Disclaimer : Naruto punya Masashi Kishimoto
Tak Akan Bisa
by dilia shiraishi
Naruto kecil terlihat sedang memainkan bola dengan raut bosan. Mata birunya menatap kosong lantai dingin tempatnya berpijak, sementara tangannya terus bergoyang seiring dengan bola itu memantul. Sesekali Naruto menatap langit-langit rumahnya. Berharap ada sesuatu yang menarik untuk dilakukan.
Kushina tersenyum melihat anak berambut pirang itu. Ia mengelap tangannya yang basah, kemudian mendekati Naruto. "Naru-chan, bisakah kamu membantu ibu?" tanyanya sambil merapikan anak rambut Naruto yang sedikit berantakan.
Naruto merengut ketika mendengar perkataan Kushina, "Yah... Ibu... Naru males ah." Ia menepis tangan Kushina yang baru akan membelai wajahnya.
Kushina menarik nafas panjang. Namun dengan pandangan maklum, ia kembali berucap lembut pada Naruto. Coba memberi pengertian pada sang anak dengan kesabaran seorang ibu. "Sekaliiiii ini saja! Ya? Tolong ibu, Naru-chan... Ibu sedang masak sekarang... Apa Naru-chan mau, tak dapat jatah makan untuk malam nanti?" pancing Kushina dengan raut jenaka.
Naruto mengerucutkan bibirnya, "Iya! Iya! Naru kerjakan! Ibu minta tolong apa?" ujar Naruto setengah hati. Wajahnya mengisyaratkan kemalasan untuk mengerjakan permintaan ibunya.
Kushina tersenyum lembut, "Belikan gula di minimarket sebelah, kemudian siram bunga-bunga cantik di kebun belakang dan sekalian beri makan ayam peliharaanmu. Setelah itu, bereskan mainanmu yang berserak di lantai itu ya?"
Anak berambut pirang di hadapan Kushina mengangguk ogah-ogahan, "Banyak sekali sih, bu?"
Kushina tersenyum lagi. Ia segera bertutur ketika melihat tanda-tanda anaknya itu akan memprotes. "Naru... Sekali ini saja, nak."
Dan Naruto menghentikan setiap kata yang baru saja akan terlontar dari bibirnya. Ia mendengus sebal. Namun sedetik kemudian, wajahnya terlihat cerah. Ia baru saja mendapat ide cemerlang.
Kushina menelengkan kepala penuh arti seraya membukakan pintu untuk Naruto, "Hati-hati ya, nak.."
Dengan iringan do'a sang ibu, Naruto pun pergi menjalankan tugasnya. Senyum terus terkembang di bibir anak pirang itu. Otaknya sudah merencanakan sesuatu. Sesuatu yang akan membuat dirinya dapat membeli semua mainan yang diinginkan.
-
-
Kushina membuka pintu rumahnya ketika bel berbunyi dengan nyaring. Dari luar, Naruto masuk dengan wajah tetap sumringah seraya memberikan gula pada Kushina. Ia kemudian melaksanakan semua tugasnya dengan cekatan dan mengambil secarik kertas untuk menuliskan goresan tinta membentuk kata. Setelah itu Naruto mendekati Kushina, memberikan kertas itu dengan cengiran lebar penuh kemenangan menghiasi wajah.
Kushina menatap heran Naruto, "Apa ini?"
"Ibu baca saja." Jawab Naruto singkat sambil duduk di sofa dekat Kushina berdiri. Menunggu reaksi Kushina ketika membaca secarik kertas itu.
---
Beli gula di minimarket -- 500 Ryo
Menyiram bunga -- 350 Ryo
Beri ayam makan -- 400 Ryo
Membereskan mainan berserak -- 125 Ryo
---
Kushina hanya tersenyum kecil membaca kertas itu. Tak sedikitpun ia memberikan respon berarti yang diharapkan Naruto. Dengan tenang, Kushina turut mengambil kertas seraya menuliskan sesuatu di dalamnya. Ia kemudian memberikan kertas itu kepada Naruto yang terlihat kebingungan.
---
Mengandungmu selama 9 bulan -- Gratis
Mual-mual karena mengandung dirimu -- Gratis
Biaya persalinan untukmu -- Gratis
Merawat dan membesarkanmu -- Gratis
Memasak untukmu setiap hari -- Gratis
Membereskan mainanmu -- Gratis
Terbangun di malam hari karena tangisanmu -- Gratis
Khawatir akan keselamatanmu -- Gratis
Curahan kasih sayang untukmu -- Gratis
Semuanya untukmu -- Gratis
---
Dan dengan itu Naruto terdiam. Wajahnya menunjukkan ekspresi kaget, menyesal, sekaligus kecewa. Meski begitu, tampaknya ego sudah lebih dahulu menguasai dirinya. Semua rasa menyesal ia tekan dengan emosi. Tanpa bicara apa-apa, Naruto sudah berderap keluar rumah, meninggalkan Kushina.
Sejenak Kushina hanya terdiam, namun sekelebat kemudian ia merasakan perasaan tak enak bergolak di hatinya. Kushina pun segera menyusul anaknya, membiarkan pintu terkuak lebar dengan masakan yang baru matang.
Sementara Naruto terus berlari karena kesal dengan perbuatan ibunya. Ya, dia tahu kalau ia yang salah. Hati nuraninya sudah mencoba berbisik, namun ia mengabaikan.
"NARU-CHAN~!"
Terdengar suara Kushina berteriak memanggil namanya. Naruto menolehkan kepala, melihat ibunya sudah hampir berhasil mengejarnya. Ia kemudian mempercepat lari, tak ingin sang ibu menangkap dirinya. Dia masih ngambek atas perlakuan Kushina. Ia tak marah, hanya ingin ibunya tahu bahwa ia kesal.
Tanpa memerhatikan sekeliling, Naruto menyeberangi jalan yang masih padat kendaraan itu. Ia tak melihat dari arah yang berlawanan, sebuah truk besar melaju dengan kecepatan tinggi. Menghasilkan suara menderu yang lagi-lagi diabaikan oleh sang anak berambut pirang.
Dan kejadian selanjutnya terjadi begitu cepat. Begitu cepatnya hingga tak akan bisa tertangkap oleh mata siapa pun. Tak terkecuali Naruto. Yang ia rasakan kemudian hanya sakit di kedua pergelangan tangan dan punggungnya yang terasa remuk redam.
Ia kemudian mencoba berdiri. Melihat sekitarnya sudah dipenuhi orang-orang yang membentuk lingkaran kecil, terlihat panik dengan kejadian barusan.
Naruto mengernyit heran. Korbannya ada disini, berdiri dengan postur tak wajar, namun ia tak apa-apa. Lalu... mengapa mereka terlihat masih heboh?
Naruto mencoba menerobos kerumunan dadakan itu. Ingin mengetahui apa yang dilihat orang-orang hingga mengabaikan dirinya yang notabene adalah korban tabrak lari. Tak lama setelah itu, Naruto sudah berhasil menyeruak, mendapatkan posisi paling depan dengan penglihatan luas.
Dan mata biru langit itu segera terbelalak kaget.
Seorang wanita dengan rambut merah terbaring di sana. Mengucurkan banyak darah dari kepala, dengan tubuh yang sudah dipenuhi lecet dan bersimbah darah. Membuat baju putih yang dikenakan, sewarna dengan rambutnya.
Seorang wanita yang terkapar tak berdaya dengan wajah damai. Senyum puas mengembang tak terlihat di wajah pucatnya. Ia sudah kehilangan banyak darah.
Seorang wanita dengan mata biru yang sudah terkatup rapat. Tak akan bisa lagi membuka matanya untuk menatap sang anak dengan tatap hangat khas ibu. Tak akan bisa lagi memasakkan ramen untuk makan malam. Tak akan bisa lagi memberi senyum cerah bak matahari.
Tak akan bisa melihat betapa hancurnya perasaan sang anak.
Naruto kecil, melihat dengan mata kepalanya sendiri kematian ibunya. Meninggalkan serpihan kenangan pahit dan penyesalan tiada akhir pada si anak pirang. Membuat kristal-kristal bening terus bergulir dari mata biru langitnya. Menorehkan luka dalam di hati Naruto. Seberkas kilatan terluka muncul dari mata beningnya.
Dan ia merasa kakinya tak berpijak lagi di tanah. Dengan segera, Naruto jatuh terduduk tepat di hadapan mayat sang ibu.
-
-
Ia bahkan belum sempat meminta maaf.
-
-
Ia bahkan belum sempat membalas semua kasih sayang ibunya.
-
-
Ia tak akan bisa membalas semuanya.
Ia tak akan bisa bertemu lagi dengan orang terkasihnya.
Ia tak akan bisa menghilangkan penyesalan di dadanya.
Ia tak akan bisa berterima kasih kepada ibunya.
Ia tak akan bisa menatap teduh wajah sang bunda.
Ia tak akan bisa...
Tak akan pernah bisa...
-
-
Selama ia tak menyusulnya.
.
-
.
Ibu... aku bahkan belum sempat melakukan sesuatu yang berarti untukmu...
Ibu tak akan pernah sungguh-sungguh marah pada anaknya.
Ibu selalu penuh limpahan kasih sayang seberapa nakal pun anaknya.
Ibu akan selalu mengupayakan apa pun keinginan anaknya.
Ibu akan menangis bila melihat anaknya terluka.
Ibu akan ternoda begitu melihat anaknya dicampakkan.
Ibu akan tertawa ketika melihat anaknya penuh kebahagiaan.
Ibu akan turut berduka ketika anaknya diam seribu bahasa.
Ibu akan selalu mengomentari apa pun tindak-tanduk anaknya.
Ibu selalu memperhatikan anaknya.
Ibu tak akan pernah meninggalkan anaknya sendiri, meskipun seluruh dunia menjauhi anaknya.
Ibu menyayangi anaknya seperti menyayangi dirinya sendiri.
Ibu selalu memberi kehangatan ketika udara sedingin apa pun.
Ibu akan rela berkorban demi anaknya.
Ibu adalah segalanya.
Ibu tak akan tergantikan.
Tak 'kan bisa tergantikan.
Selamat hari ibu...
FIN.
Huhuhu... selamat hari ibu... (meski kecepetan, nggak papa lah! -ngeles-) Aku meminta maaf atas segala kesalahanku, kaa-san... Banyak sekali dosa yang ku tumpuk pada kaa-san. Banyak sekali perkataanku yang mengiris hatimu. Banyak sekali permintaanku yang kunjung membuatmu sakit. Banyak sekali perbuatan non lisanku yang membuatmu terdiam.
Gomenasai, kaa-san...
Aku selalu menyayangi dirimu... Karena itu, aku persembahkan cerita ini untukmu. Cintamu tak akan pernah terganti oleh waktu. Bahkan apa pun yang aku lakukan tak akan pernah bisa menebusnya. Gomen, gomen, gomen...
---
Ada yang merasa pernah membaca potongan cerita tentang saling memberi kertas itu? Ya, cerita itu memang sering dimuat di berbagai majalah sebagai dongeng lama. Saya memasukkannya disini untuk menambah kesan sayang Kushina pada Naruto.
Tapi kayaknya nggak berhasil ya? Ahaha, emang saya authoress payah! TT^TT –jeduk-jedukkin kepala ke tembok-
Eniwei, mind to RIPYU? :d
