Haru-chan kembali membawa pesan dari neraka..
Kali ini fic dengan tema Misteri Horor disajikan istimewa dengan daun bawang dan extra sambal.. *nyadar oi ni bukan warung!*
Ikan yuyu Ikan cucut.. Yok lanjoet..
Disclaimer
DGM belongs to Hoshino Katsura-sensei
story based on Fullmetal Alchemist by Hiromu Arakawa
WARNING!
Killing and supernatural scene
~~~START~~~
Ketika kubuka mata kulihat cahaya yang menyilaukan masuk melalui jendela kamarku, kusadari bahwa hari sudah pagi. Seperti biasa aku bersiap untuk kuliah di universitas nasional tak jauh dari rumahku. Mungkin orang-orang akan heran karena sebenarnya aku ini sudah diploma, tapi kenapa masih kuliah? Jawabannya simple saja, aku sebenarnya tidak kuliah di universitas nasional tetapi universitas khusus alkimia yang berada di bawah gedung itu. Aku adalah salah satu dari tiga orang yang dipilih untuk mengikuti pelajaran ini dan seluruh keluargaku juga merupakan alkimis negara.
"Lavi!", seorang berambut putih dan seorang berambut hijau kehitaman memanggilku dari kejauhan.
"Allen, Lenalee", segera kuhampiri kedua sahabatku itu. Allen, anak berambut putih ini adik kelasku ia masuk di jurusan seni musik. Sedangkan Lenalee gadis berambut hijau kehitaman adalah teman semasa SMA, ia memilih ke jurusan akutansi. Hanya mereka sajalah yang tahu bahwa aku mengikuti pembelajaran alkimia tepat di bawah tempat kami berpijak sekarang.
"Hari ini kau ada pembelajaran ya?", tanya Lenalee.
"Oh, yah . . begitulah . .", jawabku dengan malas.
"Semangat dong!", ujar Allen dengan senyuman khasnya.
"Akan kuusahakan"
Aku segera beranjak ke laboratorium kimia dan masuk ke ruang penyimpanan. Tempat ini penuh sekali tapi yang kucari hanya sebuah tombol, tombol yang akan membawaku ke kelasku. Begitu kutemukan segera saja kutekan dan kurasakan darah mengalir ke otak dan tubuhku terasa ringan. Ya, ruang ini juga merupakan sebuah lift satu-satunya yang menghubungkan gedung atas dengan kelas alkimia.
Kelasku hari ini dibubarkan lebih awal karena gurunya harus menghadiri rapat negara, karena Allen dan Lenalee masih ada studi jadi kuputuskan untuk pulang.
"Jiji, aku pulang", ucapku. Tapi tidak ada jawaban, kemana orang tua itu pergi?
Daripada terbengong seperti orang kurang kerjaan aku melihat-lihat koleksi buku di perpustakaan pribadi keluarga.
"Pembelajaran dasar alkimia, Alkimia terhadap elemen bumi, Cara mentransmutasi alkimia . . huh, basi!"
Kulemparkan begitu saja buku-buku yang sudah pernah kubaca. Saatku memeriksa rak terakhir kutemukan sesuatu yang janggal. Baris paling bawah dari rak tersebut lebih tebal bahkan terlalu tebal untuk sebuah rak tanpa laci. Kusingkirkan seluruh buku pada baris itu dan kutemukan sebuah kenop tua, ketika kubuka didalamnya ada sebuah buku yang agak tebal dan sudah berdebu. Setelah kubersihakan barulah dapat kubaca judul buku itu.
BIOCHEMY
The Book of Truth
Bersiaplah melihat yang selama ini tidak pernah terlihat.
"Hebat, buku ini pasti mempelajari alkimia tingkat tinggi", seruku yang senang menemukan bahan bacaan baru.
Kuperhatikan buku itu sama sekali tidak menyantumkan penerbit maupun pengarangnya. Ada sebuah tulisan bertinta merah yang menarik perhatianku.
Bila kau ingin menggunakannya kau harus siap dengan ganjarannya. Sekali berbuat tidak ada cara untuk kembali.
"Tulisan nggak penting", kataku setelah membaca tulisan itu. Alkimis memang harus selalu siap dengan apapun yang terjadi dan semua alkimis tahu itu. Setelah mengembalikan semua buku seperti sedia kala tanpa sedikitpun mengubah tatanannya, kubaca halaman demi halaman.
Aku yang keturunan seorang bookman ini sudah pasti tidak akan menyianyiakan ilmu di depan mata. Kucatat semua bahan yang dibutuhkan mulai dari bahan utama hingga bahan alternatifnya. Sebelum sempat menyelesaikan membacanya Jiji pulang, cih! Terpaksa kusimpan dulu buku ini, kalau dia sampai tahu aku mengambil buku yang sepertinya istimewa ini bisa diceramahi seharian penuh nih.
"Lavi, kau sudah pulang?", tanyanya sewaktu melihatku.
"I- Iya, guru ada meeting dengan pejabat negara", jawabku dengan sedikit gugup. Kuharap ia tidak melihat saat kusembunyikan buku itu di atas almari.
"Catatan apa ini Lavi?", Ia melihat catatan bahanku tadi, bagaimana ini?
"Itu . . bahan untuk proyek alkimia minggu depan"
"Ooh . . ", kemudian ia meninggalkanku. Fuuh . . untung orang tua itu percaya.
Keesokan harinya aku pergi ke rumah Allen, kebetulan sekali Lenalee juga ada disana. Mereka bertampang penasaran setelah kutunjukkan buku itu, buku yang menyimpan sejuta rahasia dan sangat terlarang.
"Buku apa ini Lavi?", tanya Allen.
"Biokimia", jawabku singkat.
"Apa itu Biokimia? Aku tidak pernah mendengarnya", Lenalee mengingat semua buku yang pernah dibacanya.
"Aku sendiri baru mendengar dan melihatnya. Disini tertulis bahwa kita dapat menciptakan mahluk hidup."
"Benarkah itu?", tanya mereka bersamaan.
"Yang tertulis sih begitu . . ."
Biochemy adalah jenis alkimia terlarang yang memungkinkan untuk menciptakan mahluk hidup menggunakan bahan-bahan kimia ataupun dari sisa fisik mahluk hidup yang ditransmutasikan ke bentuk yang kita inginkan. Biochemy hanya sebatas menciptakan bentuk fisik sedangkan jiwa, roh, hati dan pikiran tidak dapat kita tentukan, mereka akan mendapatkannya secara acak dan hanya dua macam kemungkinan yaitu terang dan gelap.
Bagaimana menurut kalian, apakah kita harus mencobanya?"
"Sepertinya menarik, aku ikut!", Lenalee langsung naik semangatnya sedangkan Allen agak ragu namun akhirnya ia ikut juga.
"Kita bisa coba di basementku, malam ini ortuku akan berangkat ke luar kota untuk 3 hari", tawar Lenalee.
"Bagus, aku akan mengumpulkan bahannya, kita bertemu lagi di rumah Lenalee jam 7 malam nanti"
Setelah berpamitan aku segera pergi ke toko bahan kimia terdekat dan memesan semua bahan yang dibutuhkan, lalu aku beranjak ke kasir.
"Kali ini membuat apa lagi, nak?", tanya penjaga kasir ber-ras negro dan sudah sangat kukenal.
"Proyek sekolah, biasalah Lulu-san"
Tepat pukul 7 aku sampai di rumah Lenalee dan kami masih harus menunggu Allen. Sudah pukul 8.30 tapi ia tak kunjung datang, aku pun meneleponnya.
"Halo"
"Halo Allen"
"Lavi"
"Kau dimana, kenapa tidak sampai-sampai?"
"Maaf Lavi, ayah menyuruhku les piano. Aku baru bisa datang pukul 9 nanti. Kamu siapkan saja semuanya, begitu aku sampai kita bisa langsung mulai"
"Baiklah, sampai nanti"
Aku dan Lenalee menunggu di basement. Aku sudah mencampur semua bahan dan meletakkannya di atas lingkaran transmutasi yang digambar Lenalee. Tepat pukul 9 Allen membuka pintu basement dengan nafas terengah-engah.
"Ada apa denganmu, Len?", tanyaku.
"A- aku buru-buru ke- mari kare-na lesnya baru se- lesai 10 menit yang lalu."
"Santai saja, tidak tepat waktu juga tidak apa-apa kok", kata Lenalee.
Kami hanya saling tersenyum, kemudian kami berpikir-pikir seperti apakah mahluk yang akan dibuat nanti. Lenalee mengusulkan untuk membuat realisasi dari karakter samurai yang diidolakannya. Kami pun sepakat dan menggunakan fotonya untuk disatukan dengan bahan utama kemudian aku mentransmutasinya. Cahaya yang begitu terang memenuhi ruangan, terlihat bahan-bahan tersebut menggumpal dan menjulang dari tempatnya. Mulai membentuk tulang kerangka kemudian organ-organ tubuh tersusun pada tempatnya, otot dan kulit membalutnya. Rambutnya mulai tumbuh panjang, sangat panjang dan berwarna hitam. Sorot matanya yang tajam memandangkami kami dengan dingin dan penuh kebencian, Lenalee sendiri bergidik melihatnya. Ia akui bahwa fisiknya mirip tapi tidak dengan kepribadiannya. Sapaan pertama yang diberikannya adalah lemparan katana dan nyaris menghunus leher Lenalee. Lenalee berteriak ketakutan. Di saat yang sama Allen juga diserang, ia mendapat luka tusukan di bahu dan telapak tangan kirinya. Ia mengerang, darah terus keluar dari lukanya. Aku segera mengikat pendarahannya agar tidak terus keluar. Sosok samurai itu mendobrak pintu basement lalu keluar dari rumah dengan lompat memecahkan kaca jendela. Ia berlari menjauh, semakin menjauh dan hilang dalam kabut.
Kuminta Lenelee mengantar Allen ke rumah sakit untuk mengobati lukanya sementara aku membereskan semua kekacauan ini.
"Salah . . sepertinya ada yang salah . . tidak . . ini tidak salah. Memang seperti ini peraturan pertukaran untuk biokimia", gumamku sambil menghapus lingkaran transmutasi dari kapur.
Kutemukan secarik kertas, kulihat itu adalah foto yang diberikan Lenalee untuk eksperimen tadi dan anehnya gambar sang samurai telah lenyap. Setelah semua beres aku menyusul Lenalee ke alamat yang dikirimkannya melalui short message.
"Hehehe . . Sudah mulai rupanya . . "
"Hah? Siapa itu?",aku mengedarkan mata mencari sumber suara. Sepertinya ada seseorang yang berbicara tadi, apa cuma perasaanku saja? Akhirnya kuabaikan suara itu dan memanggil taksi, segera aku meninggalkan halte.
Kabut tebal masih menghalangi pandangan, apalagi ditambah dengan hujan lebat. Cuaca yang belum pernah terjadi selama ini, sepertinya langit tahu akan transmutasi terlarang yang kami lakukan dan kini ia telah memperingati kami akan bahayanya.
"Nak, kita sudah sampai", sopir berikat kepala kuning membuyarkan lamunanku.
"Uh, ya terimakasih. Ini ongkosnya, kembaliannya untukmu saja", jawabku sambil tergesa-gesa berlari masuk ke rumah sakit.
"Terimakasih banyak", teriak si sopir lalu pergi meninggalkan rumah sakit.
Sesampainya di ruang rawat kulihat mereka sudah tertidur. Lengan kiri Allen dibalut dengan perban putih yang kini ternoda dengan darahnya sedangkan Lenalee tertidur di kursi di samping ranjangnya. Maaf aku telah melibatkan kalian yang tidak ada hubungannya dengan ini.
~skip night~
Sinar cerah menerpa wajahku dan membangunkanku dari tidur. Sudah pagi, rupanya aku tertidur di ruang tunggu rumah sakit.
"Lavi, kau disini?"
"Iya, bagaimana lenganmu?"
"Sudah lebih baik, kata dokter aku sudah boleh pulang"
"Syukurlah . . Lenalee mana?"
"Dia sudah pulang lebih dulu karena harus siap-siap untuk kuliah"
"Sebaiknya kita juga kalau tidak mau terlambat"
Kami segera pulang dan bersiap kuliah. Di jalan kami bertemu Lenalee dan kemudian berangkat bersama. Hari ini semuanya kembali normal seperti kejadian semalam hanyalah mimpi belaka. Seperti biasa pula seorang gadis berambut keunguan berbando merah tiba-tiba berlari dan memeluk Allen.
"Crada, hentikan kebiasaan anehmu ini!", Allen mengomel karena selalu diperlakukan seperti itu olehnya.
"Masa nggak boleh sih?", tanyanya dengan nada memelas.
"Aku 'kan bukan siapa-siapa kamu, gak enak tahu dilihat orang"
"Iya iya", ia melepaskan pelukannya lalu tersenyum seraya menyingkir dari hadapan kami.
Kami melanjutkan perjalanan kami menuju kelas. Sempat aku merasakan hawa membunuh yang kuat tapi aku tidak dapat menentukan arahnya berasal. Kali ini aku mengabaikannya sama seperti suara aneh malam itu.
Crada . . Crada Motelo, dia murid pindahan dari Italia sebulan yang lalu. Ia gadis yang manis tapi kebiasaannya sangat aneh dan tidak wajar. Ia suka bermain-main denagn api, punya kemampuan membaca ingatan seseorang, pada simulasi pembedahan menggunakan katak pun dilakukannya dengan sadis. Tapi entah kenapa aku merasa tidak takut melihatnya.
Siang ini aku menemui guru alkimiaku untuk menanyakan tentang biokimia. Siapa tahu ia tahu sesuatu. Setibanya di depan pintu kantornya kuketuk pintu, terdengar ia menjawab dan menyuruhku masuk.
"Masuklah, oh . . Lavi. Ada apa menemuiku?", tanyanya sambil tersenyum lalu meminum kopi dari cangkir keramik putihnya.
"Aku ingin menanyakan sesuatu"
"Apa itu?"
"Kau tahu soal biokimia?"
Matanya menatapku tajam lalu ia meminum kopinya lagi.
"Tentu aku tahu", jawabnya dengan santai.
"Beritahu aku semua yang kau tahu tentang biokimia", pintaku.
"Baiklah,tapi ada 2 hal yang harus kau catat baik-baik dalam benakmu. Biokimia tidak dapat mengembalikan yang sudah meninggal. Dan kedua kau akan selalu menjadi objek buruan bagi ciptaanmu yang bersifat gelap"
"Aku akan mengingatnya, tolong lanjutkan"
"Jadi biokimia adalah alkimia untuk menciptakan mahluk hidup. Teknik ini ditemukan sekitar 10 atau 11 tahun yang lalu oleh 2 orang alkimis terbaik negeri ini. Tapi sekeluarga alkimis itu telah menjadi korban oleh ciptaan gelap mereka sendiri, mereka dan anak mereka yang berumur 8 tahun. Aku yakin mereka memiliki teknik biokimia yang lebih baik dibandingkan biokimia yang sekarang."
"Bagaimana kau bisa yakin?"
"Karena ketika mereka ditemukan ada bekas transmutasi biokimia, mereka berusaha memanggil kembali anak mereka yang terbunuh. Setidaknya itu yang dikatakan oleh polisi saat itu"
"Baiklah kalau begitu, terimakasih banyak Tyki-sensei"
"Tak masalah, bila ada yang ingin kau tanyakan lagi jangan sungkan untuk datang kemari."
"Hitung mundur waktu hidupmu sudah berjalan . ."
"Apa? Siapa itu?", suara itu lagi. Siapa sebenarnya yang sedang mengintaiku?
"Kedua temanmu juga sebentar lagi akan tamat"
Ini sama sekali bukan halusinasi. Bayangan-bayangan berkeliaran kesana kemari dengan sangat cepat. Sebuah pisau jatuh dan nyaris menusuk kakiku, untung aku sempat menghindar. Bayangan itu sepertinya tidak asing, rambut panjang dan sebuah katana melekat di genggaman tangan kanannya.
"Yuu, kaukah itu?", tanyaku.
Ia mempercepat langkahnya dan berusaha menusukku.
"Yuu itu nama dalam laga, namaku adalah Kanda", kata samurai yang kuciptakan dengan suara yang berat dan kasar.
"Apa maumu?"
"Membunuhmu!", ia mengayunkan lagi katananya. Aku berguling ke samping lalu berdiri sambil memegang luka robek di lengan kananku.
"Kenapa kau ingin membunuhku?"
"Bukan hanya kau tapi juga kecambah berambut putih dan gadis berkuncir 2 itu. Karena dengan membunuh kalian yang menyaksikan saatku diciptakan akan memberiku kekuatan lebih sehingga aku dapat mengalahkan orang itu."
Aku berlari secepat mungkin menuruni tangga lalu keluar dari sekolah. Ia melompat turun dari lantai 2, gila! Benar-benar abnormal. Aku berlari melalui lorong-lorong gelap dan sempit kemudian sampai di jalan raya yang sepi. Sepi? Aneh, setahuku jalan ini selalu ramai. Kulihat seorang gadis berkuncir 2 ala pigtail dengan gaun dan boots hitam sedang duduk di kursi taman. Tidak salah lagi ia Lenalee! Aku segera menghampirinya tapi sorot matanya kosong seperti tubuh tanpa jiwa.
"Lenalee, Lenalee! Kau dengar aku?", ia tidak menjawab.
"Kyahahaha . . Lenalee Lee . . sudah TIADA!"
~~~TBC~~~
Apa yang sebenarnya terjadi?
Ahahaha.. aura kesadisannya belum krasa ya?
Emang sengaja saia kirim ke chapter 2 kesadisannya.. khe khe khe khe. .
Ada yang bisa tebak siapa Crada Motelo?
Yang bisa tebak dengan benar dan memberi alasan yang kuat nanti saia kasih selamat.
readers: selamat doang! Huuu!
wkwkwkwkwk..
Sankyu udah baca, review please lewat blue link di bawah ini~ ^^
