New Ship

WARNING : OOC adalah penyakit fanfiction nomor satu.

Disclaimer : NG Life, original story beserta seluruh tokohnya adalah milik Mizuho Kusanagi seorang.

New Ship

..

Galau.

Galau masa SMA.

Galau masa remaja.

Galau segala-galanya.

Kenapa?

Kenapaaa?

KENAPAAAA?

KENAPA berat badanku naik lagiiiii!

...

"Hei, Reina. Ayo ke kantin," ajak Aki, teman sekelasku, sekaligus satu-satunya teman akrabku yang perempuan.

"Nggak ah-" tolakku, suram.

"Diet?" tanyanya lagi. Aku mengangguk.

"Ok, ok. Aku pergi dulu ya," Aki melambaikan tangan.

"Kalau kau berubah pikiran dan ingin makan, sms pesananmu padaku ya, kubelikan." Lanjutnya.

"Ya, ya. Daah." Kataku malas.

..

Uukhh...

Kelas kosong, semua pergi, makan siang atau yang lainnya-apapun.

Sebenarnya aku ingin sekali ikut makan siang.

Lapar...

Aku mengambil sekotak susu rendah lemak dari laci mejaku. Saat ini, hanya inilah makan siangku.

Baiklah, aku terlambat memperkenalkan diri. Aku Reina, Reina Sakakibara. Kelas 1-3 SMA Seibu. Lalu... apa lagi yang harus kuperkenalkan ya? Oh ya. Aku suka ramen instan dan es krim, tapi itu bikin gemuk. Ironis.

Aku nggak suka hidup susah dan sejarah. Karena keduanya sudah pernah kurasakan, di kehidupan yang lalu.

..

Back to reality, ok?

Inget durasi.

Sembari menyesap susu rendah lemak, aku menatap keluar jendela kelas. Nun di lapangan sana, aku melihat seseorang yang kukenal-bagaimana tidak, kalau wajah kami serupa- bemain sepak bola. Kenapa dia tambah tinggi dengan cepat? Kenapa dia nggak tambah gemuuk? Kenapa? Kenapaa?

Yuuma.

Orang yang selalu bikin iri, nggak di kehidupan lalu ataupun kehidupan sekarang. Tapi tetap, kita berteman, teman sekelas, at least.

Jadi teringat waktu aku pertama bertemu dengannya.

...

Waktu itu musim semi ketika aku sedang kabur dari rumah dan secara nggak sengaja terlibat dengan Yuuma dan companion-nya yang lagi Hanami. Waktu itu juga adalah pertama kalinya aku berkenalan dengan Keidai, Mii, Shinogu-san, Shuugo-san dan Renka-san, orang-orang yang berbagi takdir yang sama denganku, selain kak Shuna, kakakku dan Shouichi, teman masa kecilku.

Ketika aku pertama menatap Yuuma-dimana waktu itu kami belum berkenalan, aku merasakan hal yang ganjil. Aku tahu pasti Yuuma juga.

Agak susah memang menerima adanya seseorang yang tampangnya sama denganmu. Tepat sama.

Dalam hatiku sudah ada perasaan horor.

..

Dia bukan Dopperlganger kan?

Oke, aku terlalu banyak nonton occult tengah malam.

..

Aku berusaha mengingat apa orangtua atau kakakku pernah bercerita tentang saudara kembarku atau semacamnya.

Haha, aku terlalu banyak nonton sinetron juga, sepertinya.

..

Atau didepanku ada cermin?

Ah, aku mulai ngaco dengan imajinasiku.

..

Atau aku sedang dikerjain di acara variety show di Tr*nsTV atau Tr*ns7?

..

"Jangan-jangan-"

"-kamu Selena ya?" Yuuma mengguncang kedua bahuku, dengan wajah ingin tahu.

Twitch. Urat marahku keluar mendengar nama Selena disebut.

..

SELENA. SELENA. SELENA.

Membangkitkan kenangan buruk saja.

...

BRAAKKK

Pintu kelas digeser dengan brutal.

"Rei!" aku tersadar dari lamunan mendengar namaku dipanggil oleh suara yang kukenal. "Dikelas sendirian?"

"Eh? Yuu? Bukannya tadi kau main bola di-" aku melihat keluar jendela, dan segera menyadari kebodohanku. Aku terlalu lama melamun ya?

..

"Aku sedang makan siang," kataku sok cool sambil menunjukkan kotak susu rendah lemak yang kugenggam.

"Nih," Yuuma melempar sesuatu padaku, dan aku refleks menangkapnya.

"Kue Yakisoba Daging? Aku diet," kataku masih sok cool, menyodorkan kembali bungkusan kue itu padanya.

..

GRUYUUUUKK

Sayang perutku nggak mau kompromi mendukung akting sok cool-ku.

"Sudah, makan dulu sanah," kata Yuuma mencuplik aksen iklan mi instan.

Aku tertawa, dan mulai makan.

"Kau tahu, kalau remaja seusia kita diet, mereka bisa terhenti pertumbuhannya?" ulas Yuuma. Aku hanya diam, tidak setuju, tidak membantah.

Kami sama-sama terdiam di bingkai jendela, memandang jauh ke langit luas. Lama.

..

"Yuu," panggilku.

"Apa?" Yuuma menjawab tanpa menoleh.

"Ada masalah apa?" tanyaku.

"Kok tiba-tiba? Nggak ada masalah apa-apa kok," jawabnya lagi.

"Biasanya kau membelikanku sesuatu kalau kau mau curhat, kau tahu?"

"Nggak ada, aku hanya merasa kasihan saat melihatmu dari lapangan, tampak galau, seperti belum makan sehari-semalam." Elaknya.

"Bohong. Cepat cerita!" perintahku mengancam sambil mencekik leher Yuuma dengan dasinya.

"A.. Alright, lepasin dulu," Yuuma meper. Aku melonggarkan cekikannya.

..

"Kemarin.. Dia menolakku. Katanya aku terlalu manis buat dijadiin pacar, haha," Yuuma tertawa hambar.

Kurang ajar dia, apa dia tahu berapa banyak usaha yang dilakukan Yuuma untuk terlihat macho?

"Tapi tadi setelah aku bermain sepak bola, dia tiba-tiba menghampiriku, berlaku baik, dan mengatakan 'kita masih bisa berteman baik kan?', lalu berkata ke teman-temanku bahwa aku miliknya,"

Kompleks. Aku ingin bilang, Jangan tertipu cewek semacam itu lagi, Yuu. Tapi aku juga sama saja.

"Aku bingung apa maunya cewek sih?" tanya Yuuma. Aku mengedikkan bahu.

"Hei, aku kan tanya padamu karena kau cewek-" katanya, "-atau bukan, ya?"

Aku segera menarik dasi Yuuma, lagi. Sambil melotot.

"Haha. Maaf, Rei. Bagaimana denganmu?" Yuuma bertanya balik.

..

"Masih sama, masih iri padamu-" jawabku, "-dan masih menyukai orang yang sudah punya orang yang disukai,"

"Lain kali jangan mengincar mahasiswa, Rei. Mereka licik," saran Yuuma, entah serius atau tidak. "Mau roti lagi? Aku masih punya banyak,"

Yuuma mengeluarkan satu, dua, lima bungkus roti dari kantongnya. Aku menggeleng dengan wajah suram. Dietku bisa benar-benar gagal.

"Tapi aku terlanjur beli nih," kata Yuuma, wajahnya ikut suram.

"Haha, kenapa kita malah suram-suram-an gini?" gumamku, "Mumpung kelas masih sepi, teriak sekenceng-kencengnya yuk," ajakku sesat.

"Oke, yang teriaknya kurang kenceng yang ngehabisin semua roti ini." Yuuma menyeringai.

"Sip." Aku setuju.

"HWAAAAAAA!"

HWAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA AAAAAAAAHH!

"Hei, kalian berisik tahu!" Yamato entah sejak kapan muncul dikelas. Diikuti Wakagi dan Aki yang baru saja masuk.

"Berisikk!" teriakku dan Yuuma bersamaan, sambil melempar bungkusan roti yakisoba kearah Yamato.

"Kita lagi galau, taukk!" tambahku.

"Aduuh! Sakit tau! Dasar kembar galak!" Yamato protes. Aku dan Yuuma menuju kearahnya, bersiap memberinya pukulan selanjutnya.

Aki bergumam seperti biasa, seperti, 'Si kembar asik sendiri' atau semacamnya.

Wakagi hanya berkata, "Apa sih masalah kalian?"

..

Aki berjongkok memungut dua roti yang tadi dilemparkan pada Yamato.

"Asiiik, nemu kueee," katanya mencuplik aksen iklan permen. Aki lalu memberikan salah satunya pada Wakagi, yang hanya tertawa.

"Heei, buatku mana? Jahat sekali, makan roti diatas penderitaan orang lain!" Yamato sempat interupsi, meski sedang dihajar Yuuma.

Aku tertawa, mengambil sebungkus roti lagi dan kulemparkan pada Yamato.

"Eeh," Yuuma ingin protes, "Kenapa kau membagi-"

"Ayo kita makan sama-sama, Yuu," kataku, melempar satu bungkus lagi pada Yuuma. Ia tersenyum, berhenti menghajar Yamato.

Kami duduk di lantai kelas, bersila khidmat.

"Mari kita berdoa bersama-sama-" Aki memimpin doa.

"-agar terus ada yang memberi kita roti gratis seperti ini!" lanjut Wakagi. Kami tertawa.

Aku bertepuk tangan, sambil melirik Yuuma yang wajahnya berubah kecut.

Sejenak, lalu tersenyum...

..

"Itadakimaaaasu,"

Kami bersama-sama, makan roti yakisoba ter-enak di dunia.

.

..

...

..

.

Sungai Styx

"Orang yang mati bersamamu itu sangat cantik ya 'kan? Itu orang yang kau harap bisa menjadi sepertinya?"

"Kalau kau tahu, kau tidak usah bertanya 'kan Paman?" gerutuku, malas.

Paman berkumis pengendara perahu itu KEPO banget deh,

"Dia selalu kau kagumi 'kan?

Meski begitu, kau juga selalu iri padanya,

Lalu, mengapa kau tidak mencoba hidup di sisinya, disamping menjadi sepertinya?"

"Apa itu mungkin, Paman?" tanyaku ragu. Sedikit menoleh kearahnya, mencari keseriusan.

"Tentu saja.

Tapi jangan terpaku pada kehidupan yang telah berlalu, karena... persahabatan selalu dapat dimulai kapanpun.

Selalu carilah teman-teman yang baik hatinya, ok?

Agar kau tidak pernah menyesali, seperti apapun kehidupan yang kau miliki..."

TAMAT

Kritik dan Saran

Silahkan

...