Ini bukan tentang aku, kau, atau dia.
Salahkan saja setan yang memilin benang merah di antara kita.
.
.
.
"Jungkook-ah, ini Taehyung. Tae, ini Jungkook."
Uluran tanganku dibalas olehnya. Tangannya hangat, besar, rasanya menyenangkan. Kukunya bersih, dan aku suka lekukan jemarinya yang indah. Baru pertama kali aku jatuh cinta pada tangan seseorang yang kukenal dua detik yang lalu.
"Ey, mungkin lima menit sudah lewat. Mau sampai kapan pegangan tangan?"
Dan rasanya kosong saat dia melepas genggamannya. Tanganku tidak hangat lagi. Aku menggigit pipi dalam, tanganku gatal ingin meraih jemari panjang itu lagi. Demi Tuhan, aku menyukai tangan itu.
"Kau cemburu, Jiminie?"
Aku masih mengikuti jari yang mulai terangkat dan menjawil dagu Jimin itu. Dan dia menutup sebagian mulut saat tertawa, membuat perhatianku teralih pada senyumnya yang konyol. Sangat konyol. Mulutnya membentuk kotak saat dia tersenyum, dua sudut bibir atasnya seperti ditarik ke atas, dan itu sangat aneh—
"Tidak, bodoh! Lihat, kau membuat Jungkook senyum mengejekku!"
—Tapi, kenapa aku ikut tersenyum karena senyuman bodoh itu?
.
.
.
Namanya Kim Taehyung. Jimin bilang, dia tau semua tentang Taehyung. Dia tau makanan kesukaannya, hobinya, kegiatannya, ukuran celana dalamnya, panjang bulu matanya, dan aku rasa dia juga tau berapa denyut jantung Taehyung perdetik.
Tapi aku yakin, dia tidak tau kalau Taehyung pernah pergi ke supermarket. Dia tidak tau tangan Taehyung bersentuhan dengan tangan seorang pemuda saat dia akan mengambil minuman dari kulkas. Dia tidak tau tentang Taehyung yang terkekeh karena pemuda itu membungkuk berkali-kali sambil menggumamkan kata maaf. Dia tidak tau ketika Taehyung mengajak pemuda itu berjalan bersama setelah membayar di kasir.
Jimin pasti sedang pergi saat Taehyung mengajak pemuda itu ke apartemennya. Dia tidak tau-menahu tentang obrolan Taehyung dengan pemuda itu yang mulai terdengar tidak masuk akal, dengan dua botol kosong soju di hadapan mereka. Jimin belum datang, dan menurutku ini akan menjadi malam yang panjang.
Dengan Jimin yang tidak tau kekasihnya sedang melakukan fingering pada pemuda itu.
"Ahnn—"
"Kau suka jemariku, kan?"
Bahkan ketika Taehyung mulai menekan pinggulnya pada pemuda itu, Jimin masih belum datang. Aku jadi merasa kasihan. Bagaimana perasaannya saat melihat ini? Atau malah dia tidak kembali sampai pagi besok? Menurutku lebih baik begitu, dibanding melihat penis Taehyung tertanam sempurna di bokong orang lain, selain Jimin. Itu pasti menyakitkan.
"Ahh—hnn, anghh—"
"Kau—sempit,"
Tentu saja, itu kali pertama pemuda itu melakukannya. Lubangnya tentu saja masih sempit. Makanya, jangan menyesal kalau penismu diremas dengan gila disana, Taehyung. Batang panasmu itu benar-benar terasa pas didalam lubang hangatnya, jadi jangan salahkan dia kalau kau merasa nyaman sampai-sampai tak ingin mengeluarkan penismu dari sana.
"Cum—wanna—ahnn,"
"Fuck, ini sempit—"
Terus meracau. Pemandangan ini sungguh mengasyikkan, tau. Sayang sekali Jimin tidak ada disini. Melihat bagaimana cairan milik pemuda itu menyemprot kemana-mana, disusul lelehan sperma Taehyung mengalir dari bokong sintalnya tanpa henti membuktikan kepuasan Taehyung terhadapnya. Gila. Ini gila. Aku jamin, Taehyung. Sekarang kau sedang membisikkan kata-kata manis juga busuk secara bersamaan,
"Kau cantik dan binal, jalang."
Membuatku terkekeh saja. Dasar dua manusia laknat. Setidaknya bersihkan dulu cairan lengket itu sebelum Jimin datang, atau kalian akan berada dalam masalah besar—
Brak!
"Jungkook? Taehyung?"
Oops, aku ketahuan.
.
.
END
.
.
Aku kurang puas sama ending biology ficlet, tapi udah mentok sampe situ. Jadinya bikin drable gaje ini untuk memuaskan hasrat tak terpenuhi(?)
Eung, bikin kelanjutan ini dengan sudut pandang Tae sama Jimin?
Hope you enjoy this story! Cya!
Kiika246.
