Saat dimana aku penuh inspirasi waktu lagi ngebongkar fanfic-fanfic di fandom ini, terus aku baca fanfic judulnya 'Brother Complex' , aku kepikiran gimana ya kalau buat 'Brother Complex' versi aku sendiri, jadinya daripada dibilang plagiat.., aku minta izin minjam judulnya aja sama authornnya.., Esther-san.

Disclaimer: Boboiboy milik Animonsta, Judul milik Esther The Orphan, ceritanya? Aku buat sendiri dong.. #plak

Warning: Yaoi/sho-ai/BL, Brother complex, typo bersemi, Eyd hancur, majas bertebaran

Happy reading ^_^

.

.

.

First: Halilintar x Taufan

.

.

Seorang pemuda bersurai hitam bernama Taufan tampak sedang termenung sendirian di ruang tamu rumahnya. Ia tersenyum, lalu pipinya merona, tak lama kemudian ia menjadi sedih dan meracau sendiri.

"Kau kenapa?" Tanya Halilintar yang tiba-tiba datang di depannya, dan seperti biasanya…

Dengan nada dingin…

"Eh, Kak Hali udah pulang," Gumam Taufan sambil tersenyum malu, karena ketahuan 'stress' sendiri.

Ia menatap kakaknya itu, bajunya agak basah karena kehujanan, dan wajahnya tampak pucat dan lelah, mungkin kedinginan..

"Kalau belum pulang, mana mungkin aku disini" Ujar Halilintar dingin, merasa agak aneh dengan kalimat oratoris Taufan, ia pun duduk disamping Taufan di sofa.

"Ehehehe.." Taufan tertawa garing.

Halilintar mendengus dan memutar bola matanya, ia menunduk untuk melepaskan sepatunya.

Taufan menatapnya, ia menatap wajah Kakaknya yang pucat itu, ia tersenyum.

Karena ia menunduk, air hujan yang tadi di kepalanya menetes dari ujung rambutnya, mengalir ke pipinya dan terus ke leher putihnya, Taufan menelan ludah.

Ia mendekatkan dirinya ke Halilintar, ia mencium aroma parfum yang manis dan aroma hujan menguar dari tubuh Kakaknya itu, Taufan merasakan jantungnya berdetak kencang.

"Kenapa menatapku?" Tanya Halilintar sambil menatap tajam Taufan.

Rupanya ia baru sadar kalau di tatap sedari tadi.

"Eh.. ngg anu.. gak apa-apa kok…" Jawab Taufan ragu.

Halilintar beranjak dari sofa dan naik ke lantai dua, tempat dimana kamarnya berada.

Taufan tersenyum miring melihat kepergian kakaknya.

~….~

"Kak? Aku boleh masuk?" Taufan mengintip dari daun pintu kamar Halilintar, tak seperti biasanya yang langsung mendobrak seenaknya.

"Uhm? Masuk aja kali…" Kata Halilintar tanpa mengalihkan pandangannya dari buku matematika yang sedang ia coba untuk pahami.

"Umm.. anu Kak…" Ujar Taufan malu-malu sambil mendekati Halilintar, persis seperti orang yang ingin menyatakan perasaan.

Halilintar menyipitkan matanya, melihat kelakuan Taufan yang tiba-tiba jadi aneh begini.

"Ngg.. anu Kak.. aku mau bilang sesuatu…" Semburat merah menjalar di pipi Taufan, terlihat sekali karena rona merah itu kontras dengan pipinya yang putih.

Halilintar membalikkan tubuhnya untuk berhadapan dengan Taufan.

Taufan terlihat gugup,

"NGGAK JADI DEH!" Taufan segera berlari keluar kamarnya sambil membanting pintu.

Halilintar hanya menggeleng, dan kembali memfokuskan dirinya kembali dengan buku matematikanya.

~…..~

Diantara Boboiboy bersaudara, kalau mereka berjalan berlima bersama, yang di bilang tampan hanya Halilintar.

Kenapa begitu?

Karena kata orang, Taufan, Gempa, Api, dan Air itu manis dan imut seperti cowok uke gitu..

Jadi di sekolah mereka, yang paling banyak fans perempuannya adalah Halilintar, sedangkan adik-adiknya juga punya fans perempuan sih..

Hanya saja.. kebanyakan fans mereka adalah..

Err.. cowok?

Jadinya wajar saja kalau adik-adiknya yang manis itu sering diajak kencan oleh lelaki yang 'belok'

Tapi Halilintar sudah berpesan pada mereka agar bisa menjaga diri masing-masing,

Tapi siapa yang tahu kalau adik-adiknya itu justru akan 'belok' dengan Kakak mereka sendiri.

Atau tepatnya.. dirinya sendiri.

Memiliki orang tua yang bekerja di negeri seberang dan jarang pulang membuat Halilintar yang bertanggung jawab atas adik-adiknya.

Karena ia yang paling tua, apalagi?

Tapi karena adik-adiknya selalu terlalu dekat dengannya, perasaan itu perlahan-lahan muncul.

Meski beberapa kali berusaha tidak menggubrisnya.

Ia tak dapat membohongi dirinya sendiri.

Ia harus terima kenyataan kalau ia menyukai adik-adiknya sendiri.

Tapi kalau dipikir-pikir, kenapa ia jadi belok ya?

Halilintar itu tampan, mudah baginya untuk mendapatkan pacar.

Tapi entahlah, ia juga tidak tahu kenapa ia jadi begini.

Walaupun selama ini adik-adiknya tidak tahu akan perasaannya karena ia itu sepert 'tidak' diluar dan 'ya' didalam. Ia tak pernah menunjukkannya secara terang-terangan.

Tapi cepat atau lambat, ia tahu adik-adiknya akan mengerti perasaanya.

Apalagi Taufan yang akhir-akhir ini bersikap aneh, tidak seperti biasanya ia membangunkan Halilintar dengan cara yang ekstrim, kini Halilintar dapat bangun dengan tenang.

Dan juga tidak ada lagi candaan-candaan serta kejahilan yang kadang membuatnya naik darah.

Halilintar sempat berpikir Taufan memiliki perasaan yang sama.

Tapi.. ah sudahlah.

~….. ~

"Kak Hali.. semuanya lagi pergi" Kata Taufan begitu melihat Halilintar yang baru pulang dari sekolah berdiri diambang pintu.

"Pergi kemana?" Tanya Halilintar sambil melepaskan sepatunya dan masuk ke rumah.

Taufan mengangkat bahu.

Halilintar pun naik ke lantai dua, ia merasa sangat lelah dan ingin cepat-cepat tidur.

Taufan terdiam, ia sudah memendam hal ini seharian.

Dan ia memutuskan untuk mendatangi kamar Halilintar untuk memberi tahunya apa yang ingin ia katakan semalam tapi gagal karena terlalu gugup.

~…~

Halilintar menjatuhkan dirinya ke kasur, ia benar-benar lelah..

Jadi ia ingin istirahat sekarang juga..

Tapi, baru saja ia memejamkan matanya, ia merasakan ada tangan mungil yang memeluknya, ia cepat-cepat menoleh.

"Taufan?" Desisnya mendapati adiknya berbaring di sampingnya dengan wajah yang terlihat memerah sempurna.

"Kak.. Hali sebenarnya.. ada yang ingin.." Taufan memutuskan kalimatnya sambil menatap Halilintar.

Halilintar melihat wajah adiknya yang terlihat sangat manis saat malu-malu, dan jantungnya berdetak kencang karena itu.

"Aku paham.." Ujar Halilintar sambil menyentuh pipi Taufan dengan kedua tangannya.

Taufan merasakan pipinya makin memanas.

Tangan kanan Halilintar mulai meraba bibir Taufan, untuk merasakan lembutnya, dan langsung..

CUP

Mendekatkan dirinya dalam satu ciuman.

Taufan sebenarnya terkejut, tapi ia memutuskan untuk diam dan memejamkan matanya menutup dan membiarkan Halilintar bermain dengan lidahnya.

"Mph..ng..uhh.. Kak Hali.." Taufan mendesah dalam kecupan Halilintar.

Halilintar diam sejenak, ia melingkarkan tangannya ke pinggang Taufan dan kembali mengulum bibir adiknya.

Taufan menjerit dalam hati, ada perasaan senang campur takut.

Senang karena akhirnya Halilintar tahu akan perasaannya dan memiliki perasaan yang sama, namun juga takut akan ketahuan oleh adik-adiknya.

Tapi ia tak peduli sekarang, dan ingin memfokuskan diri dengan saat-saat bersama Halilintar.

"Kak.. aku mencintaimu.." Gumam Taufan,

Halilintar menatapnya dan tersenyum simpul, "Aku juga.."

Taufan memeluknya, Halilintar tersenyum sinis untuk dirinya sendiri, ternyata bukan dia saja yang 'belok' bukan?

"Tapi kak.. jangan bilang yang lain ya.." Pinta Taufan dengan suara pelan,

Halilintar menahan tawa,

"Ya, aku tak akan bilang-bilang, kalau malam ini kau mau tidur bersamaku.." Ujar Halilintar sambil menyeringai

Mata Taufan membulat, pipinya memerah sempurna.

"Ih.. dasar mesum!" Pekik Taufan sambil memukuli Halilintar bertubi-tubi tapi pelan.

Halilintar hanya terkekeh, Taufan terlihat sangat manis saat marah.

"Uh! Berhenti memasang tampang seperti itu, aku jadi ingin memakanmu.." Kata Halilintar sambil mencubit pipi Taufan.

Taufan tersenyum, baru kali ini setelah sekian lama ia melihat Kakaknya tertawa sebahagia ini.

Dan itu semua karena dirinya bukan?

To be continue…

Maaf kalau gaje, dan kelihatan banget author bejatnya #plak,

Chapter depan bakal fokus ke Api sama Air, tapi saya bingung, Gempa sama siapa? Sama Fang atau Halilintar? Atau sama yang lain? Aduh saya bingung.. kalau readers tolong usulin ya soal pairingnya,

Ok, silahkan review jika berkenan ^^