Give It To Me
©BocahLanang
MainPair:
HunKai
Sehun Seme
Kai Uke
Genre:
Romance, Sad, Mafia, SchoolLife
Rate:
M, Lemon, 17+
Warn:
Yaoi, BoysLove
Inspired by:
a Song
SISTAR_Give_it_to_Me
Bagian 1: 200 brothers for me
...
Hujan tidak pernah sederas ini sebelumnya.
Sahut menyahut kilat memberi garis putih membelah gelapnya langit.
Disusul gemuruh guntur layaknya tabuhan genderang perang.
Ruangan itu gelap gulita. Hanya penerangan petir yang mengkilap mengerikan sesekali memperlihatkan kesunyian ruangan itu.
Jendela yang terbuka membawa angin dingin yang membawa masuk rintik hujan deras.
Lelaki muda dengan surai coklat gelap berdiri kokoh pada bingkai jendela sebuah bangunan lantai lima.
Sesekali menendang air hujan yang mengalir deras dari atap bangunan ini yang berbentuk limas.
Menara gedung kepala sekolah.
"Tuan muda Fore.. saya tidak menyangka akhirnya saya bisa bertemu Anda sekarang" seorang lelaki tua dengan keriput jelas di dahinya itu bersujud pada lantai. Mengarah pada pemuda yang kini berjongkok di ambang jendela tanpa takut tubuhnya terhempas jatuh bebas dari lantai lima.
"Angkat kakimu sekarang dari sekolah ini. Saya akan mulai bekerja di ground ini" suaranya khas lelaki, tapi lembut. Meski begitu, tetap sarat akan ketegasan.
"Ini ground Asteron, Tuan. Ground yang paling dekat dengan wilayah kemiliteran. Tidak sebaiknya Tuan Muda Fore berada disini" kepala sekolah masih bersujud padanya. Belum berani mengangkatkan kepala.
Beberapa petir kembali menyambar memberikan siluet Tuan Muda Fore. Tubuh tinggi dengan balutan baju serba hitam. Kemeja yang pas pada tubuh langsingnya.
Serta puntung rokoknya yang padam beberapa menit lalu akibat terkena hujan itu masih setia terselip pada belahan bibir merah penuhnya.
"Ini keputusanku. Commander akan segera memberikan tahtanya padaku jika aku berhasil mengambil ground ke delapan ini" ground ke delapan, ground Asteron. Adalah wilayah yang paling dijaga ketat oleh daerah pusat militer. Semua orang yang tinggal disini adalah warga sipil dengan kekayaan melimpah, yang berlindung didalam ketiak militer. Bersenang-senang dibawah penderitaan beberapa ground pinggiran yang sangat rentan akan bentrokan dan ketidak amanan.
"Sangat berbahaya bagi Tuan Muda Fore untuk keluar dari ground lima belas. Penculik dari ground Slum di pinggiran mematok harga cukup tinggi bagi siapapun yang berhasil membawa organ tubuh Anda" kepala sekolah mulai bangkit dari sujudnya. Menatap takut pada Tuan Muda Fore yang kini berjongkok menghadap padanya. Meski gelap dan tidak terlihat rupa tuan muda itu, ia tahu jelas sang tuan muda menahan amarahnya.
"Kau pikir aku selemah itu? Aku tidak nyaman berada di ground lima belas. Ground Fore. Mereka terlalu menjagaku seolah aku peliharaan berharga yang dikandang dan diberi makan setiap harinya" dikeluarkannya pistol berlapis emas dari punggung rampingnya.
Diketukkan pada sisi bawah, disamping bingkai jendela yang dipijaknya.
"Anda masih muda, disana tempat yang aman, Keluarga Mafia di Ground Fore, Ground khusus milik mafia yang menjunjung tinggi derajat Anda. Anda masih harus belajar disana" lelaki tua itu terlihat ketakutan saat kilat mata tuan mudanya menatap tajam.
"Aku sudah 15 tahun. Kau terlalu ikut campur" dengan gerakan kilat, tuan muda itu sudah sampai di hadapan kepala sekolah.
Dipasangnya dengan cepat peredam pada pistolnya. Detik selanjutnya moncong pistol itu sudah menempel pada dada lelaki tua itu. Diakhiri dengan bunyi debaman tubuh tua yang terjatuh kosong pada lantai.
"T-tuan.. Kai.." lelaki tua yang menjabat sebagai kepala sekolah itu akhirnya meregang nyawa.
Bunyi tepuk tangan terdengar dari pintu masuk ruang kepala sekolah di lantai lima tersebut. Sebuah kilat sekali lagi memberi penerangan masuk kedalam ruang gelap itu.
Tuan muda melihat sosok yang masuk meski dalam gelap kelam ruangan itu.
"Adik bungsuku. Bisa sadis juga ternyata" seorang lelaki tinggi, berpakaian serba hitam sama seperti tuan muda. Berhenti dan duduk tidak sopan pada meja mewah kepala sekolah.
"Diamlah kau, saudara ke 121-ku. Kau mau kubunuh juga?" pistol yang masih terekat dengan peredam itu beralih terarah pada lelaki yang kini masih memberikan senyum miring padanya.
"Fore Kai.. adik bungsuku, tidak apa kau membunuh kakak tersayangmu yang ke 121 ini. Tapi Commander pasti akan langsung menjadikanmu istrinya sekali kau berulah" diakhiri kekehan, lelaki muda tampan berdarah mafia itu bergerak menuju Kai. Adik bungsunya. Dengan sengaja diarahkan pucuk senapan itu tepat di dadanya. Di jantungnya.
"Aku tak sabar melihatmu menjadi jalang yang memuaskan nafsu dan fantasi liar Commander.. ayah kita sendiri. Kau benar-benar cantik" tangan lelaki tinggi itu mengusap lembut pipi adiknya yang berusia 15 tahun.
"Kau tidak berhak menyentuhku, kakak tiri. Kau kupandang lebih rendah dari 5 saudara kandungku, dan 40 saudara tiriku yang lain. Bahkan lebih rendah dari 154 saudara yang terikat oleh upacara tukar gelas minumanku" kedua mata sayu Kai menatap tanpa berkedip pada saudara tirinya, yang didalamnya mengalir darah sang Commander, sama seperti darah ditubuhnya sendiri. Darah mafia murni.
"Sebelum Commander mencicipi tubuhmu.. bagaimana bila aku yang menjajal tubuh perawanmu sampai tiga bulan kedepan" tidak ada nada tawaran dari bibir tipis kakak tirinya yang ke-121 itu.
Semakin mendekat dengan tangan kekarnya yang mengalung pada pinggang ramping Kai.
Helai pucuk rambut dark brown Kai yang mulai panjang itu berhembus, menambah beberapa helai untuk poni di dahinya.
Angin badai membuat tatanan rambutnya sedikit acak dan menggoda.
"Peluruku masih ada satu. Dan siap melubangi jantungmu, mengirimmu ke neraka, kakakku.. Fore Kris" bibir merah Kai berujar dingin.
Sedang lelaki didepannya sedikit memberi jarak. Mengeluarkan kotak platinum bertato naga. Diputarnya dengan mudah dan pemantik api itu menyala, memberi cahaya diantara keduanya.
Kai bisa melihat jelas jelmaan dewa zeus didepannya. Tinggi tampan dengan punggung lebar. Rambut pirang cepak dengan dua buah garis samar membujur dari alis hingga bawah kelopak mata kanannya. Bekas sayatan pedang dalam yang dijahit.
"Kau tahu kalau aku tampan, adikku yang cantik. Tidurlah denganku malam ini" telunjuk kanan Kris terangkat, perlahan meraba belah bibir merah penuh Kai mengikuti bentuk indah merah yang lembut seperti mentega ketika bersentuhan dengan kulit telunjuknya yang kasar.
"Untungnya Commander tidak menekan pedangnya terlalu keras saat itu" bibir penuh Kai berujar lirih, tanpa ia tahu, jantung Kris terasa meletup-letup ketika bibir itu bergerak, membuat telunjuknya ikut bergerak dengan instingnya yang ingin memasukkan telunjuk itu pada rongga hangat pemuda 15 tahun didepannya.
Sentuhan jemari halus Kai pada alis kanannya membuatnya terlena sesaat.
"Aku tidak keberatan jika harus sampai kehilangan mata kananku saat itu" Kris menyunggingkan seringainya, mata kanannya masih bekerja normal. Hanya saja kelopak mata kanannya sobek dua garis membujur sampai ke alisnya. Membuat alis kanannya putus dua. Tapi itu terlihat keren bagi Kai.
"Kau terlihat tampan dengan bekas luka dua sayatan di mata kananmu ini" pujian yang terlontar dari Kai membuahkan seringai lebar dari Kris.
"Ini semua mengantarkanku semakin dekat denganmu" jari telunjuk Kris akhirnya ia dorong sendiri masuk kedalam rongga hangat mulut Kai. Apitan belahan bibir merah penuh Kai membuat Kris menggila dalam otaknya.
Kedua mata Kai semakin sayu menatapnya.
Dan ujung senapan makin mendesak jantungnya. Serta usapan pada alisnya yang kian hangat.
"Saat itu aku masih sepuluh tahun, dan kau benar-benar gila" suara Kai sedikit terganggu oleh telunjuk Kris. Sesekali disedotnya kuat jari panjang kakaknya itu.
"Ya. Aku tidak tahu kalau Commander memerintahkanmu tidak berbalut selembar benangpun selama di kamarmu. Aku yang masih 15 tahun, masuk ke kamarmu dan terpesona pada tubuh 10 tahunmu itu. Dan aku menyentuhmu" semakin lama keduanya bergerak menuju jendela.
Kai mundur selangkah demi selangkah. Masih dengan wajah diam tanpa ekspresinya. Bibirnya semakin kuat menyedot telunjuk Kris.
Sedangkan Kris semakin melangkah maju. Memberikan seringai tampannya.
Clps..
Kuluman Kai lepas. Kris menghembuskan nafas tipis kecewa. Namun segera diambilnya puntung rokok dalam bungkus yang ada pada saku celana Kai. Diapit pada bibir tipisnya dan diarahkan pada pemantik api yang belum juga padam.
Fiusssshh..
Kepulan asap rokok cukup banyak terhembus dari bibir Kris. Aroma menthol yang dibawa asap putih itu mengepul mengenai tepat pada wajah seorang bungsu Mafia, Kai.
Tangan Kris kembali memutar kotak platina ditangannya. Dan satu satunya penerangan mereka, api kecil dari pemantik itu, padam.
"Dan sebelum kau masuk kedalam holeku, Commander langsung memasuki kamarku dan menyayat dua kali pada mata kananmu dengan samurainya. Hingga kau seperti menangis darah.. saudara tiriku yang tampan" jemari Kai yang sedaritadi mengusap lembut bekas sayatan lima tahun yang lalu itu dengan cepat beralih mengambil puntung rokok yang terselip dibibir Kris.
Mengapit rokok itu pada bibir penuhnya. Kris bisa lihat betapa beringas adik bungsunya menyedot rasa rokok. Terlihat dengan pipi Kai yang menjadi sangat cekung, dan bara api di ujung rokok itu yang berpendar sangat merah diantara kegelapan ruangan.
"Sebelumnya aku tidak tahu kenapa Commander terlalu sayang dan protektif padamu. Hingga seluruh keluarga mafia iri padamu. Tapi setelah melihat tubuh beliamu itu, aku tahu. Bahkan aku juga menginginkanmu" Kedua tangan Kris yang bebas itu segera mendorong bahu sempit Kai.
Bruk..
Kai menabrak dinding bawah jendela yang setinggi pinggangnya.
Membuat tubuh atasnya terdorong ke luar jendela. Wajah manisnya menengadah menatap langit gelap, diterpa langsung hujan deras. Kris mendorongnya hingga tubuh atas Kai terlentang di udara dengan latar sejauh lima lantai dibawahnya.
Sudut sepatu mereka saling bersentuhan.
Sekali saja Kris melepaskan pelukan di pinggang rampingnya, pasti tubuhnya akan meluncur jatuh terlentang dari ketinggian lima lantai.
Kedua mata tajam Kris menatap diam pada tubuh Kai yang dibalut kemeja hitam itu, basah, dengan rambut brownnya yang mengikuti grafitasi, wajah cantiknya yang diterpa hujan sangat indah.
Cuih!
Kai meludahkan rokok yang diapitnya. Membuat puntung yang padam basah terkena deras hujan itu terlontar cukup jauh, mengenai kemeja hitam Kris yang kering berada di dalam ruangan. Megotorinya sebelum jatuh di lantai dalam ruangan.
"Sampai kapan kau akan membuat wajah hingga pinggangku ini berpapasan dengan hujan deras, Fore Kris?" Kai berkata masih dengan memejamkan kedua kelopak mata indahnya. Menghalau air hujan yang menjatuhi matanya.
Tubuhnya yang berada diluar ruangan kini merasakan dinginnya hembusan angin. Hanya kakiknya yang masih kering didalam ruangan.
Kris masih membiarkan tubuh atas Kai terkena hujan keluar dari jendela. Dieratkan pelukannya pada pinggang ramping Kai. Keadaan Kai yang terlihat pasrah menengadah dengan kedua tangan menjuntai bebas mengikuti gravitasi itu membuat Kris tersihir. Seolah namja usia 15 tahun dalam pelukannya itu adalah malaikat dari surga yang sekarat terlentang indah di udara.
Sesekali Kris bisa melihat sisa-sisa asap putih rokok keluar dari bibir merah Kai, adik bungsunya ini memang pecandu nikotin bakar.
Kris bahkan menebak masih terdapat cukup banyak asap rokok yang masuk tersimpan rapih dalam paru-paru adik cantiknya ini.
"Apa Commander pernah melakukan ini juga? Ini salah satu fantasi liarku terhadapmu. Membuat tubuhmu terkena hujan, terlentang keluar dari jendela dengan pinggang yang kupeluk erat" telapak Kris mulai meremas kedua sisi pinggang rampingnya.
"Dia melakukan ini setelah melucuti pakaianku. Commander memiliki fantasi liar yang lebih tinggi darimu" tangan Kai terangkat mengusap air hujan diwajahnya dan menghalau deras hujan untuk membuka sebelah matanya sesaat, mengamati Kris.
"Persetan" dengan mudah Kris menarik pundak Kai kembali masuk kedalam ruangan. Disudutkan tubuh Kai pada pojok ruangan dengan kedua tangan dingin basah Kai yang ia cekal dengan hanya satu tangannya.
"Coba saja cium aku. Commander akan membunuhmu" bibir Kai berujar setelah jarak bibir mereka kurang dari dua senti. Hidung mereka sudah bergesekan.
"Apa Commander pernah mencium bibir merahmu?" nafas hangat Kris begitu terasa pada pipi Kai yang dingin terhujam hujan deras tadi. Beberapa bulir air dari ujung poninya membasahi kemeja Kris.
"Belum. Aku akan diperistri oleh Commander setelah usiaku yang ke 17" tuan muda berusia 15 itu memajukan wajahnya dan mengecup pipi Kris kilat.
-TBC-
Ini Ff BARU..
Mau PHP lagi sih.. hehe
Review ok?
Salam HunKai!
Doain BocahLanang lulus UN yaa! ^^
