Cast : HaeHyuk (Donghae/Hyukjae), KyuMin (Kyuhyun/Sungmin), ZhouRy (Zhoumi/Henry), HanChul (Hangeng/Heechul)
Genre : Romance, angst. Terserah reader aja
Disclaimers : ff ini murni buatan author. Kalo ada kesamaan tokoh atau cerita, itu hanya kebetulan.
Annyeonghaseyo
Author seumateu disini. Author masih newbie, jadi mian kalo ceritanya garing bin gak yang sudah baca tolong review ya, biar author dodol satu ini bisa tahu dimana kesalahan author. Yaudah kalo begitu, daripada lama-lama, selamat membaca. warning, genderswich.
Chapter 1
Mokpo, 10 Februari 2005
Seorang yeoja mungil tengah berjalan di sebuah daerah yang cukup sepi. Yeoja dengan seragam bertuliskan 'Lee Hyuk Jae' itu berjalan dengan langkah lesu dan penampilan yang luar biasa berantakan. Rambut hitam sebahunya yang tadi ia kuncir rapi, kini telah berantakan. Seragam yang awalnya rapi, kini juga telah lusuh. Perlahan keringatnya yang sebesar biji durian *plak* biji jagung mengucur di wajah putihnya. Bagaimana tidak, saat ini jarum jam menunjukkan pukul 10.59 malam.
Hyukjae's POV
Aku berjalan lemas menuju rumahku. Perutku lapar, dan aku yakin sekarang pasti penampilanku abstrak saking lusuhnya. Aku sempat melirik jam di sebuah toko. Omona... sekarang sudah hampir jam 11. 'huh, dasar guru aneh, tugas sih tugas, tapi gak segitunya. Pake' nyuruh bikin artikel tentang kura-kura pula. Dasar maniak kura-kura' dalam hati aku terus mengutuki guruku sendiri. Tapi aku heran, kenapa orang hidrosefalus bisa hidup sampai setua itu ya?.
Tiba-tiba aku mendengar suara yang tak asing bagiku. Karena jalanan agak sepi jadi aku bisa mendengar lebih jelas. Suara seorang yeoja dan namja dari bangku taman yang tak jauh dariku. Untung saja posisiku di belakang bangku tersebut dan lagi ada semak-semak diantara aku dan bangku itu, jadi bisa nguping + ngintip tanpa kedengeran deh. (ketahuan kalo author tukang nguping ==')
Benar, aku kenal yeoja yang duduk di bangku itu. Meskipun melihat dari belakang, tapi aku hafal itu kepala milik siapa. Bagaimana tidak, dia Sungmin, teman sejak kecilku, bahkan sekarang kami satu kelas. Tapi siapa namja yang duduk disampingnya?, kalau Donghae tidak mungkin, kepalanya terlalu besar untuk kepala Donghae *dibantai Sparkyu*. Omona... mereka kissu, padahal kan Sungmin baru satu bulan jadian sama Donghae. Mataku membulat sempurna melihat kejadian tadi. Sebisa mungkin aku tenang dan segera pulang ke rumah.
Sesampainya di rumah, aku segera mengunci pitu dan duduk di sofa di ruang tamu. Aku tinggal sendirian disini. Appa dan Umma sudah meninggal 5 tahun lalu. Hanya rumah ini –dan tentu saja beberapa lembar uang, tapi tak seberapa—yang kini aku miliki. Sebenarnya aku diminta tinggal di panti asuhuan, tapi kalau aku kesana bagaimana nasib rumah ini. Tapi untunglah negara masih mau menanggung biaya hidupku. Oke, back to the topic. Aku gak habis pikir, bagaimana bisa Sungmin yang baru jadian ternyata punya pacar selain Donghae. Aku tahu mereka jadian karena akulah 'mak comblang' mereka. Aku yang membantu mereka dari berkenalan hingga mereka jadian seperti sekarang. Jujur, aku malas menjodohkan mereka, karena aku sendiri juga suka Donghae, apalagi melihat kejadian tadi, aku jadi menyesal rasanya.
Gyut...
Tiba-tiba kepalaku terasa sakit. Terlalu sakit untuk disebut sakit kepala. 'Pasti ini karena tadi siang aku lupa minum obat.' Pikirku. Sebenarnya aku tahu apa yang terjadi padaku, tapi aku merahasiakannya –bahkan Hae dan Umin tidak tahu—sambil mencoba menyembuhkannya, walau sepertinya tidak mungkin. Aku segera masuk ke kamar dan mengobrak-abrik laci meja di kamarku. Setelah menemukan yang aku cari, aku segera meminumnya. Sebenarnya obat itu bukan untuk menyembuhkan, tapi hanya bisa menekan rasa sakitnya. Bagaimanapun aku tidak boleh mati dulu, tidak sebelum penggantiku datang. Kurasakan mataku semakin berat, tanda obat tadi mulai bekerja. Kuputuskan untuk ikut apa perintah obat tadi.
Hyukjae's POV end.
Esok harinya saat Hyukjae masuk kelas, ia berpapasan dengan Sungmin. Hyukjae sebisa mungkin bersikap tenang meskipun sebenarnya dia sangat ingin bertanya siapa namja yang kemarin ia lihat. Tapi Sungmin tak sebodoh itu, ia tahu apa yang dipikirkan Hyukjae hanya dari melihat mimik wajahnya. Seperti biasa Sungmin duduk di depan Hyukjae.
Saat pulang sekolah, Sungmin membalik badannya sehingga menghadap Hyukjae.
"Hyukie, ayo kita main truth or dare." Kata Sungmin sambil menatap manis pada Hyukjae. Yeoja yang dipanggil Hyukie tadi menghentikan kegiatannya yang semula, yaitu membereskan bukunya.
"Gak ah, aku mau cepat-cepat pulang aja" Hyukjae mengambil tasnya, bermaksud pulang dan meninggalkan Sungmin. Toh setiap hari Donghae akan datang dan mengantar Sungmin pulang, jadi Sungmin tidak akan sendirian jika ditinggal Hyukjae pulang.
"Ayolah Hyukie, aku ingin main." Kata Sungmin.
"Ya sudah lah, tapi aku gak punya waktu lama, aku harus cepat-cepat mengerjakan tugas Kim songsaenim kemarin." Hyukjae mencoba menjawab dengan datar, padahal dia sudah merasa bahwa Sungmin tahu dia melihat Sungmin dan namja itu di bangku taman.
Sungmin memutar pensilnya dan berhenti tepat mengarah ke Sungmin. Hyukjae lalu menyiapkan pertanyaannya, pertanyaan yang sudah sangat ingin ia tanyakan.
"Sungmin, apa kau berada di taman kemarin malam jam 11?" Hyukjae bertanya dengan tampang sedatar mungkin. Anehnya Sungmin juga bermimik wajah datar, bahkan lebih terlihat seperti dingin.
"Sebanarnya yang ingin kau tanyakan bukan tentang aku kemarin, kan?".
Hyukjae masih diam menunggu jawaban Sungmin.
"Kau pasti ingin bertanya tentang aku dan Kyuhyun saat di taman kemarin malam." Kata Sungmin masih dengan tatapan dingin.
"Jadi namanya Kyuhyun? Apa yang kemarin aku lihat itu benar?" tanya Hyukjae langsung.
"Menurutmu?" sekarang giliran Sungmin yang bertanya ke Hyukjae.
BRAK! Meja yang berada di hadapan Hyukjae dan Sungmin kini menjadi sasaran emosi dari salah satu diantara mereka.
"ORANG MACAM APA KAU INI, SUNGMIN! Kau benar-benar kenal namja kemarin, kan. Kau bahkan sudah pacaran dengannya, kan." Suara Hyukjae kini mulai meninggi. Sungmin hanya terdiam sambil menundukkan kepalanya.
"JAWAB AKU, LEE SUNGMIN!" suara Hyukjae kini kembali meninggi.
"Ada apa ini sebenarnya?" tanya Donghae dengan nada agak meninggi, membuat Hyukjae kini benar-benar terkejutmelihat sosok di depan pintu kelasnya.
"Hiks... Hiks..." terdengar isakan dari seorang yeoja yang tengah menunduk. Dia –Lee Sungmin—segera bangkit dari duduknya dan menangis di pundak kiri namjachingunya.
"Hae, tadi Hyukie bilang kalau aku selingkuh, padahal kan aku cuma setia sama Hae. Hiks..." Hyukie yang mendengar kata-kata Sungminhanya bisa mendengus sambil mengumpat kecil. Dia merasa, pasti Donghae akan membela yeojachingunya. Apalagi Sungmin yang sedang menangis. Dan ternyata dugaannya benar.
"LEE HYUKJAE! Apa-apaan kau ini! Bukan karena mentang-mentang kau sahabat kami kau bisa menghina Sungmin, bahkan sampai memfitnah Sungmin." Donghae yang percaya kata-kata Sungmin itu berteriak pada Hyukjae.
"Terserah kalian saja lah. Yang pasti aku harus pulang. Sampai besok." Kata Hyukjae sambil berjalan menjauh. Saat berpapasan langsung dengan mereka berdua Hyukjae sempat menabrakkan pundaknya ke pundak kanan Donghae.
"Hyukie. Aku tidak mau bertemu kau lagi kalau kau belum minta maaf pada Sungmin. Atau..." kata-kata Donghae tertahan. Hyukjae masih berjalan menjauh.
"Kita bukan teman lagi."
Kata-kata Donghae tadi sukses membuat langkah Hyukjae berhenti. Sungmin juga sama terkejutnya, ia tidak menyangka Donghae bisa setegas itu. Terlalu tegas untuk Donghae yang biasanya.
Hyukjae's POV.
"Hyukie. Aku tidak mau bertemu kau lagi kalau kau belum minta maaf pada Sungmin. Atau..." aku masih berjalan menjauh. Kupelankan langkahku untuk mendengar kata-kata Hae yang tergantung.
"Kita bukan teman lagi."
Jgler.
Langkahku terhenti seketika mendengar kata-kata Hae yang tadi menggantung. Perlahan cairan bening menetes dari mataku.
"Itu lebih baik." Kataku tanpa membalik tubuhku, bahkan aku tidak menoleh sedikitpun.
Aku segera keluar dari area sekolah. Perlahan tapi pasti, tetes air mata membasahi wajahku. Aku menggigit bibir bawahku agar tidak terisak. Jujur saja, bangaimana bisa aku tidak menangis, orang yang aku sukai justru malah memutuskan tali persahaban kami hanya demi Sungmin, yeojachingunya yang tak punya hati. Aku lebih baik tidak bertemu mereka lagi daripada harus minta maaf, karena aku yakin aku ada di posisi yang benar.
Aku ingin secepatnya pulang, tapi bus yang seharusnya aku naiki sudah berangkat, jadi aku jalan kaki saja daripada menunggu di halte. Saat aku menyeberang jalan, aku tidak tahu lampu penyebrangan disana sedang rusak, jadi aku menyeberang tanpa lihat kanan kiri.
Tiba-tiba saat aku menoleh ke kiri, aku melihat sebuah mobil Hyundai hitam mendekatiku dengan kecepatan yang cukup tinggi. aku tak bisa bergerak, entah kenapa rasanya kakiku jadi kaku. Alhasil aku sukses ditabrak dan badanku menghantam trotoar. Aku sempat melihat beberapa orang mengrumuniku, tapi lama-kelamaan mataku menjadi berat dan aku tak sadarkan diri.
Hyukjae's POV end
Zhoumi's POV
Aku memacu mobilku dengan secepat mungkin. Aku tak mau melewatkan pesta kejutan ultah Appaku, Tan Hangeng. Tapi tiba-tiba aku melihat seorang yeoja yang menyebrang jalan. Aku sebisa mungkin menghentikan laju mobilku, tapi sayang, yeoja itu terlanjur kutabrak. Yeoja itu terlempar dan menghantam trotoar. Kepalanya mengeluarkan darah, seragamnya yang putih kini telah bercampur dengan warna darah.
Aku secepat mungkin membawa yeoja itu masuk kedalam mobilku, tentu saja untuk kubawa ke Rumah Sakit. Sejenak aku melupakan acara ultah Appaku, karena aku terlalu khawatir dengan yeoja yang aku tabrak. Dia masih sekolah, bagaimana kalau keluarganya tidak terima yeoja ini aku tabrak. Padahal sudah 5 tahun aku di Mokpo tapi masih saja aku sering menabrak, kalau dihitung ini sudah orang ke 8 yang aku tabrak. Aiiiish... Zhoumi di Rumah Sakit, ternyata yeoja itu harus masuk ruang ICU. 'separah itukah?, bisa-bisa aku kena marah Umma lagi nih' batinku dalam hati.
"Yeoboseo, Umma. Aku sepertinya pulang terlambat." Aku menelepon Umma, kalau gak, nanti Umma akan panik berlebihan. Maklum aku satu-satunya anak Umma, padahal aku sudah sebesar ini, tapi masih saja Umma selalu khawatir. Ckck.
"Wae?" tanya Ummaku di sebrang sana. Niatnya aku tidak bilang Umma kalau aku nabrak lagi, jadi aku bilang saja ada urusan.
"Kau nabrak lagi,ya?" kata-kata Umma membuatku kaget. Umma seperti bisa membaca pikiran saja.
"TanZhoumi?"
"Ne Umma. Umma benar." Kalimat terakhir tadi kuucapkan pelan, berharap Umma tidak dengar.
"TAN ZHOUMI...!" terdengar teriakan melengkingkhas Ummaku dari sebrang sana, bahkan aku sampai menjauhkan ponselku dari telinga saking kerasnya.
"Sudah berapa kali Umma bilang hati-hati, makanya jangan suka ngebut. Sekarang kamu ada dimana?" Ummaku kembali bertanya, tapi untunglah sekarang tidak dengan teriakan.
"Seperti biasa, aku di Lucifer Hospital, Umma." Sudah biasa, setiap aku menabrak orang, aku pasti membawanya ke Rumah Sakit ini, karena hanya rumah sakit ini yang aku hafal jalannya.
Satu jam setelah aku menelepon Ummaku, ternyata Umma datang ke Rumah Sakit, bahkan bersama Appa. Makin terancam nih nyawaku. Tepat saat Umma menghampiriku, dokter keluar dari ruang tempat dirawatnya Yeoja tadi. Otomatis Umma menghampiri dokter dan bertanya tentang yeoja tadi.
"Bagaimana keadaannya dok?" tanya Ummaku langsung.
"Yeoja itu mengalami gegar otak ringan karena terbentur trotoar. Dan akibat terbentur pula, syaraf kakinya mengalami gangguan, jadi dia mengalami lumpuh. Namun masih bisa disembuhkan dengan terapi rutin." Kata doter itu panjang lebar. Appa menoleh sambil mendelik ke arahku. Aku hanya bisa menelan ludah dan berdoa, semoga saja aku tidak berakhir seperti yeoja tadi setelah dipukuli Appa.
Zhoumi's POV end.
Di sebuah kamar ICU di sebuah rumah sakit, tampak seorang yeoja yang menggunakan seragam bertuliskan nama Lee Hyuk Jae tengah terbaring. Tapak juga seorang yeoja paruh baja dan dua orang namja. Jam di ruang tersebut menunjukkan pukul 9 malam. Itu artinya sudah 6 jam sejak kecelakaan tadi, dan 6 jam pula sang yeoja berseragam itu terbaring dengan menutup kedua matanya. Tiba-tiba tangan Hyukjae bergerak dan meta kecilnya perlahan terbuka.
"Nona, kau tidak apa-apa?" tanya seorang namja bernama Tan Zhoumi.
Plak.
Sebuah pukulan berhasil dengan mulusnya mendarat di kepala Zhoumi.
"Pabbo! Bagaimana bisa dia baik-baik saja kalau kau sudah menabraknya sampai dia pingsan selama 6 jam, ha?" kataHangeng selaku sang Appa dengan nada agak meninggi.
"Hst... jangan berisik! Ini rumah sakit, pabbo. Hannie, cepat panggil dokter." Kata yeoja paruh baya yang bernama Heechul tersebut. Merasa dirinya mendapat tugas suci, namja paruh baya bernama Hangeng tersebut segera keluar dari ruang tersebut.
Setelah diperiksa, dokter berkata bahwa keadaan Hyukjae mulai membaik, dan dia disarankan untuk beristirahat.
"Ini rumah sakit ya?" kata Hyukjae setelah dokter tadi keluar dari kamarnya.
"Ne, ini rumah sakit. Tapi sebentar lagi kau pasti boleh pulang." Kata Heechul menanggapi pertanyaan Hyukjae tadi.
"Aniya. Tidak apa-apa kok. Aku sudah terbiasa dengan rumah sakit." Kata Hyukjae sambil tersenyum kepada Heechul.
"Siapa namamu, nak? Dimana kau tinggal? Atau, berapa nomor telpon rumahmu? Biar Ahjuma hubungi keluargamu" kata Heechul sambil tersenyum membalas senyum Hyukjae.
"Lee Hyukjae imnida. Aku yatim piatu. Orang tuaku meninggal 5 tahun lalu. Dirumah aku tinggal sendirian, jadi tidak ada orang." Jawab Hyukjae dengan polosnya.
"Bagaimana dengan saudara ayah atau ibumu?" tanya Heechul lagi.
"Appa anak tunggal, Umma sebenarnya punya adik, tapi adiknya sudah meninggal saat masih kecil. Haelmoni dan Harabuchi juga sudah meninggal, sehingga tinggal aku anggota keluarga Lee yang tersisa." Kata Hyukjae lagi.
"Kami turut berduka cita." Kata Heechul haru.
"Ne, gwenchana, Ahjuma." Kata Hyukjae sambil tersenyum, seakan tidak ada beban di hidupnya.
"Tapi maaf, anda siapa?" Tanya Hyukjae pada 3 orang yang kini ada di ruang tempat dia dirawat.
"O iya. Maaf kami belum memperkenalkan diri. Nama Ahjuma Tan Heechul. Suami Ahjuma namanya Tan Hangeng. Dan anak Ahjuma namanya Tan Zhoumi, dia yang tadi menabrakmu." Kata Heechul. Sebenarnya Heechul bicara dengan nada halus dan dengan tersenyum, tapi aura di ruang itu justri suram saat memperkenalkan Zhoumi, bahkan kalimat terakhir Heechul terasa seperti pisau belati yang menusuk langsung ke jantung Zhoumi.
"Ne, mianhamnida Hyukjae-ssi" kata Zhoumi sambil menunduk sedalam-dalamnya.
"Aniya Zhoumi -sshi. Aku yang salah, menyebrang tanpa lihat kanan kiri. Mianha..." tiba-tiba kata-kata Hyukjae terputus. Niatnya dia ingin berdiri dan membungkuk pada Zhoumi, tapi dia tidak dapat menggerakkan kedua kakinya.
"Hyukjae-ssi, tolong anda tenang dulu." kata Zhoumi melihat ekspresi terkejut di wajah Hyukjae.
"A... apa... apa yang terjadi? Ada apa dengan kakiku?" kata Hyukjae terkejut.
"Hyukjae-ssi..." belum sempat Heechul menenangkan Hyukjae tiba-tiba kata-katanya terpotong oleh ucapan Hyukjae.
"Apa aku lumpuh?" tanya Hyukjae.
"Hyukjae-ssi..."Heechul kembali mencoba menenangkan Hyukjae, namun kembali terpotong. Bukan karena dipotong kata-kata Hyukjae, tapi karena Heechul tidak tega melihat Hyukjae.
"Jadi sekarang aku lumpuh." kata Hyukjae menegaskan pada dirinya sendiri.
"Hukjae-ssi, sebenarnya kau bisa berjalan lagi, jika kau mengikuti terapi." kata Zhoumi dengan raut muka iba.
"Ne Hyukjae-ssi. Apa kau mau?" kata Heechul yang sudah meneteskan airmata.
"Akan kupikirkan dulu, Ahjuma." kata Hyukjae.
"Ne, sekarang sudah malam, kau sebaiknya istirahat. Kalau begitu Ahjuma pulang dulu ya. Kau tidak apa-apa kami tinggal?" tanya Heechul, dia sudah tak sanggup menahan tangis.
"Ne, Ahjuma. Ahjuma, Ahjusshi, dan Zhoumi -sshi hati-hati dijalan." kata Hyukjae sambil tersenyum, namun anehnya, dia masih bisa tersenyum lebar.
Sudah 3 hari Hyukjae di rumah sakit. Setiap hari Heechul selalu datang ke rumah sakit untuk menjenguk Hyukjae. Lama kelamaan, Hyukjae dan Heechulmenjadi dekat, bahkan seperti Umma dan anak perempuannya. Tapi saat ditanya apakah Hyukjae bersedia mengikuti terapi atau tidak, dia selalu saja bilang akan memikirkannya. Sampai suatu hari Heechul mendadak bilang pada Hyukjae bahwa ia tidak bisa lagi menjenguk Hyukjae di rumah sakit.
"Hyukie chagi, sepertinya Ahjuma tidak bisa menjengukmu lagi" kata Heechul dengan raut menyesal.
"Wae Ahjuma? Apa Hyukie punya salah? Kalau iya Hyukie minta maaf, Ahjuma." Kata Hyukjae dengan polosnya.
"Aniya. Tapi Hangeng Ahjussi masa kerjanya di Mokpo sudah habis, jadi keluarga Ahjuma harus kembali ke Seoul." kata Heechul. Raut wajah senang Hyukie berubah sedih setelah mendengar hal itu.
"Hyukie chagi, apa kau mau ikut terapi? Agar kau bisa jalan lagi." Kata Heechul.
"Ne Ahjuma, tapi boleh aku minta sesuatu?" kata Hyukjae, namun kali ini dengan senyum di wajahnya.
"Apa chagi?"
"Jadikan aku anak Ahjuma." Kata-kata Hyukjae tersebut sukses membuat kedua bola mata Heechul membulat sempurna.
Tbc.
Akhirnya selesai juga. Mian ya reader kalo gaje. Ini author buat disela-sela kepenatan UTS. Hehe. Review please ^^.
