,

Dan tertawaan kakaknya, James Potter.

Pasti ia bakal jadi bahan ejekan James, sampai tujuh tahun kedepan.

Oke, itu lebay. Bangeudh.

Dengan galau ia menuju barisan Slytherin, dan mendapat salam,

"Selamat, Sev!" merujuk ke nama tengahnya, Severus.

.

Heeh. Not that Bad.

..

.

..

What If

..

.

..

"Weasley, Rose!"

Yang dipanggil namanya meringsut maju dengan percaya diri-rada sok-tepatnya. Tipikal. Kayak pernah lihat sebelumnya yah, dimanaaa gitu. Ia duduk di kursi yang telah disediakan, dan dipasangkan topi seleksi di kepalanya. Topi Seleksi mencoba membaca pikiran Si Gadis Mawar.

Gryffindor.

"Hey, Nona. Aku belum ngomong apa-apa,"

Gryffindor.

"..."

Gryffindor.

"Ra.."

Gryffindor.

"Raa.."

Gryffindor.

.

"Ekh, keras kepala! Dasar Weasley!"

"Gryffindor!" vonis Topi Seleksi.

Terdengar gemuruh tepuk tangan dari barisan Gryffindor.

.

"-padahal kau lebih cocok di Ravenclaw, Nona."

Tapi gadis mawar itu tidak menghiraukannya, melenggang menuju teman-temannya.

..

.

..

What If

..

.

..

"Malfoy, Scorpius!"

Sang pemilik nama maju. Duduk. Dan dipakaikan topi seleksi. Wajahnya nyengir lebar, antara cengiran licik dan labil. Ia memulai bicara bahasa hati dengan Topi Seleksi.

Peace, Love and Gaul, Mameen.

Dan jangan ngebacot soal level otakku.

Itulah kata hati seorang Scorpius Malfoy pada Topi Seleksi legendaris.

Ambigu. Kita hanya bisa menebak, mungkin...

Sang Malfoy muda sangat jenius,

Atau completely stupid.

Who knows?

"..." topi seleksi galau. Terjadi jeda 10 menit, dan entah apa yang ada di pikiran Topi Seleksi, atau Scorpius.

.

Topi Seleksi ambil nafas, dan pasang tampang horor, seolah-olah yang dibawakannya berita duka-atau semacamnya.

.

"Oke. Hufflepuff!"

"Horeeeee!" Malfoy muda itu langsung berdiri dan berteriak girang.

.

Tapi,

TAPI,

(diulang biar dramatis)

.

Seorang Malfoy masuk Hufflepuff?

Bukan Slytherin?

.

Seisi aula melongo.

.

Malfoy Manor terguncang.

.

Kantor Kementrian Fandom Harry Potter luluh lantak.

.

Bumi berputar.

..

.

.

Oke, cut.