Rina: Yay~ Rina sudah agak lesu di fandom Voca bahasa Inggris! Jadi na Rina balik lagi ke bahasa ibu!
Rin: Cerita memalukan apa yang akan kau tulis sekarang BakAuthor?
Rina: Setidaknya masih dengan rate T~ aku udah sering bikin rate M lime soal na!
Len: Dasar mesum…
Mel: Baru tahu kalo BakAuthor itu mesum?
Rina: Udah deh, kalian cepet-cepet baca disclaimer ato apa gitu kek!
Rin: Bayaran na?
Len: Masak ndak dibayar?
Mel: BakAuthor… mana apelku?
Rina: *sweatdrop gaje* Oke2 ntar kukasih sesuatu deh! Yg penting cepet baca dan kita lanjut ke cerita!
Rin,Len,Mel: Baiklah…
Disclaimer: Vocaloid milik Rina tapi hanya di mimpi…
Len: Udah tuh, mana bayarannya! *pasang wajah pemalak*
Rina: I-i-i-tu… *nunjuk kotak2 di pojokan*
Rin: Bagus
Rina: Nah, sementara ini cuman sebagian dari prolog… tapi disebut chapter 1 juga boleh. Yg penting jangan lupa untuk ritual, Like, Follow, dan Review~
*Dalam Normal POV
"Kalian semua, cari dia! Jangan biarkan dia lolos!" seorang lelaki tua menyuruh anak buahnya mengejar seseorang, saat dia menemukan bahwa benda yang seharusnya dia jaga telah tidak ada dan diganti dengan secarik kartu berwarna putih yang dihias dengan gambar sepatu kaca di bagian pojok kanan bawahnya. Disana dituliskan beberapa kalimat yang ditulis dengan huruf indah, dan mampu membuat hati lelaki tua itu geram.
Aku telah menerima permata Angel's Wing seperti yang kujanjikan. Semoga kau memiliki hari yang indah Inspektur.
~Cinderella~
Di tempat yang jauh dari TKP, seorang gadis memakai pakaian serba putih, bukan, dia bukan Kuntilanak apalagi Sunderbolong ataupun Susana yang gentayangan. Dia memakai sebuah sebuah dress tanpa lengan yang dipakaikan ke tubuhnya dengan pita putih bersih yang melilit lehernya. Dress itu memiliki bagian dada yang dibagi menjadi dua untuk menutup beberapa bagian ala kadarnya, dan disambungkan dengan tali putih yang ditali bentuk pita. Bagian pinggangnya terbuat dari bahan yang lebih tebal dan dikencangkan dengan sebuah sabuk perak di bagian pinggang.
Dia memakai rok pendek 5 cm diatas lutut dengan renda dibagian dalamnya yang sedikit terlihat dari luar. Di kepalanya terdapat topi putih seperti topi duka, hanya saja berwarna putih, dengan hiasan pita putih kecil. Poninya ia rapikan dengan sepasang jepit berbentuk G clef warna perak.
Dia memakai sebuah kalung dengan permata merah darah sebagai bagian utamanya. Sepatu yang dia pakai adalah sepatu tanpa hak dari bahan kulit berwarna putih. Dia memakai sarung tangan berwarna putih yang mencapai lengannya.
Dibawah sinar rembulan yang memantulkan bayangannya, gadis itu terlihat sangat cantik. Rambutnya yang berwarna Honey Blond seakan berkilauan saat dia bergerak. Sepasang kaki kecil miliknya telah membawanya pergi dari tempat yang tidak boleh dia datangi. Nafasnya sedikit tersengal-sengal saat dia berhenti berlari dan melihat ke sekelilingnya sebentar. Bagus, tidak ada yang mengejarnya.
Dengan lembut dia menyentuh kalung yang dia pakai sambil mengucapkan sebuah mantra. Dalam sekejap tubuhnya menghilang, dan diganti dengan seekor kelinci putih bersih yang memiliki anting permata merah kecil di telinganya.
Dia adalah Cinderella… dan sihir yang membalutnya telah pudar… seiring dengan jam yang berdentang 12 seorang pangeran akan datang untuk menjemputnya… maka dia akan tetap menjadi seperti itu… untuk selama-lamanya.
"Ella, (Cinderella) kita harus cepat kembali," ujar suara yang berasal dari anting yang kelinci itu pakai. Sungguh aneh memang, tapi itu kenyataan.
Kelinci itu sepertinya mengatakan sesuatu seperti, "Iya," tapi siapa yang tahu?
Dengan segera, kelinci itu melompat-lompat di jalanan yang sepi, hingga dia mencapai sebuah kandang kelinci yang merupakan milik seorang laki-laki baik hati yang memungutnya. Setelah dia masuk, dia kemudian tidur untuk memulihkan semua kekuatannya yang hilang.
Setelah beberapa lama, dia merasakan bahwa cahaya mentari menyentuh lingkungan di sekelilingnya, ia membuka matanya. Dan dengan pendengaran yang tajam, dia mengetahui bahwa seseorang sedang mendekatinya. Saat dia mengalihkan kepalanya untuk melihat pemilik suara kaki itu, pandangannya melunak. Ternyata dia laki-laki baik hati itu…
Someone POV
"Sial, sial, sial!" ujar ayahku yang menggebrak kaleng minumannya di meja makan. Kasihan sekali meja makanku ini…
"Gagal lagi ya?" tebakku. Hah, satu-satunya hal yang bisa membuat amarahnya meletup-letup hanya ada satu, yaitu kegagalannya dalam menangkap pencuri. Seperti yang kalian pikirkan, ayahku adalah seorang polisi, kepala Polisi lebih tepatnya.
"Bagaimana mungkin belum ada seorang pun yang berhasil melihat pencuri itu! Pencuri dengan nama 'Cinderella' ini! Bagaimana dia bisa masuk dan keluar tanpa ada seorang pun yang melihatnya! Dia seperti nenek sihir!" omel ayahku dengan menggebrak-gebrak meja malang.
"Itu hanya karena Ayah lengah saja bukan?" ujarku dengan memasukkan sesendok makan pagi ke dalam mulutku, hari ini aku membuat Kroket ayam untuk sarapan. Ayah tidak pernah bisa diandalkan dalam masalah dapur, jadi akulah yang selalu memasakkan makanan untuknya.
"Lain kali, lain kali… pasti akan kubongkar identitas pencuri itu!" ujarnya dengan meminum sekaleng minumannya lagi sebelum pingsan dengan wajahnya menemui meja terlebih dahulu.
Aku melirik apa yang diminum olehnya, dan menemukan penyebab kenapa dia pingsan dengan sangat bodoh seperti itu. Di kaleng itu terdapat nama merk sebuah bir dengan alkohol yang cukup tinggi. Pantas saja ayah bodoh ini pingsan setelah dua kaleng. Aku lebih heran kenapa dia minum di pagi hari yang cerah begini.
Sepertinya aku lupa memperkenalkan diri. Namaku Kagamine Len, umur 16 tahun, sekolah di Crypton High, sekolah swasta yang merupakan sekolah terfavorit di wilayah ini. Hanya anak-anak orang kaya, atau anak-anak berprestasi tinggi, atau anak-anak cantik ataupun tampan yang bisa memasuki sekolah itu. Aku tidak terlalu tahu apa aku tampan atau tidak, meski setiap pagi selalu saja ada satu kresek penuh surat berwarna pink dengan hiasan hati di lokerku.
"Dasar ayah bodoh… sekolah bodoh… pencuri… yah, mungkin Cinderella merupakan orang yang pintar… jadi hanya ayahku saja yang terlalu bodoh untuk menemukannya…" gerutuku sambil mengambil sebuah wortel dari dalam lemari pendingin.
Dari tadi sepertinya aku membicarakan tentang ayahku yang bodoh bukan? Namanya adalah Kagamine Kaito, Kepala Polisi di kepolisian kota kami. Ibuku? Ah, dia sudah meninggal sejak aku bisa berbicara, yang kuketahui hanyalah namanya saja, Kagamine Meiko, nama gadisnya adalah Sakine Meiko. Aku mulai mengurus rumah, sejak aku bisa mengerjakan pekerjaan rumah, dari yang biasa-biasa saja hingga yang sedikit ruwet, aku lah yang mengerjakan semuanya. Aku tidak mau pindah rumah hanya karena ayahku meledakkan rumah karena ingin membuat sarapan. Lagipula, orang bodoh mana yang akan menggoreng es krim? Ah aku lupa, ayahku melakukannya.
Lalu, aku yakin kalian pasti heran kenapa aku membawa wortel padahal aku tidak menyukai sayuran itu, apalagi mentahan, bukan? Sejujurnya, beberapa waktu yang lalu… kurang lebih 2 bulan lalu, lebih tepatnya, aku menemukan seekor kelinci di jalanan. Jujur saja aku langsung menyukai kelinci itu dan membawanya pulang untuk kurawat. Mata kelinci itu berwarna merah yang sangat bagus, lalu rambutnya berwarna krem lembut dengan telinga berwarna putih. Saat dibelai, rambutnya itu sangatlah halus seperti sutra.
Tapi, yang paling menyita perhatianku adalah anting permata merah yang dimiliki kelinci itu. Aku sudah berusaha untuk melepaskan anting itu berkali-kali namun selalu gagal. Aneh, bahkan aku tidak pernah bisa menyentuh permata anting itu meskipun sekali. Yang membuatku heran, Cinderella, tidak pernah datang untuk mengambil kelinciku ini meski memiliki anting yang sangat berharga. Padahal setahuku dia selalu mencuri permata-permata terindah, lukisan-lukisan ternama, bahkan patung-patung yang memiliki nilai seni tinggi di seluruh penjuru negara, hingga membuat para petinggi kepolisian pusing sendiri. Kenapa dia tidak mengambil anting permata yang dimiliki oleh seekor kelinci tanpa perlindungan? Padahal dia bisa melarikan diri dari semua pandangan polisi dan mendapatkan targetnya pada tengah malam, namun dia tidak datang untuk mengambil seekor kelinci.
Sejak kemunculan pertama Cinderella, aku selalu heran dengan aksinya. Dia selalu datang tepat pada tengah malam, tepat saat bel berbunyi, seperti Cinderella di dalam cerita. Meski dengan pengawasan tertinggi, dia bahkan tidak muncul di tempat barangnya, namun sudah mendapatkan benda yang diinginkannya, saat para polisi membalikkan punggung mereka untuk memastikan keberadaan benda itu. Semuanya seperti… sihir. Tapi, di dunia ini kan tidak ada sihir…
Aku selalu membayangkannya sebagai seorang gadis yang umurnya tidak jauh terpaut denganku. Aku tidak pernah mempercayai rumor bahwa dia adalah seorang laki-laki yang memakai nama 'Cinderella'. Aku selalu ingin bertemu dengannya… melihat wajahnya… meski hanya sekali saja… gadis 'Cinderella'… aku merasa bahwa dia akan memiliki sepasang mata yang sangat menghanyutkan.
Heh, tapi bahkan polisi saja tidak bisa melihat wajahnya, bagaimana mungkin aku bisa melihatnya? Itu mungkin hanya kesempatan yang terjadi dengan perbandingan satu banding satu milyar. Meski begitu, aku masih tidak bisa berhenti berharap…
Saat aku sadar dari lamunanku, aku sudah sampai di tempat kelinciku berada, yaitu di pekarangan belakang, di dalam kandang besar yang dibuatkan ayahku untuk kelinci itu. Memang ayahku sangatlah bodoh dalam urusan pekerjaan rumah, tapi setidaknya dia bisa melakukan hal-hal yang menggunakan tenaga dan sedikit seni seperti ini. Tentu saja aku tidak mengunci kandangnya, karena aku tidak akan mau kelinci itu merasa terkekang.
Seakan menyadari bahwa aku ada disana, kelinciku, yang kuberi nama Rin, melihat ke arahku. Eh, kenapa aku menamainya Rin? Aku memiliki sahabat yang memiliki nama sama, hanya saja dia sudah pindah ke luar negeri, dan kami tidak pernah kontak lagi. Semua itu terjadi sejak 10 tahun yang lalu.
Kelinci itu segera memakan wortel yang kuberikan padanya dengan lahap. Kelinci ini benar-benar lucu dan menggemaskan. Mungkin jika Rin ada disini, dia akan berpendapat sama. Tapi, kira-kira bagaimana reaksinya jika Rin tahu bahwa dia menamai kelincinya 'Rin'?
"Ah, gawat, aku sudah harus pergi ke sekolah…" ujarku sambil melihat ke arloji murahan yang melekat di lengan kananku. Ayahku memang bisa membelikan lebih, namun aku lebih suka yang murah-murah begini, lebih praktis dan awet.
Dengan segera aku meninggalkan Rin dan berlari dengan cepat-cepat untuk menuju sekolah. Membiarkan Rin bebas adalah hal yang biasa kulakukan. Aku tidak akan suka jika dia merasa bosan. Entah kenapa aku merasa bahwa dia akan bosan dengan dikekang.
Aku masih belum mengetahui apa-apa saat itu… bahkan tentang apa yang tepat di depan mataku…
Rin (Rabbit) POV
Setelah Len menghilang dari pandangan dengan segera aku mengucapkan mantra untuk mengubah tubuhku menjadi normal, menjadi bentuk manusia kembali. Aku sudah tidur sesuai dengan waktu yang kubutuhkan jadi aku akan baik-baik saja seharian.
Aku masih memakai pakaian Cinderella milikku saat aku menjadi manusia. Aku tidak terlalu suka bentuk kelinciku, tapi mau bagaimana lagi, aku hanya bisa bertahan dalam tubuh itu dalam waktu yang lama. Aku hanya bisa menjadi manusia, jika aku sudah tidur selama 10 kali dalam bentuk kelinci. Ugh, aku merindukan kebebasanku sebagai manusia…
"Kalau kau ingin selamanya menjadi manusia… kau masih ingat caranya bukan?" ujar sebuah suara dari dalam telingaku. Ah, jika aku menjadi bentuk ini, aku memakai permata itu sebagai anting tempel seperti saat aku menjadi kelinci.
"Crystal clear. Aku tahu itu paling baik…" ujarku. Tapi, siapa yang akan jadi pangeranku? Len? Ah, itu tidak mungkin, aku tidak pernah mengenalinya kembali saat kami bertemu. Pengelihatanku sebagai kelinci cukup buruk, jadi aku tidak terlalu bisa membedakan siapa itu siapa.
Sebenarnya aku menjadi manusia-tidak-siluman-juga-tidak seperti ini akibat kejadian 2 bulan lalu saat aku pulang ke Jepang...
Hari itu aku tiba di bandara, aku berniat untuk menemui Len dan tinggal bersamanya karena orang tuaku sudah tiada dan saudara pun aku tidak punya. Jadi, karena hidup sendiri disana itu sulit, aku memutuskan untuk kembali ke negeri tempatku dilahirkan.
Di jalan, aku bertemu dengan orang tua yang memintaku untuk mengantarnya ke suatu tempat. Dengan ikhlas, karena aku memang anak baik hati, tidak sombong, dan rajin menabung, aku mengantar nenek itu ke tempat yang ia tuju.
Saat kami sampai di tempat yang tidak kuketahui, bahwa tempat itu ada, karena aku memang tidak pernah ada disini sejak aku masih kecil. Nenek itu berterima kasih padaku dan memberikan, maksudku memasangkan anting ini di telingaku.
Karena aku adalah anak baik hati, tidak sombong, apalagi kegeeran, namun juga tidak perlu diragukan lagi bahwa aku ini cantik nan imut, aku menerimanya dengan senang hati. Tetapi... nasib sial datang menghantuiku seperti arwah pocong gentayangan. Tepat saat nenek itu berkata, "Dengan anting ini kau akan menemukan pasangan hidupmu," dia menghilang dan aku berubah jadi kelinci!
Dan lebih parah lagi, permata yang mengaku-mengaku merupakan permata milik Cleopatra ato apalah, yang menurutku sama saja dengan Parto OPJ, amat sangat cerewet. Tapi, meski permata butut itu menyebalkan, dia mau membantuku untuk kembali menjadi manusia yang cantik nan imut kembali.
"Nah, sekarang adalah target selanjutnya untuk malam ini… jika kau mendapatkan benda ini, mungkin kau bisa menjadi manusia pada pagi hari hingga matahari terbenam…" ujarnya. Dan itu berhasil membuat semangatku bertambah.
"Katakan targetnya…" ujarku dengan sangat yakin.
Rina: Yup, jadi Rin sekarang maling! Len jadi polisi!
Rin: Kenapa aku jadi maling!
Len: Aku ndak ngerti apa peranku disini…
Mel: Semoga BakAuthor tidak memberiku peran apapun…
Rina: Yah, soal pertanyaan dan pernyataan kalian, bisa ditemukan lain kali. Mohon lakukan ritual like, follow, kemudian review~
Rin&Len: Biar BakAuthor ini tidak menulis hal-hal aneh, mohon lakukan apa yang dia mau…
