THE RED CAPE
(AKAMANTO)
Main cast : HunHan and Other
Summary : Di zaman ini kisah yang menceritakan Akamanto (Si Jubah Merah), hantu toilet yang suka membunuh dianggap hanya mitos belaka.
Lalu, apakah pembunuhan yang menimpa para putri konglomerat di DAMI HIGHSCOOL bisa menyatakan bahwa Akamanto bukankah sekedar mitos?
.
.
"Cepar masuk ke kamar kalian! Sudah jam sembilan!" Teriak Kyungsoo pada siswi yang masih berkeliaran di luar kamar padahal waktu sudah memasuki jam tidur.
Kyungsoo sendiri adalah kepala asrama Lavender -salah satu asrama perempuan di DAMI HIGHSCHOOL-.
"Apa yang sedang kau tunggu Nona Kim Soyeon!"
Tanyanya pada gadis berambut pirang yang masih belum memasuki kamarnya.
"Itu..Bu...aku..mau ke toilet dulu"
Kyungsoo memiringkan kepalanya, mencoba membaca raut wajah gadis itu.
"Ya sudah! cepatlah"
Gadis berambut pirang itu mengangguk lalu segera berlari menuju toilet.
Setelah memasuki salah satu bilik yang paling dekat dengan pintu toilet Soyeon pun mengeluarkan sebuah benda dari dalam saku celananya.
Sebungkus rokok dan sebuah pematik api. Menyalakan sebuah lalu menyesapnya.
Sesekali dia menatap pintu biliknya, takut-takut ada seseorang yang datang.
Tiba-tiba terdengar suara derap langkap dan gemerisik kain menggesek lantai.
Soyeon mematikan rokonya,lalu menatap waspada ke arah pintu.
Dengan jantung berdebar kencang Soyeon membuka pintu biliknya lalu mengintip keluar untuk mencari tau siapa yang memasuki toilet.
Tiada siapapun disana, Soyeon kembali memasuki biliknya dan sengaja tidak menutup rapat pintunya.
Soyeon kembali menyalakan rokoknya sambil menghadap cermin.
Mengamati sesuatu yang ada diluar biliknya dari celah terbukanya.
Tiba-tiba terlihat sesuatu berwarna merah berkelebat di luar biliknya.
Soyeon segera keluar dari biliknya, benar-benar ada seorang yang mengintipnya disini.
Soyeon harus memastikan siapa orang itu.
Akan jadi masalah besar jika dia melaporkannya pada pihak sekolah apalagi ayahnya.
Dengan bergegas dia mengecek, dan tidak ada siapapun selain westafel yang berjejer rapi.
Soyeon mengusap tengkuknya yang tiba-tiba merinding lalu membuang sisa rokoknya ke tempat sampah, lalu mencuci tangan.
Memutuskan untuk kembali ke kamarnya sebelum Bu Kyungsoo memberinya detensi karena terlambat.
Setelah selesai mencuci tangan, Soyeon beranjak ke pengering tangan yang ternyata tidak mengeluarkan uap panas seperti biasa.
'Mungkin rusak' pikir Soyeon.
Kini gadis Kim itu berniat mengeringkan tangannya dengan tissue.
Kembali memasuki bilik yang digunakannya tadi dan tidak ada tissue disana.
Soyeon mencari di balik kedua, dan tidak ada.
Di bilik ketiga, tetap tidak ada.
Saat akan memasuki bilik keempat, Soyeon mendapati pintu bilik itu terkunci dan suara gemercik air dari dalam.
'Ada orang ternyata?' Berarti yang tadi suara langkahnya terdengar adalah orang yang ada di dalam bilik keempat.
Dok...dok...dok...
Soyeon menggedornya sambil berteriak.
"Siapa di dalam? Bisa berikan aku tissue?"
Hening, dan Soyeon menggedornya lagi.
Dok...dok...dok..
"Hey! Kau dengar aku!"
Masih tidak ada jawaban.
Soyeon berniat untuk beranjak dari sana sebelun sebuah suara terdengar.
"Kau mau tissue yang merah atau yang biru?"
Soyeon terdiam ditempatnya lalu kembali melirik pintu bilik keempat yang masih tertutup, suara yang tadi menyahutnya seperti suara laki-laki.
Tapi ini toilet perempuan.
"Jangan bercanda, tissue toilet tidak ada yang berwarna merah atau biru. Dan kau...kau laki-laki, apa yang kau lakukan di toilet perempuan?"
Tidak ada jawaban lagi, Soyeon melangkah ke pintu keluar yang kini...terkunci.
"Hey! Kau menguncinya?"
Tiba-tiba lampu toilet padam semuanya membuat keadaan gelap dan semakin mencekam.
Pencahayaan tersisa hanyalah dari bayangan lampu diluar toilet yang menyelinap lewat fentilasi.
"Hey! Jangan bercanda" teriak Soyeon.
Jantung gadis itu memacu lebih cepat dari sebelumnya .
Suara gemercik air di bilik keempat berhenti, dalam kegelapan Soyeon melihat pintu bikiknya terbuka.
Seseorang melangkah dari sana, postur tubuhnya yang tinggi menandakan dia seorang laki-laki.
Orang itu mengenakan kain yang menyelubungi tubuhnya dari kepala sampai ke kaki.
Langkahnya seringan angin menghampiri Soyeon yang masih terpaku ditempatnya.
"Kau tau ini tidak lucu! Cepat berikan kuncinya sebelum-"
"Kau mau tissue merah atau tissue biru?"
Katanya lagi dengan wajah tersembunyi dari pandangan Soyeon yang muram.
"Jangan bercanda!"
"Kau mau tissue merah atau tissue biru?"
Soyeon terdiam, orang ini siapapun dia berani sekali bermain-main dengannya.
Apa dia bermaksud menahan Soyeon disini dengan pertanyaan bodoh itu supaya dirinya kena detensi?
Memikirkan hal itu membuat Soyeon akhirnya memutuskan untuk menjawab.
"Baiklah...tissue merah"
Orang berjubah itu terdiam, lalu mengambil sesutu dari dalam jubahnya.
'Pasti kuncinya' pikir Soyeon.
Sesuatu yang dikeluarkan lelaki itu terlihat seperti bukan kunci dilihat dari bentuk dan ukurannya.
Ukurannya lebih besar dari kunci, kira-kira sepanjang 40 cm.
Bentuknya terlihat lebih mirip...pisau, dengan ujung berkilat ditimpa pencahayaan minim.
"Apa yang-ARGHH"
.
.
Kyungsoo menepuk-nepuk nyamuk yang hinggap ditangannya.
Berdiam diri di koridor kosong bukanlah keinginannya tetapi tuntutan pekerjaanlah sebagai Kepala Asrama yang mengharuskannya untuk mengawasi dan memastikan semua siswinya sudah berada di kamar setelah jam tidur.
Mengingat itu membuatnya makin jengkel.
Apalagi sekarang salah satu siswinya masih belum kembali dari toilet.
Dengan langkah tergesa, wanita 26 tahun itu melangkah menuju toilet perempuan yang hanya berjarak 100 m dari tempatnya menunggu.
Pintu toilet perempuan dalam keadaan tertutup, Kyungsoo mencoba membukanya dan ternyata terkunci dari dalam.
"Soyeon-ah! Kau didalam?"
Tidak ada jawaban, 'Apa mungkin dia tertidur di dalam atau tidak ada disana'.
Kyungsoo mendorong pintu itu lagi sambil berteriak lebih keras dari sebelumnya.
"Soyeon-ah! Buka pintunya!"
Masih tidak ada jawaban, Kyungsoo pun mengeluarkan ponselnya berinisiatif untuk menghubungi suaminya.
"Hallo?"
"..."
"Jongin-ah! bisakah kau datang ke toilet asrama Lavender, salah satu siswiku sepertinya terkunci di dalam"
"..."
"Ok! Cepat ya"
"..."
"Aku juga"
Setelah mematikan sambungan, Kyungsoo lalu membuka aplikasi gamenya untuk sekedar mengusir bosan.
Bekerja sebagai guru yang merangkap kepala asrama memang melelahkan, setiap harinya Kyungsoo harus bisa mengajar,mengatur,mengawasi sekaligus menjaga siswi asramanya yang berjumlah lebih dari 100 orang bukanlah hal mudah.
Terlebih lagi usia kandungannya yang sudah menginjak bulan keenam menghambat pergerakannya
"Maaf membuatmu menunggu sayang" kata suaminya yang baru sampai dengan terengah-engah.
"Aku juga minta maaf menyuruhmu kemari, asramamu bagaimana?"
Seperti yang diketahui sebelumnya, bahwa Jongin adalah suami Kyungsoo sama-sama guru merangkap kepala asrama.
Hanya saja Jongin adalah kepala asrama Tiger
"Baik, untung saja si biang onarnya sedang pulang ke rumah orang tuanya jika tidak.." Jongin bergidik membayangkan tingkah Bobby Kim dan Kim Hanbin, duo Kim yang sering membuatnya terkena hipertensi setiap saat.
"Kalau begitu bisa bantu aku?" Kyungsoo menunjuk pintu toilet yang terkunci.
Jongin mengangguk lalu mulai mendorong pintu itu dengan lengannya.
Hingga pada percobaan ketiga, pintu terbuka lebar dengan debuman keras memperlihatkan toilet yang gelap.
"Dimana saklarnya Kyung?"
"Sebentar, sedang kunyalakan"
Saat lampu menyala menerangi seisi toilet.
Jongin dan Kyungsoo segera masuk untuk memeriksa bilik satu persatu.
Bilik pertama, kosong.
Bilik kedua, kosong.
Bilik ketiga, kosong.
Bilik keempat, terkunci.
"Apa aku juga perlu mendobraknya?"
Kyungsoo mengetuk pintu terkunci itu.
"Soyeon-ah!"
dan tidak ada jawaban.
"Sudah biar aku dobrak saja, aku khawatir siswimu pingsan di dalam"
Kyungsoo mengangguk lalu menyingkir saat suaminya mendobrak pintu bilik itu dengan keras.
Brak...
Pintu bilik itu terbuka, dan pemandangan yang tersaji benar-benar mengerikan.
Disana terbaring Kim Soyeon dengan posisi terlentang.
Wajah gadis itu pucat dengan mata terbelalak dan mulut terbuka lebar.
Bagian lehernya terkoyak oleh benda tajam hingga nyaris putus.
Bajunya yang berwarna putih telah berganti warna menjadi merah karena diwarnai darahnya sendiri.
Jongin merasakan tubuhnya membeku dan istrinya yang terjatuh karena kehilangan kesadaran.
TBC
Ok ini adalah ff horor yang aku janjikan di beberapa waktu lalu.
Namun genrenya aku ubah dari horor+fantasy ke horor+psyco+adventure.
Ff ini terinspirasi dari salah satu urban legend Jepang yaitu Akamanto.
So...Jangan lupa rev-nya guys!
감사헤요 - HunHan Area-
