Cast: Uciha Sasuke, Hyuga Hinata, Uzumaki Naruto, Haruno Sakura

Semuanya berubah sejak keputusan itu ada. Perjodohanlah yang membuatnya berubah. Semuanya tak lagi sama.

Senyum hangat yang terukir di wajahnya hilang sudah, keriangan dan semangatnya saat melihatku untuk menceritakan suatu hal dan bermain bersama tak lagi ada. Uciha Sasuke sahabatku, bukan lagi Sasuke yang aku kenal.

Kami bersahabat sudah sangat lama, bahkan saat kami masih kecil dan belum bersekolah. Berawal dari sebuah apel yang jatuh di bawah pohon apel taman bermain. Kami saling memperebutkan apel tersebut. Namun, kami mengalah dan membaginya menjadi dua bagian.

Kami memakannya bersama dan menjerit histeris saat seekor ulat kecil menyembul keluar dari dalam apel yang dimakan Sasuke. Aku membagi apelku pada Sasuke. Tapi, dia tidak ingin mendapat apel yang ada ulatnya lagi. Jika ia mendapatkannya, maka aku juga harus mendapatnya. Jadi, kami memakan apel yang tersisa bersama-sama.

Sejak itu, aku selalu bermain bersama Sasuke. Menemukan hal-hal baru dan juga belajar membaca di taman. Kami selalu bertemu di taman, hingga kami masing-masing masuk ke Senior High School. Hanya sekali Sasuke ingin bertemu denganku di tempat lain, yaitu di sebuah toko aksesoris. Dia mengajakku untuk membantunya mencari kado buat sepupunya yang berulang tahun.

Saat kami pulang, dia memberiku sebuah kalung liontin yang sangat indah. Tidak pernah seorang Sasuke memberiku hadiah tanpa alasan yang jelas, tapi dia melakukannya.

Aku hanya tersenyum kecut mengingat kembali kenangan indah bersamanya. Kini, semua itu berbanding terbalik. Sasuke yang sekarang lebih dingin dari salju yang sedang turun di luar sana.

Setiap kali aku berkunjung ke rumahnya bersama keluargaku atau sebaliknya, ia akan selalu ketus dan menatapku benci.

Taakk! "HINATA!"

"hai' sensei…"

Ugh.. kepalaku sakit dipukul penggaris kayu yang panjang milik Guy Sensei. Huh! Guru yang satu ini benar-benar galak.

"kenapa melamun?" Guy Sensei memukul-mukul pelan penggarisnya itu pada permukaan meja yang tak bersalah.

"ti..tidak, sensei. Etto… aahh… aku hanya berpikir bagaimana cara menyelesaikan soal yang ini" sepertinya alasanku masuk akal, terlihat dari Guy Sensei yang mengangguk kemudian melangkah pergi.

Sakura yang duduk di sampingku tertawa cekikikan menyaksikanku dicurigai bahkan sampai dipukul karena tidak memperhatikan mata pelajaran yang diajarkan Guy Sensei, matematika.

"dari tadi aku sudah berbisik padamu dan menyikut lenganmu. Tapi kamu tetap saja menatap ke luar jendela" Sakura menyenggolku pelan.

Aku sangat tidak menyukai pelajaran matematika. Itu sangat memusingkan. Apalagi guru yang mengajarkannya, penjelasannya seperti nyamuk-nyamuk yang berkeliaran.

Tapi, aku menyukai pelajaran yang berhubungan dengan mahluk hidup. Aku sangat mengagumi semua ciptaan Tuhan. Semuanya sangat sempurna, bahkan untuk sebuah cinta.

"psst.. Hinata-chan, istirahat nanti temani aku ke halaman belakang" bisik Sakura padaku.

"untuk apa?"

"HINATA! SAKURA!"

Aku sontak berdiri mendengar teriakan guru galak itu. "hai' Sensei".

"KELUAR!" teriak Guy Sensei.

Sakura mendorong mejanya, kemudian berdiri. "dengan senang hati, sensei" ujarnya sebelum melangkah keluar kelas.

Aku membungkuk pelan "arigato, sensei". Sepertinya aku tidak ada bedanya dengan Sakura yang pemberontak itu.

"ayo", Sakura mengajakku mendekati sebuah kelas. Aku menatap sendu kelas itu. Kelas yang didalamnya terdapat Uciha Sasuke.

Setahun yang lalu, Sasuke pindah ke sekolah ini. Hal itu semakin membuatku menderita. Melihatnya menatapku benci setiap hari, melihatnya menganggapku orang asing yang tidak akan pernah ia kenal dalam hidupnya.

"Hinata, lihat…. Sasuke-kun sangat tampan dan keren menyelesaikan angka-angka neraka itu". Sakura berbalik menatapku dan tersenyum senang. "Tapi kamu tidak boleh menyukai dia dan tidak boleh merebutnya dariku", kecam Sakura.

Aku hanya bisa menelan ludah getir dan tersenyum simpul. Berkali-kali Sakura mengatakan hal yang sama, tapi aku tidak bisa berbuat apa-apa. Aku tidak sanggup memberitahukan Sakura mengenai kenyataan pahit itu. Sudah cukup aku kehilangan Sasuke, aku tidak ingin lagi kehilangan Sakura.

"Hinata! Sakura-san!", teriak seseorang yang berlari kearah kami. "apa yang kalian lakukan disini?", laki-laki berambut kuning terang itu menatapku dan Sakura bergiliran. "jangan-jangan Sakura ingin melihatku belajar? Ooh… aku tahu selama ini Sakura-san memang menyukaiku", ujarnya sambil manggut-manggut.

"ck, kamu terlalu percaya diri. Aku kesini untuk melihat Sasuke-kun, bukan kamu!", ujar Sakura.

Laki-laki itu adalah Uzumaki Naruto, kami sering memanggilnya Naruto. Dia sangat baik menurutku tapi bagi orang lain dia sangat menyebalkan, terlebih bagi Sakura.

Naruto menyukai Sakura. Ia terus berjuang mendapatkan hati gadis pemberontak itu. Berkali-kali ditolak tidak membuat niatnya luntur. Malah, dia semakin gencar mendekati Sakura. Sudah berapa kali Naruto meminta bantuanku untuk mendapatkan Sakura. Ia juga sering kali menanyakan hal-hal apa saja yang disukai Sakura padaku.

"nandeska? Kamu mau melihat laki-laki tukang marah itu? Aahh… tidak perlu. Lebih baik kamu melihatku yang ada dihadapanmu saat ini", Naruto nyengir lebar dengan tatapan memohon pada Sakura.

"hahahh! Itu tidak akan pernah!", seru Sakura.

Oh tidak! Sakura mulai meninggikan volume suaranya. Bisa-bisa ia membuat keributan lagi. Aku harus menghentikannya.

"eh.. Sakura-chan, ada buku yang harus ku ambil di perpustakaan. Temani aku yah. Ehm.. Naruto-kun, masuklah dalam kelasmu".

Di perpustakaan aku bingung harus mengambil buku apa. Tanganku bergerak mengambil sebuah buku dan sialnya! Itu buku MATEMATIKA!

"eh? Hinata-chan, sejak kapan kamu mau meminjam buku matematika?", Tanya Sakura yang seperti mengintimidasiku.

Aku harus mengatakan alasan apa? Oh? Bukankah aku pernah menyoreti buku ini? Hmm… bisa dijadikan alasan. Perlahan kubuka buku tersebut mencari beberapa lembar yang pernah ku coreti. Yes! Aku mendapatkannya!

"aku ingin menghapus ini! Nanti penjaga perpustakaan menemukannya dan aku akan dihukum", Sakura mengangguk-ngangguk, "aku bantu!".

Kriing…

"eh? Hinata, sekarang sudah jam istirahat. Aku harus ke taman belakang. Gomen, aku tidak bisa membantumu lebih lanjut", Sakura meletakkan penghapus yang dipegangnya. "it's OK!".

Aku hanya bisa menghembuskan nafas kasar melihat punggung Sakura yang semakin jauh dan menghilang di balik pintu perpustakaan. Haah.. bersama Sakura aku menghapusnya cuma setengah dari satu lembar, sekarang aku sendiri.

Tapi… seseorang mengambil penghapus yang tadi digunakan Sakura dan duduk di sampingku. "Na... Naruto-kun?".

"Konichiwa, Hinata-san"

"apa yang kamu lakukan disini?"

"membantumu. Tadi tidak sengaja aku melihatmu dan.. hehehh.."

Aku mengerti. Tangan yang diletakkan di belakang kepala dengan cengiran. Seperti biasa, pasti ada maunya.

"Naruto-kun, kamu mau Tanya apa?"

"eh? Eto.. apa hobi Sakura?"

"mm.. memukulmu? Meneriakimu?"

"Nandeska?!"

"hehehh.. bercanda. Hmm… hobi Sakura seperti hobi kebanyakan perempuan. Seperti shopping, ke salon, juga mengikuti Sasuke"

"apa Sakura sangat menyukai Sasuke? Sampai mengikuti laki-laki itu menjadi hobinya?"

Aku tidak mampu menjawab. Pertanyaan Naruto membuatku tidak mampu berkata apa-apa. "ah? Ahahahhh… Naruto-kun, kenapa kamu masih ada disini? Sana, kejar Sakura. Dia ada di halaman belakang sekolah".

"nanti. Aku mau membantumu dulu. Pasti sangat sulit menghapusnya, ini terlalu banyak"

"Naruto-kun….. Arigato!"

TBC?

Curcol : arigato udah yang mau baca, karena saya masih baru-_- dan Gomenasai karena FF ini nggak ada sreeg nya dan juga gaje banget-_-