Sudden Confession

Author :

Sacchi

Disclaimer :

Kuroko no Basuke is belong to Fujimaki Tadatoshi

Pairing :

Aomine Daiki x Hiro Kuroru(OC)

Genre :

Friendship, Romance(maybe)

Warning :

Typo bertebaran, cerita ga jelas, OOC (maybe), etc.

(A/N : bagi yang kurang suka dengan pairing Chara x OC lebih baik mundur :) )

-Hiro POV-

Angin musim gugur bertiup pelan membelai lembut helaian demi helaian surai hitam sepundakku. Sore ini, Tetsu-nii mengajakku bertemu dengan teman-temannya dari Teiko. Ya, aku adik sepupu dari Kuroko Tetsuya, pemain bayangan dari Teiko. Aku berada di SMA yang sama dengan sepupuku, di Seirin. Angin bertiup kembali, kali ini lebih kencang hingga membuatku merinding kedinginan. Tetsu-nii yang menyadari ini memiberikan jaketnya padaku, tapi aku menolaknya dan akhirnya terjadi perdebatan kecil di antara kami. (A/N ; benar-benar akrab ya? Tee-hee! :v /dijitak Hiro/). Perdebatan kami tidak berlangsung lama karena sesaat kemudian satu persatu anggota GoM telah berkumpul. Ada sesuatu yang mengejutkan sekaligus membuatku senang, temanku sejak di sekolah menengah, telah mendapatkan hati seseorang yang sangat dia sukai, Kise Ryouta (Author : itu author. Kise milikku seorang! *evilsmirk* /digebukinfansKise/). Ah! lupakan hal tak penting itu. Jadi mereka ini yang disebut dengan Kiseki no Sedai? Luar biasa rasanya berada di tengah-tengah mereka. Aku yakin mereka semua hebat dalam basket. Namun yang paling menarik perhatianku adalah seseorang berkulit tan dan bersurai biru gelap. Yup! Dia adalah si jenius basket Ahomine *typo /punched/* Aomine Daiki.

Aku sudah sering mendengarkan cerita tentang Aomine dari Tetsu-nii. Sesuai yang kubayangkan di pasti memiliki tubuh tinggi dan besar oke, tidak sebesar murasakibara dan memiliki wajah yang sangar(?) tapi agak kelihatan bodoh juga. Entahlah, aku belum pasti orang itu seperti apa. Tapi menurutku dia keren, aku ingin tahu lebih tentang dia.

~Beberapa hari kemudian~

-Normal POV-

Hiro berjalan kearah gym sambil bersenandung kecil, dia bukan manager tim basket Seirin namun setelah sekolah usai dia pasti akan kesana meskipun hanya untuk memberi tahu Kuroko kalau dia sedang ada kegiatan klub. Sesampainya di gym Hiro mengedarkan pandangannya mencari pemuda biru tersebut. Namun ia tak menemukannya.

"Hiro-chan!", sapa Furihata sambil berlari kecil kearah Hiro

"Doushita no, Furi-kun?"

"Ano... tadi Kuroko berpesan supaya kau pergi ke lapangan kemarin. Sore ini di kelas Kuroko ada jam tambahan", ujar Furihata

"Are? Lapangan?"

"Mm. aku juga kurang mengerti, dia hanya memintaku menyampaikan itu"

"Arigatou, Furi-kun. Kalau begitu aku pergi dulu. Jaa"

"Jaa. Matta ne"

Sambil mencerna pesan kuroko yang di sampailan furihata, hiro berjalan meninggalkan sekolah. Dia baru sadar, maksud kuroko pasti lapangan mereka datangi kemarin, saat anggota Kisedai berkumpul. Hiro terus bertanya-tanya kenapa Kuroko memintanya untuk pergi kesana, sampai ia melihat sosok pemuda bersurai biru gelap di depan gerbang sekolahnya.

-Hiro POV-

Aku masih tak mengerti kenapa Tetsu-nii memintaku pergi kelapangan itu dan anehnya kali ini dia memintaku pergi tanpanya, padahal biasanya dia selalu khawatir jika aku pergi sendiri seusai sekolah. Aku masih tak berhenti berpikir hingga aku melihat sesosok pemuda bersurai biru tua di depan gerbang sekolahku. 'Are? bukankah itu Aomine-kun?' pikirku. Tanpa berpikir panjang aku berlari kecil menuju pemuda itu dan dugaanku tidak salah dia adalah Aomine Daiki.

"Kau Aomine Daiki kan?"

"Aa... Iya benar. Bukannya kau sepupumya Tetsu?"

"Um. Apa yang lakukan disini?"

"Aku sedang menunggu Tetsu, sebenarnya tadi dia memintaku ke lapangan kemarin. Tapi kurasa lebih cepat kalau aku menunggunya disini"

"A-apa? ke lapangan?"

"Hm"

"Sebenarnya Tetsu-nii memintaku kesana juga, dan saat ini dia sedang mengikuti jam tambahan di kelasnya"

"A-apa kau bilang? memintamu kesana? jam tambahan?"

'Drrrtt'

Belum sempat menjawab pertanyaan Aomine, ponselku berdering. Ah, ternyata dari Tetsu-nii. Aku terkejut setelah selesai membaca pesannya. 'Sebenarnya apa yang dipikirkan bocah biru ini? Kenapa dia harus memintaku memberi tahu Aomine? Kenapa dia tidak mengirimkan pesan padanya saja?'

"A-anoo... Aomine-kun"

"Hn?"

"Sebenarnya ada perlu apa kau mencari Tetsu-nii?"

"Dia memintaku mengajarinya untuk menembak"

"Ta-tapi sekarang dia sedang ada jam tambahan di kelasnya"

"Kau sudah mengatakan itu tadi"

"Kenapa dia tidak menghubungimu atau Satsuki-chan?"

"Aa... mungkin karena ponselku mati dan Satsuki sudah pergi lebih dulu sebelum aku keluar kelas"

"Gomenasai!"

"Huh? kenapa kau meminta maaf?"

"Etto... karena Tetsu-nii, kau jadi harus jauh-jauh kesini. Gomenasai!"

"Hahaha... kau ini polos sekali seperti Tetsu"

"Eh? kalau begitu aku pulang dulu, jaa Aomine-kun"

"Huh? Tunggu Kuroru!"

"Are? Apa ada yang ingin kau katakan?"

"Se-baiknya aku mengantarmu"

"Ti-tidak! Aku tak apa-apa"

"Sudahlah, ini sudah hampir petang. Aku tak akan membiarkanmu pulang sendiri"

"I-Iie. Daijoubu desu"

"Kalau ada apa-apa denganmu Tetsu pasti akan membunuhku. Kearah mana rumahmu?"

"Tetsu-nii tak akan membunuhmu, Aomine-kun! Tapi kalau kau memaksa... rumahku searah dengan Tetsu-nii, tepatnya dua blok sebelum rumah Tetsu-nii"

"Baiklah. Kebetulan aku juga melewati jalan itu"

"Um. Ayo pergi"

'Kyaaaaa! apa ini mimpi?' teriakku dalam hati

Aku berjalan dengan Aomine Daiki dan hanya... berdua? Aku benar-benar seperti berada dalam mimpi! Aku harus berterima kasih pada Tetsu-nii karena aku bisa jalan berdua dengan seseorang yang sudah ku kagumi selama ini. Apakah saat ini wajahku semerah tomat? kalau itu terjadi pasti aku akan mengkhawatirkan Aomine-kun. Tidak! Tidak! Aku harus bersikap biasa saja, sepertinya dia juga tidak begitu tertarik padaku.

-Aomine POV-

'Kenapa jantungku berdegup kencang? aku tidak pernah seperti ini sebelumnya. Apa sebenarnya yang terjadi? Kenapa pipi Kuroru memerah? Apa dia sakit? Sepertinya tidak. Kenapa aku mengkhawatirkannya? Ah, sial! Kenapa Tetsu tidak pernah memebri tahuku kalau dia memiliki sepupu perempuan yang semanis ini? Dia juga polos seperti Tetsu. Bagaimana bisa Tetsu membiarkannya menemuiku sendirian? Bagaimana kalau dia tidak menemukanku dan terjadi apa-apa padanya?'

Eh? Tunggu! Apa yang aku pikirkan? Tch! ini pasti gara-gara aku berjalan dengan seorang gadis. Aku memang sering berjalan berdua dengan Satsuki, tapi itu adalah hal lain. Satsuki seperti adik perempuanku. Tapi Kuroru...

"Aa... Kuroru"

"Hn? Doushitano, Aomine-kun?"

"Apa kau ingin berjalan-jalan lebih dulu? Ta-tapi kalau kau tak mau juga tak masalah, lagi pula ini sudah malam"

"Hmm... kedengarannya menyenangkan"

"Huh? Apa?"

"Jadi kita akan kemana?"

"Etto...", ah Sial! apa yang kupikirkan? kenapa aku malah mengajaknya berjalan-jalan. Kalau sudah begini...

"Bagaimana kalau kita ke arcade?"

"Ide yang bagus!"

"Yosha! Ayo kita bersenang-senang, Kuroru!"

"Hai!"

(A/N : Ahomine OOC kah? sangat! tak apa lah, yang pentung Hiro bahagia *tebar bunga* xD)

-Hiro POV-

Ini bukan mimpi kan? Aomine-kun mengajakku ke arcade? dan kita hanya...berdua. Tch! memikirkannya saja sudah membuat wajahku panas. Aku benat-benar tak menyangka ini terjadi. What else would you do if your crush ask you to go out except say yes? Inilah yang terjadi padaku saat ini, bagaimana bisa aku menolaknya? ini adalah kesempatan langka, bertemu dengan Aomine-kun tanpa sengaja kemudian malah pergi berdua dengannya ke arcade. Ku ulangi sekali lagi dengan capslock plus bold BERDUA. Tentu saja bagiku ini rasanya seperti mimpi, tapi inilah kenyataannya.

Berjalan sekitar lima belas menit dari sekolahku, kita akhirnya sampai di arcade di dekat stasiun. Tanpa berfikir panjang kita berdua mulai menaklukan game yang ada disana satu persatu, terkadang juga berduel. Aomine-kun mengajariku shooting yang tak pernah bisa kulakukan. Ia juga mengajariku menembak para zombie yang ingin memakan otak. Ngomong-ngomong zombie itu benar-benar menakutkan sunia nyata. (A/N :Hii... takuuuut.. *peluk Kise*)

Game terakhir yang menarik perhatianku adalah Doll Claw Machine, meskipun sudah pernah mencoba berkali-kali aku tak pernah bisa menaklukkannya. Berbeda dengan Tetsu-nii, dia ahlinya Claw Machine.

"Haah... andaikan Tetsu-nii disini, pasti penguin itu bisa jadi milikku", gumamku sambil menatap boneka penguin yang ada di Claw Machine di depanku

"Ada apa, Kuroru? Kau ingin mencoba mesin ini?", tanya Aomine-kun yang entah sejak kapan disampingku

"Hmm... jika saja ada Tetsu-nii"

"Serahkan saja padaku, mana yang kau inginkan?"

"Etto... penguin di sebelah panther itu"

"Baiklah, aku akan mengambilkannya untukmu!"

"Hontouni?"

"Hm. Serahkan saja padaku!"

Akhirnya aku menyerah pada Aomine-kun. Yah... mau bagaimana lagi, Tetsu-nii tidak ada disini, dan aku menginginkan itu. Aomine-kun adalah satu-satunya harapanku. Dia sudah menjalankan mesinnya, ayo Aomine-kun... kau pasti bisa mendapatkannya... Dia sudah mendekati penguin itu! Aku hanya bisa memejamkan mata sambil berharap semoga ia mendapatkannya, sampai aku mendengar sesuatu yang jatuh dari mesin itu. Dia mendapatkannya! Dengan semangat aku mencoba mengambil boneka yamg telah ia dapatkan. Akan tetapi...

"Are? Sepertinya ini bukan penguin"

"Aa... Gomenasai, Kuroru!"

"Huh? panther?"

"Gomen... aku sudah mencoba mengambil penguin itu tapi-"

"Daijoubu. Aku menyukainya. Arigatou, Aomine-kun"

"Kenapa kasih? Aku bahkan gagal mengambil penguin itu"

"Daijoubu. sudah kubilang, aku menyukai panther ini. Dia terlihat imut meskipun berwarna hitam. Hahaha"

"Kalau begitu, aku akan mentraktirmu es krim sebagai permintaan maafku"

"Ti-tidak usah. aku sudah senang bisa bermain disini"

"Tapi aku tidak menerima penolakan"

-Aomine POV-

Kami-sama kenapa jantungku berdegup semakin kencang saat bersama Kuroru. Apa yang terjadi padaku? Kenapa hanya saat bersama Kuroru? Aku bahkan gagal mengambilkan penguin itu untuknya, malah panther yang kudapat. Tapi dia malah berterima kasih sambil tersenyum manis seperti itu. Bagaimana ini? Apa yang salah dengan diriku? Perasaan aneh apa ini? Kenapa aku selalu memikirkan Kuroru. Ah ini bukan saatnya memikirkan itu. Lagipula tak masalah jika terus seperti ini. Hatiku terasa hangat saat bersamanya. Dimulai dari pulang bersama, bermain di arcade, sampai memakan es krim bersama-sama sepertinya aku sengaja mengulur waktu untuk bisa bersamanya lebih lama. Aku menyukai gadis ini. Tapi tak apakah jika kuungkapkan? Bagaimana kalau dia malah ketakutan? Atau sebaiknya kusimpan saja? Tapi aku tak akan rela kalau dia bersama laki-laki lain. Aku hanya perlu waktu yang tepat. Sudah kuputuskan! Aku akan memberitahu ketika kami sampai dirumahnya. Tapi itu berarti kami akan berpisah. Kami-sama aku ingin bersama dengan gadis ini lebih lama lagi. Aku tak ingin ini berakhir

-Hiro POV-

Hmm... Aku benar-benar senang bisa bersama Aomine-kun hari ini. Dia benar-benar aorang yang baik, berbeda jauh dengan penampilan badassnya. Aku semakin menyukainya. Berjalan bersamanya, bermain di arcade, makan es krim bersama, tak kusangka kami bisa sedekat ini dalam waktu singkat. Apakah dia sengaja mengulur waktu agar kami bisa bersama lebih lama? Ah! tapi itu tak mungkin. Dia tak mungkin memiliki perasaan yang sama denganku, kurasa dia bukan tipe orang yang mudah jatuh cinta dengan orang yang baru dikenal. Tapi aku benar-benar senang bisa bersamanya hari ini, dan panther kecil ini akan selalu menjadi kenangan darinya. Meskipun agak aneh, tapi panther ini terlihat imut dan sedikit mirip dengan Aomine-kun. Haha... entahlah, aku tak tahu apa yang kupikirkan. sepertinya kebersamaan kami tak akan berlangsung lebih lama lagi. Rumahku sudah terlihat dan itu berarti kami harus berpisah. Aku tak akan menyangkalnya, aku tak ingin hari ini berakhir. Aku masih ingin bersama Aomine-kun.

-Normal POV-

Seperti yang sudah kalian baca diatas *apasih? :v* Hiro dan Ahomine tak ingin berpisah. (Author : sumpah author iri 。゚(´Д`゚)゚。). Mereka berdua terlihat berjalan lebih pelan dari sebelumnya sengaja mengulur waktu. Satu langkah... dua langkah... tiga langkah... rumah Hiro semakin dekat dengan mereka. Sampai akhirnya Hiro memilih berhenti berjalan.

"Huh? Kuroru, kenapa kau berhenti?"

"Rumahku sudah dekat, 50 meter dari sini, Aomine-kun"

"Lalu kenapa kau berhenti?"

"Karena... aku tak ingin hari ini berakhir"

"Apa yang kau katakan?"

"A-aku me-"

"Diam! jangan lanjutkan! ayo cepat ini sudah malam"

"Aomine-kun! dengarkan aku du-"

"Hir- ma-maksudku Kuroru!"

"Tak apa, panggil Hiro saja"

"Tapi..."

"Sudah kubilang tak apa!"

"Ba-baiklah. Hiro, aku menyukaimu!"

"A-apa maksudmu?"

"Aku tak peduli jika kau menolaknya atau lari meninggalkanku, tapi aku menyukaimu, Hiro! Hontou ni suki da yo"

"A-atashi mo. se-sebenarnya a-aku juga menyukaimu, Dai- Aomine-kun!"

"Huh? benarkah?

"Um"

"Pa-panggil saja Daiki, aku tak masalah"

"Kalau begitu... Dai-chan!"

"Hey! kau terdengar seperti Satsuki!"

"Bagaimana kalau Dai-kun?"

"Terserah kau saja"

"Hm! Kita sudah sampai"

"Kalau begitu cepatlah masuk, udaranya dingin"

"Baiklah. Umm.. Dai-kun"

"Hm?"

"Suki da yo"

"Su-sudahlah. aku akan langsung pulang"

"Itterashai. Terimakasih sudah mengantarku"

"Hm. Sudah seharusnya begitu. Oyasuminasai"

"Oyasumi"

The End

Syalalalalalalala~~~

Sacchi datang lagi ^^/

Gomen kalau ceritanya gaje, karena ya cuma ini yang ada di pikiran saya dan udah saya tuangin semuanya :v

Entahlah mungkin imajinasi saya kurang atau apalah :v

Buat Hiro-chan, harus ninggalin jejak, kalo enga Ahomine bakal tak culik xD

Jaa, minna~~~~

R&R please! ^^/ ^^*