ANNYEONG HASEYO
Halo semua~ Apa kabar kalian? Sehat? Sakit? Bahagia? Sedih? Bergembira? Berduka? Semangat? Lesu? Kalo jawabannya gak ada di salah satu itu berarti aku gak bisa tebak kabar kalian #duagh
Hmmm, dag dig dug gak ya pas baca postingan saya ini? Ngarep banget! *sape looo kamfret? Ada gak ada lo gak ngaruh keleuuss* Haha :D
EHEM!
Sebelumnya saya minta maaf kalo bikin kaget, deheman saya emang keterlaluan. Sudah di capslock, diblock, pake tanda seru lagi! Kayaknya kasar banget ya nada(?)nya. Kalo diibaratkan tuts piano, kira-kira itu pake nada apa ya? *ngomong apa sih ini?* Iya saya tau, gak jelasnya saya gak pernah sembuh. Bawaan dari jaman bahulak sih, jadi kalau ngomong suka ngalor ngidul.
Oke, saya muncul untuk menyatakan belasungkawa(?) untuk diri saya sendiri(?), soalnya saya butuh dibelain meskipun gak usah disungkawain *errordetected* #tepokjidat#
Hmmm, gak tau deh saya mau mulai dari mana, yang pasti saya mau kasih support nugu bias saya, Lee Sungmin yang sudah berani-beraninya melakukan(?) 'dosa' besar tak termaafkan *cincang bias, jadiin daging burger terus kasih buat makan Kyuhyun* #devillaugh
Di PM, saya dihantui(?) banyak pertanyaan. Pertanyaan tentang kabar saya, menghilang ke mana saya, gimana saya sekarang, gimana Kyuhyun Sungmin, tukar pikiran soal situasi dan kondisi yang sedang terjadi, dan banyak hal ngalor ngidul yang berakhir dengan curhat-curhatan. Haha, terimakasih ya. Aku seneng banget kalo ada yang tanya-tanya kayak gitu, artinya aku masih dianggap bernyawa di antara kalian(?) *wadeziiggg!*
Di postingan ini, saya akan menggunakan kesempatan untuk berkeluh kesah.
Mungkin sudah banyak yang pergi (out dari Joyer dan Sungmin), ada yang masih berada di sekitar tapi bilang sudah pergi, ada yang mencoba bertahan, dan ada juga yang bertahan. Bencana alam(?) yang melanda memang bikin saya shock setengah mampus, kecewa sampe pengen ngacak-ngacak tembok, sakit hati sampe rasanya pengen cari donor hati #plak *serius dikit napa*. Oke, serius saya sudah kecewa setengah mati sampe rasanya pengen jedotin pala Sungmin ke bibir saya #masihmodus. Kalian pasti kecewa ya? Sama, saya juga.
Pertama, saya marah sana-sini. Kedua saya diem, berusaha liat situasi dan kondisi sampe rasanya sebel banget sama Sungmin. Tapi terakhir, saya sudah berusaha dengan sangat keras, sampe rasanya sakit sendiri. Saya jadi berpikir, saya kok lebay banget ya sampe nangis-nangisin padahal saya hidup bukan buat fangirlingan sampe mati apalagi nangisin anak orang yang bukan laki-laki masa depan(?) saya, benci sana sini gak jelas padahal dalam hati saya gak bisa benci dia, tetap senang waktu liat dia, bukannya benci, malah tambah sayang soalnya mereka yang dulu belain dia sekarang marah sama dia, jadi kalo semua marah, siapa yang temenan dia? Alhasil saya yang juga gak punya teman(?) ini temenan sama dia. Hahahahahahha! Memang sampai saat ini saya gak bisa terima perempuan itu, anggap saya egois. Saya cuma mendukung bias saya tapi gak buat urusan f***ing wifeynya. Seterrah deh ya~ yang ngatain munafik atau apa seterrraaaah. Yang memilih ini saya kok, gak usah repot dikomenin toh saya gak komenin apa-apa soal sama yang ngomong "yang bertahan itu munafik". Itu pilihan saya, yang jadi masokis(?) saya, yang rela menerima rasa sakit juga dirikuuuh, ngapain dikauu yang repot? *mulai erorr*
Saat ada yang tanya apa saya masih seorang Joyer? Jawaban saya masih sama seperti sebelum-sebelumnya. Saya dukung mereka, dan sampai saat ini masih dukung mereka. Gak ada yang namanya cinta sebelah pihak, apalagi cinta pindah ke lain pihak. Eh tapi saya mulai pindah ke lain hati, bukan Sungjin lagi, tapi Sasuke masih! Hahahahahahah! Ambil tuh Sungjin, habisin sonoh! #dorongSungjin
Oke, niatnya gak sepanjang ini. Di sini saya mau bilang terimakasih buat semua yang setiap hari menuhin notif email saya, terutama dari akun FFn ini. Setiap hari ada ada notif yang bikin saya senyum-senyum soalnya banyak yang nyariin calon istrinya Sasuke yang dipikir menghilang ini. Terimakasih juga untuk shipper lain yang juga mengapresiasi FF saya. Baik pendukungnya Yunjae, Haehyuk, Yewook, bahkan EXO couple, saya berterimakasih sekali untuk PM, Review, Fav, dan Follow kalian. Saya senang soalnya dengan pair yang jelas-jelas KyuMin, cerita saya masih bisa dinikmati shipper lain. Terimakasih banyak untuk apresiasi kalian #bow #hug
Maaf kalo omongan saya ngalor ngidul dari awal. Saya nulis ini cuma buat menyampaikan rasa terimakasih juga mau curhat-curhatan. Beberapa author yang masih bertahan, bilang sama saya kalo kotak review mereka pasti dapat bashing soal karakter yang digunakan. OKE! Di sini harap dimengerti ya, ini FIKSI. Hasil imajinasi penulis. Jadi, tolong ya. Kalian yang merasa sakit hati, silahkan pergi. Jangan nambahin sakit hati kalian dengan meninggalkan komentar-komentar jahat di tempat orang yang berusaha memberikan hiburan. Kalo Anda tidak bisa menghibur dan tidak merasa terhibur, cukup pergi. Cari sesuatu yang menghibur Anda tanpa harus menyakiti orang lain. Kalau Anda merasa senang dengan merusak kesenangan orang lain, jangan ngatain apalagi menasihati orang lain karena selain Anda butuh dikatain balik, anda butuh dinasihati, juga butuh konseling(?) *apahubungannya?*
Oke yang penting saya tegaskan di sini. Saya di sini karena saya ingin menulis, menyalurkan hobi saya dengan membuat cerita tentang karakter tampan dan manis yang saya sangat cintai. Masalah laki satunya sudah ada status, itu urusan yang punya status, saya nulis buat hibur diri sendiri sama yang mau saya hibur kok. Jadi, gak usah lah ya disangkut pautin ini onoh. Gak usah terlalu terbawa kayak pas baca You are My Destiny. Apaaan sih saya dimusuhin banyak orang gara-gara FF itu. Dikatain RATU TEGA! TTT_TTT
Hel to the looowwww! Dari awal kan saya sudah bilang itu fiksi. Tapi kalo kalian sampe kebawa mimpi apalagi kebawa pikiran, mohon maaf lahir dan batin yaaaa #peluk Gak ada niatan bikin ingus kalian beleber-beleber kok #digetok Kalian luar biasa~ *ala-ala vocalis Noah*
Oke deh! Saya bawa sesajen(?) Silahkan di doain. Soalnya apa? Idenya muncul gitu aja, dan saya gak tau mau lanjutin ini kapan -_- Mau dilanjut atau enggak juga gak tau #duagh
Seoul Love Story
.
.
Park Min Rin
.
.
Genre: Romance, Drama, LittleHurt
.
.
Rate: T
.
Length: Chaptered
.
.
Disclaimer: KyuMin milik Tuhan. Kyuhyun milik Sungmin dan Sungmin milik Kyuhyun, mereka saling memiliki. Sungjin dan Sasuke milik siapapun(?) yang ingin memiliki(?) mereka, tapi yang pasti Kim Seokjin dan FF abal ini milik saya seutuhnya. :D
.
.
Warning: YAOI, Typo(s), DON'T LIKE DON'T READ! NO BASH! NO PLAGIAT!
.
.
.
enJOY~
Chapter 1
.
~(*o*)~
.
This fict is dedicated..
To the world biggest shipper..
The JOYers..
"Kyuhyun-ah, sekarang kau bukan murid menengah pertama lagi. Jadi, berhentilah membuat ulah! Aku tidak mau dengar kau bersama antek-antekmu itu membuat keributan di sekolah. Ck, aku tidak habis pikir bagaimana bisa kalian satu sekolah lagi."
Yang diajak bicara hanya diam, bukan diam mendengarkan tapi diam karena fokus dengan benda di tangannya, benda laknat yang sudah berkali-kali membuatnya dikutuk banyak orang. Namun, apa pedulinya? Benda itu adalah bagian dari dunianya.
"Kyuhyun, kau tidak mendengarkanku?"
"Mwoya? Dasar bodoh!"
Orang yang mengajak bicara sosok bernama Kyuhyun terlihat memejamkan matanya sejenak. "Kyuhyun-ah?"
"Aish! Babo-ya!
"Kyu-"
"Baka-yo! Stupid!"
Pletak!
"Appa."
Tawa pelan dari sosok yang mengajak Kyuhyun bicara tak lagi tertahankan. Hal itu sontak membuat pria yang baru saja mendapat jitakan manis dari sang ayah menatap garang pada siapapun yang berada di sekitarnya. "Itu bagian dari pelajaran penting untuk anak yang sulit mendengarkan orang lain. Jadi, jika kau tidak ingin merasakan halusnya tangan appa, dengarkan hyungmu," ucap sang ayah yang kebetulan berada dalam satu meja dengan Kyuhyun dan kakaknya.
Kyuhyun hanya bisa memejamkan mata sambil mengeratkan pegangannya pada benda di tangannya. "Aish jinjja!" umpat Kyuhyun. "Aku bukan anak kecil lagi. Berhentilah memukul kepalaku. Bagaimana jika otakku bergeser?"
"Oh!" pekik kakak Kyuhyun main-main. "Bukankah sejak lahir otakmu sudah bergeser?" lirihnya sambil menundukkan kepala.
Mendengar ejekan kakaknya, Kyuhyun langsung mengangkat tangannya, nyaris melayangkan kepalan buku jarinya di kening sang kakak jika saja satu jitakan tak mendarat lebih dulu di kepalanya.
"Appa!" kali ini Kyuhyun berteriak dengan keras.
"Appa di sebelahmu, Kyuhyun-ah. Tidak perlu berteriak," sahut sang ayah dengan santai. Kyuhyun yang semula sibuk mengusap kepalanya yang terasa berdenyut langsung berhenti, menyadari jika bagian kepala belakangnyalah yang mendapat jitakan. Sedetik kemudian pria jangkung dengan kulit pucat itu menolehkan kepalanya. Seraut wajah dengan senyum lembut langsung tertangkap oleh visualnya. "Tidak cukupkah jika appa yang melakukan? Kepalaku bukan batu! Kenapa eomma ikut melakukan itu?" keluhnya dengan memasang tampang kesal tak terbendung.
"Tapi kau berkepala batu," sahut sang ayah sambil menepuk main-main bahu putranya.
"Aish! Ini gara-gara kau hyung," omel Kyuhyun melempar tuduhan.
"Kalau tidak mau mendapatkan itu lagi, kau harus belajar mendengarkan orang lain, Kyuhyun-ah dan lagi.."
Kyuhyun mengerang kesal sambil mengacak-acak rambutnya. "Aku tahu! Aku tahu! Aku tahu dan sangat tahu mengenai apa yang ingin kau bicarakan hyung, jadi berhenti merengek seperti anak kecil."
"Aish anak ini."
Pletak!
"Akkhhh Cho Ryeowook ini gara-gara kau!" teriakan super keras itu kembali terdengar dari Kyuhyun. "Kalian menganiaya anak di bawah umur! Aku akan pergi ke kantor polisi untuk melaporkan ini!" Kyuhyun berseru sambil menyambar jas sekolahnya, mengcangklong tas, kemudian berlari keluar rumah meninggalkan 3 orang yang menatapnya dengan pandangan seolah Kyuhyun memiliki empat kaki.
"Kyuhyun-ah tunggu!" tiga teriakan dari tiga orang yang berbeda tak membuat Kyuhyun menghentikan langkahnya. Setelah membanting pintu rumahnya, Kyuhyun berjalan cepat sambil mengusap-usap kepalanya.
"Apa dia tidak mau pergi bersamaku?" suara kakak Kyuhyun terdengar.
"Apa dia masih tidak peduli soal kotak makan siang?" kali ini suara sang ibu.
"Hmm, apa dia sudah tak tertarik dengan uang sakunya?" terakhir suara sang ayah. Pria paruh baya itu terlihat menatap uang di tangannya kemudian menggeleng-geleng. "Ryeowook-ah, bawakan ini untuk adikmu."
Ryeowook tersenyum kemudian menoleh pada ibunya yang kini menghampirinya dengan dua kotak bekal, memasukkannya ke dalam tas sekolah Ryeowook. "Ryeowook-ah, jaga adikmu baik-baik. Pastikan dia menghabiskan makan siangnya."
Anggukan patuh kembali di dapatkan oleh pasangan Cho. "Aku pergi sekarang appa, eomma," pamit Ryeowook pada kedua orang tuanya. "Ne, belajar dengan baik dan jangan nakal," pesan ayah Ryeowook setengah berteriak karena putra sulung mereka sudah berlari keluar rumah menyusul Kyuhyun.
Untuk beberapa detik hanya keheningan yang mengisi di dalam ruangan, pasangan Cho itu menatap pintu yang tak jauh dari pandangan mereka, pintu apartemen sederhana mereka. Hingga akhirnya suara dari salah satu dua pria itu terdengar. "Kangin-ah."
"Ya?" sahut pria satunya.
"Menurutmu ada yang aneh tidak dengan kalimat yang selalu kau ucapkan setiap Ryeowook akan pergi ke sekolah?"
"Hng?" dengung Kangin sambil berusaha menatap alisnya—salah satu pose berpikir yang cukup menggelikan. "Kau selalu mengatakan belajar dengan baik dan jangan nakal pada Ryeowook, bukankah harusnya kau berpesan itu pada Kyuhyun?"
"Oh! Arra! Haha, aku mengerti maksudmu yeobo-ya."
"Jadi?"
"Leeteuk-ah, aku menngatakan itu pada Ryeowook karena dia bagus dalam mendengarkan nasihat orang lain, berbeda dengan Kyuhyun. Aish, anak itu benar-benar," keluh Kangin sambil menggelengkan kepalanya. "Walaupun begitu kau selalu memanjakan Kyuhyun," gumam Leeteuk sambil berlalu ke dalam dapur.
"Bukan memanjakan. Anak itu selalu bertindak sesuai hatinya, aku bangga padanya."
"Dia sudah seperti gangster di sekolahnya, apa itu juga sesuai hati?"
"Ah itu hanya hormon remaja, yeobo-ya. Aku yakin anak pintar itu bisa membedakan mana yang baik dan tidak untuk dirinya. Jangan terlalu dipikirkan. Baiklah, aku harus pergi sekarang. Kau pergi sendiri atau pergi bersamaku?" suara Kangin terdengar seiring dengan langkahnya yang bergema menuju kamar mereka. Pria itu pasti mengambil beberapa barang untuk pergi ke tempat kerja.
"Aku harus mampir ke rumah Tuan Lim. Membujuknya untuk pergi terapi."
"Ah, orang Cina di seberang?" Leeteuk hanya mengangguk. "Ah baiklah, aku pergi sekarang. Kau berhati-hatilah."
"Ne, jangan lupa habiskan makan siangmu."
Sahutan keras terdengar dari balik pintu apartemen, menandakan jika pria berdimple itulah yang tersisa di dalam ruangan. "Aku juga harus bergegas pergi," gumam Leeteuk sambil memasukkan peralatan makan bekas sarapan di bak cuci piring.
Yups! Keluarga yang tinggal dalam apartemen sederhana di pusat kota Seoul itu adalah keluarga Cho, terdiri dari empat anggota keluarga. Cho Kangin adalah sosok pekerja keras, sosok ayah yang sangat tegas dan begitu menyayangi kedua putranya. Park 'Cho' Jungsoo—Leeteuk adalah sosok ibu—walaupun Leeteuk adalah pria, sosok yang jauh lebih sabar dari Kangin ini adalah sosok yang mengambil peran sebagai ibu dalam keluarga kecil Cho. Pasangan pria ini memiliki dua putra—mengingat pria tidak bisa hamil ataupun melahirkan—kedua putra Cho diadopsi dari panti asuhan. Pasangan sesama pria memang lumrah di zaman ini, namun anak kandung untuk pasangan pria dan pria jelas mustahil. Satu-satunya jalan untuk mendapatkan anak adalah dengan mengadopsi.
Kedua putra Cho tersebut bernama Cho Ryeowook dan Cho Kyuhyun.
Cho Ryeowook adalah putra sulung keluarga Cho, berpostur tidak terlalu tinggi dengan wajah yang bisa terbilang manis. Pria penyuka jerapah itu memiliki sifat yang mirip dengan Leeteuk—sabar dan tenang walaupun sikap usilnya sesekali muncul ke permukaan. Berbeda jauh dengan Cho Kyuhyun yang merupakan putra bungsu keluarga Cho. Pria itu berpostur jangkung dengan wajah yang bisa dikiaskan menghipnotis para dewi. Keras kepala, egois, dan usil adalah hal yang tidak pernah lepas dari seorang Cho Kyuhyun, kepribadiannya yang 'bisa' dikatakan buruk adalah nilai minus pria tampan tersebut.
Tapi.. siapa yang bisa menolak pesona pria tampan, eh?
.
~(*o*)~
.
"Bisakah tidak menghalangi jalanku?" gertak Kyuhyun sambil menatap kesal pada beberapa siswi yang sibuk mengobrol di area tangga. Saat menyadari kehadiran Kyuhyun, barulah mereka bergegas menggeser tubuh dan membiarkan sosok yang dikenal sebagai new trouble maker di Eternal School itu untuk masuk kelas.
Mungkin untuk beberapa orang yang mendapat gertakan dari Kyuhyun, hal itu jelas menyebalkan. Tapi untuk beberapa orang yang memang tidak suka melihat pemandangan menyesakkan di sekitar tangga, tindakan Kyuhyun yang setengah serampangan itu bagian dari penyelamatan. Siapa yang mau berurusan dengan siswi-siswi bermulut panjang?
"Maaf, Kyuhyun sedang tidak enak badan," ucap Ryeowook saat melihat tatapan tak suka para siswi itu tertuju pada Kyuhyun. "Ya, setidaknya kakak Cho Kyuhyun tahu cara meminta maaf."
Senyum yang semula terlukis di wajah Ryeowook langsung lenyap, berganti dengan tampang masam. Jika tidak mengingat perempuan-perempuan itu adalah kakak tingkatnya sudah dipastikan sumpah serapah yang ia pelajari dari Kyuhyun akan jelas mampir ke telinga mereka. Beruntungnya, Ryeowook adalah hasil didikan unggul dari pasangan Cho. Pria itu tahu betul bagaimana menjaga sopan santun.
Eits, wajah tampan Kyuhyun memang dihiperbolis bisa menghipnotis para dewi. Tapi jangan berpikir hal itu juga akan terjadi pada semua wanita yang melihatnya. Walaupun hampir semua wanita mengakui ketampanannya, namun saat tahta tak menujukkan batang hidung, apa yang bisa dilihat wanita zaman sekarang dari seorang pria?
Kyuhyun bukan anak konglomerat, Kangin bekerja sebagai kepala buruh pabrik dan Leeteuk bekerja di bidang kesehatan masyarakat. Keluarga yang benar-benar sederhana, tidak ada kekayaan yang dimisalkan bisa membeli seperempat isi dunia.
Jadi, tidak semua wanita tergila-gila pada Kyuhyun. Mereka hanya melirik Kyuhyun karena ketampananya. Tidak lebih dari itu.
"Kyuhyun, makan siangmu!" teriak Ryeowook kesal. Pria itu masih setia mengekori langkah adiknya tapi Kyuhyun tak terlihat merespon sedikitpun. "Kyuhyun-ah, uang sakumu!"
Sret!
Beberapa orang yang semula hanya melirik pada Kyuhyun langsung menolehkan kepala. Dengan gerakan secepat angin Kyuhyun meraih beberapa lembar uang yang Ryeowook lambai-lambaikan bersama sebuah kotak bekal.
"Kau hanya mengambil uang?" kaget Ryeowook. "Ya, cepat masuk kelasmu hyung," suruh Kyuhyun tak ada sopan-sopannya. Ryeowook hanya berdecak pelan kemudian memutar tubuh, hendak melangkah ke arah koridor lain. "Habiskan bekalmu!" serunya sambil melempar kotak bekal pada Kyuhyun yang tampak terkejut dan berusaha menangkap benda itu.
"Ya hyung! Ya! Ya! Hyung!" teriaknya berusaha memanggil Ryeowook yang sudah berlari menuju kelasnya. Beberapa orang terlihat menatap Kyuhyun dengan pandangan geli. "Lihat apa, heh!" gertakan lagi-lagi terdengar.
Orang-orang yang mendengar itu langsung kembali sibuk pada kegiatan masing-masing. Huh, Cho Kyuhyun itu walaupun murid tingkat satu ulahnya sudah meluluh-lantakkan kakak kelasnya. Tidak ada yang berani padanya kecuali seseorang yang jelas sama kuatnya dengan Kyuhyun.
"Anak kecil itu memang tidak tahu sopan santun."
"Aku tidak percaya sekolah mempertahankan dia hanya karena sebuah medali emas olimpiade berhitung. Lihat! Penampilannya sudah seperti preman saja."
"Hei, menurutmu apa yang terjadi jika aku berhasil mengambil alih predikat 'si jenius matematika'nya itu?"
"Dunia pasti kiamat. Preman kecil itu bisa mengerjakan soal sambil memejamkan mata sementara kau? Sampai mandi peluh sekalipun, kau hanya bisa menatap penuh cinta pada kertasmu kosongmu."
Walaupun omongan-omongan sejenis itu sudah biasa mampir di telinganya, Kyuhyun memilih tak peduli karena para gadis memang membutuhkan bahan tertentu untuk kelangsungan mulut mereka.
"Oy Kyuhyun!" panggil suara dari belakang tubuhnya. Kyuhyun hanya mengangkat tangannya mengisyaratkan jika ia mendengar panggilan itu. "Traktir aku di kantin nanti! Kau dengar? Ya!"
Kyuhyun berdecak malas kemudian memutar tubuhnya dan mendapati dua pria dengan tinggi tubuh yang mencolok sekali perbedaannya. Dengan gusar pria berkulit pucat itu melambai-lambaikan uang sakunya. "Kau pikir ini cukup untuk membeli apa selain air mineral?"
Dua namja yang berteriak pada Kyuhyun langsung terbahak kemudian menunjukkan gerakan mengusir Kyuhyun untuk pergi. "Ck! Dasar mereka itu," gumam Kyuhyun. Tatapannya masih tertuju pada dua teman baiknya—ah teman satu gengnya mungkin—Lee Hyukjae dan pria keturunan China bertubuh terlalu tinggi, Zhoumi. Sejenak kemudian Kyuhyun berlalu.
Pria itu berjalan cuek menuju kelasnya. Seragamnya dibiarkan menjuntai bebas tanpa harus dimasukkan ke dalam celana lalu dirapikan dengan ikat pinggang, hormon remajanya mengatakan bahwa itu adalah tindakan yang membuang-buang energi. Belum lagi dua kancing kemejanya dibiarkan tak terkancing menampakkan kaos putih tipis yang dipakainya, ditambah jas sekolah yang sejak tadi hanya tersampir di bahunya dan satu lagi.. rambutnya yang sengaja diberi warna kecoklatan itu tidak menujukkan kerapian sama sekali.
Deskripsi di atas sudah menjelaskan siapa Cho Kyuhyun di sekolahnya. Yeah! Murid bermasalah dan penampilannya yang seperti berandalan masuk sekolah itu membuat ketua kedisiplinan berulang kali menyobek seragamnya.
"Cho Kyuhyun, berhenti."
Mendengar satu suara yang sangat dikenalnya, Kyuhyun menyunggingkan seringai samar. Sengaja ia hanya menghentikan langkahnya tanpa berniat menolehkan kepala atau memutar tubuh. Dia tersenyum aneh sambil menunggu sosok itu muncul di hadapannya.
Dan benar saja. Sosok itu sudah berdiri di hadapannya, menatap tajam ke arah Kyuhyun dan justru hal inilah yang menjadi leluconnya setiap pagi. Seperti biasa, orang itu akan menatap Kyuhyun dari atas kepala sampai ujung kaki dan Kyuhyun hanya akan diam dengan tampang tabahnya, walau sesekali bersiul-siul tak jelas.
"Kau.." Kyuhyun mengangkat sebelah alisnya kemudian tersenyum konyol. "Cho Kyuhyun berhenti bersikap seperti itu. Cepat rapikan seragammu sebelum aku kembali menyobeknya," kali ini gelak tawa Kyuhyun yang terdengar. "Apanya yang lucu? Cepat rapikan dan jangan membuatku marah!"
Ekspresi datar terlukis di wajah Kyuhyun. Tatapannya menghujam tajam seakan menantang sosok didepannya. "Bagaimana jika aku kembali menolak?"
"Cho Kyuhyun," panggilan dengan nada sarat akan peringatan itu hanya ditanggapi dengan gumaman main-main oleh Kyuhyun. "Berhentilah bersikap memuakkan!"
Srak!
Beberapa benda bulat kecil menggelinding di lantai koridor. Benda yang disinyalir berupa kancing baju itu menggelinding cukup jauh dari posisi si pemilik baju. "Ini sudah kelima kalinya. Kau pikir aku menghabiskan waktu hanya untuk menyobek seragam murid tingkat awal yang tak tahu aturan?" walaupun suaranya terdengar tenang, tatapan sosok di depan Kyuhyun jelas-jelas menunjukkan jika orang itu mengentalkan peringatan untuknya.
Tatapan Kyuhyun tertuju pada seragamnya yang sudah tak berbentuk. Beberapa saat kemudian pria itu tertawa, tertawa seperti baru saja menonton hal yang sangat-sangat lucu sebelum air mukanya kembali menunjukkan ekspresi mengerikan. Perlahan ia mendekatkan wajahnya, menempatkan bibirnya tak jauh dari telinga sosok di hadapannya. "Kau tahu? Teruslah marah! Teruslah menyobek seragamku karena itu yang membuatku tergila-gila padamu Lee Sungmin," tukasnya dengan nada horor.
Dengan kasar orang bernama Lee Sungmin itu mendorong kasar tubuh Kyuhyun menjauh. "Jangan main-main denganku!"
Lagi-lagi Kyuhyun tertawa, kali ini sambil menggeleng-gelengkan kepalanya. "Aku tidak mengerti.. bagaimana bisa pria manis sepertimu bisa menjadi ketua kedisiplinan? Daripada kau sibuk mengurus manusia tidak tahu aturan, lebih baik kau menjadi kekasihku. Kau mau tidak?"
Sungmin mendengus kesal. Adik tingkatnya yang belum mencapai satu semester ini selalu saja membuat tekanan darahnya naik seketika ditambah perasaan aneh yang sering membuatnya merasa muak pada diri sendiri. "Bisakah kau sekali saja bersikap seperti manusia normal?"
Bertanya setengah menyindir, eh?
Cho Kyuhyun memiringkan kepalanya, mengamati dengan seksama setiap lekuk wajah Sungmin. "Rambut hitam yang halus, mata seperti kelinci yang cantik, pipi bulat, bibir unik yang merah menggoda, dan milky skin yang bisa dipastikan tanpa cela. Kau tahu Lee Sungmin?" tatapan main-main Kyuhyun kembali terlukis. "Aku akan bersikap seperti manusia normal jika semua itu menjadi milikku. Cho Kyuhyun akan bersikap seperti manusia normal jika Lee Sungmin menjadi miliknya," telunjuk Kyuhyun menunjuk kepala sendiri. "Catat baik-baik di dalam kepalamu."
Tanpa mempedulikan tampang jengkel Sungmin, Kyuhyun berlalu dengan santai. Meninggalkan Sungmin yang masih diam dengan wajah dinginnya.
Dari arah berlawanan terlihat tiga orang tengah menatap jengah ke arahnya, satu dari mereka yang memiliki mata sipit menarik satu sudut bibirnya saat melihat Kyuhyun menyadari keberadaan mereka. Bukan tidak menyadari aura gelap yang menguar dari tubuh tiga kakak kelasnya, Kyuhyun sadar betul dan memilih tak peduli mengenai hal itu.
Sambil mengusap tatanan rambutnya, pria yang kerap kali dijuluki preman kecil itu melangkah santai melewati tiga pria yang masih setia menatap seolah Kyuhyun adalah sesuatu yang terlalu menggelikan hingga terasa sangat menjengkelkan.
"Anak kecil itu benar-benar ingin cari mati denganku."
Dua pria lain yang mendengar gumaman si pria sipit turut menarik satu sudut bibirnya. "Haaahh, bahkan dia masih anak kecil. Kenapa dia bersikap begitu menjengkelkan, eh?" keluh pria bermata indah dengan main-main. "Donghae-ya, kucing lucu bisa menggingitmu saat kau menginjak ekornya," tanggap satu pria dengan tubuh subur.
Tawa mengejek terdengar. "Jadi, apa bedanya anak kecil itu dengan kucing?"
Tanggapan nyaris keluar dari salah satu lawan bicaranya jika saja suara dengan nada dingin itu tak mampir di telinga mereka. "Jika kalian tidak ingin memiliki catatan yang lebih panjang, pergi ke kelas kalian sekarang juga."
Oh ya!
Siapa yang tidak kenal pemilik suara itu?
Donghae yang pertama kali menolehkan kepalnya, disusul siswa bertubuh subur. "Oh, hai Lee Sungmin-ssi," sapanya sambil bergerak mengangkat name-tagnya.
Sungmin berusaha untuk tidak menyipitkan matanya saat melihat isyarat itu. Bukannya ia tak mengenal siapa mereka. Siswa bermata indah—Lee Donghae, siswa bertubuh subur—Shin Donghee, dan siswa bemata sipit—Choi Yesung. Dia mengenal betul siapa yang berada di hadapannya ini.
"Kau pikir aku peduli dengan name-tagmu?"
Shindong memutar matanya kemudian mengantongi name-tagnya. Deskripsi Kyuhyun mengenai pria bernama Lee Sungmin ini seratus persen betul. Entah bagaimana bisa pria memiliki paras tampan, manis, cantik, dan imut di waktu bersamaan ini memiliki sikap yang setara dengan dinginnya kutub utara. Wajahnya kaku, cara bicaranya dingin, tatapan matanya menusuk, dan dikombinasikan dengan sikap beraninya, pria manis itu bisa menundukkan siapapun di bawah kuasanya.
Tangan Sungmin terangkat, menunjukkan tiga kartu kuning.
"Shit!" umpat Donghae sambil merapikan kerah kemejanya, kemudian setengah terburu memasang blazer dan perlengkapan seragamnya. Shindong yang diam-diam mengumpat juga melakukan hal yang sama.
Oh ayolah! Bahkan hukuman pengurangan uang saku yang Donghae terima dari orang tuanya belum selesai, haruskah ia kembali mendapat hukuman tambahan karena ketua kedispilinan yang 'malaikat di luar iblis di dalam' ini kembali memberinya sanksi?
"Kau bisa meletakkan kartu cantik itu," ujar Shindong sambil mengamati penampilannya dan tampilan Donghae secara bergantian. Tidak ada jawaban dari Sungmin tapi pria manis itu kembali mengantongi dua kartu kuningnya kemudian melempar satu kartu yang tersisa di tangannya pada pria yang hanya diam menatapnya sejak awal.
"Silahkan ambil surat peringatanmu setelah jam makan siang," ujar Sungmin sambil melirik sosok bermata sipit yang masih menatap padanya. Satu senyum sinis terlukis di bibir sosok bernama Yesung itu. "Aku tidak mau."
Mendengar penolakan Yesung, kepala Sungmin terangkat lebih tinggi seolah menegaskan siapa yang lebih berkuasa dalam hal ini. "Kau pikir siapa yang peduli?" balasnya. "Mengambil atau tidak itu urusanmu. Yang perlu kupedulikan adalah berapa catatan lagi yang kubutuhkan untuk menendang putra ketua yayasan dari sekolah ini."
Shindong dan Donghae melirik khawatir saat senyum sinis Yesung menghilang. Tangan pria yang secara tidak langsung mereka akui sebagai ketua geng itu mengepal erat seolah bersiap melayang kapanpun untuk menghantam wajah mulus di hadapan mereka.
"Satu," ucap Sungmin sambil mengangkat jari telunjuknya.
Donghae buru-buru meraih lengan Yesung. "Ayo pergi ke kelas hyung," ajaknya sambil memberi isyarat pada Shindong untuk ikut membantu. Yesung bergeming.
"Dua," jari tengahnya menyusul.
"Ah hyung! Ayo!" pekik Donghae sambil menyeret paksa tubuh Yesung dibantu Shindong. Dengan gusar Yesung menghempaskan lengan Donghae dan Shindong, matanya menajam dengan emosi saat melihat Sungmin tak menunjukkan gentar sedikitpun atas aura penuh ancaman yang ia tunjukkan.
"Sudahlah Yesung-ah, ayo!" ajak Shindong sambil menyeret paksa Yesung untuk pergi ke kelas.
Sungmin menatap bergantian katu kuning yang jatuh di depan kakinya dan punggung Yesung yang perlahan menjauh, refleks ia meneguk ludah kemudian mengambil kartu itu sebelum berlalu menuju kelasnya.
Masih ingat dengan kalimat "tidak ada yang berani padanya kecuali seseorang yang jelas sama kuatnya dengan Kyuhyun" dan yeah! Pria yang baru saja berurusan dengan Sungmin itulah orang yang sama kuatnya dengan Kyuhyun. Semua siswa tahu betul jika Choi Yesung memiliki sensifitas tinggi yang sangat negatif mengenai murid tingkat satu bernama Cho Kyuhyun.
.
~(*o*)~
.
Kyuhyun memasuki kelasnya dengan langkah santai, seragamnya sudah berantakan dan sebuah earphone yang entah sejak kapan sudah menyumbat lubang telinganya membuat image siswa cool, siswa cuek, dan siswa tidak tahu aturan semakin kental pada sosok itu. Beberapa teman sekelas yang memang jengah dengan sikap siswa sejenis Kyuhyun hanya bisa melirikkan ekor mata sebelum mencibir dalam diam.
Ah ya! Bukankah siswa dengan predikat 'anak nakal' akan selalu diidentikkan dengan deretan bangku belakang. Namun, yang membuat sedikit berbeda adalah Kyuhyun tidak pernah suka duduk di deretan bangku belakang. Baginya duduk di barisan depan dan belakang adalah hal yang sangat mencolok. Jadi, pria Cho itu memilih duduk di posisi aman. Barisan tengah.
"Aku berharap seonsaengnim cepat datang, lihat saja gayanya."
"Huh, walaupun begitu apa yang akan dilakukan Kim seonsaengnim? Tidak lebih dari memarahi, kau tahu sendiri si brengsek satu ini selalu saja lolos."
"Kau benar, aku jadi semakin gerah saja setiap melihat lagaknya. Sekolah dengan beasiswa saja sombong begitu, bagaimana ceritanya kalau orang tuanya yang gay itu orang kaya?"
Dua namja yang sejak tadi berbisik membicarakan Kyuhyun itu langsung mengatupkan bibirnya saat melihat Kyuhyun yang sejak tadi berdiam diri di bangkunya, kini beralih melepaskan tas punggungnya. Hanya melepaskan dan meletakkannya di meja. Jadi, dua namja yang kebetulan duduk di belakang Kyuhyun itu hanya saling melirik kemudian menghembuskan napas lega.
Saat mereka berpikir situasi masih baik-baik saja. Kyuhyun tiba-tiba berdiri dan menatap dua temannya dengan pandangan meneliti. Bukan hanya dua laki-laki yang membicarakannya, hampir semua teman sekelasnya menoleh ke arah Kyuhyun.
"Ada apa?" tanya salah satu siswa yang duduk di barisan depan.
"Tidak tahu."
Dengan ekspresi datarnya Kyuhyun menarik perlahan kabel earphonenya, mata dua namja itu refleks terbelalak saat melihat earphone Kyuhyun tak terhubung dengan apapun. Tidak terhubung dengan ponsel maupun i-pod.
"Kau tahu?" desah Kyuhyun sambil melemparkan earphonenya ke atas meja. "Ada kalanya seseorang berpura menutup telinga agar tak mendengar omong kosong. Tapi yang perlu kau tahu, berpura bukan berarti tidak mendengar," dua teman sekelasnya hanya bisa meneguk ludah saat dua tangan Kyuhyun terulur menarik kerah seragam mereka.
"Coba katakan dengan jelas apa yang kalian bicarakan tentangku?" suruh Kyuhyun sambil mengeratkan cengkramannya pada kerah seragam temannya. Hal itu membuat dua pria itu hanya bisa tersenggal dan berusaha menundukkan kepalanya. "Katakan!"
Bug!
Teman-teman sekelas yang semula berniat mengerubungi langsung memundurkan tubuhnya saat melihat dua pria yang menjadi 'korban' itu tersungkur pasca mendapatkan bogem mentah dari Kyuhyun. "Bukankah kalian laki-laki? Bicaralah di depanku! Cepat katakan!"
Brak!
Para siswa refleks menjerit saat bangku yang Kyuhyun tendang ikut menghamburkan tatanan bangku yang lain. "Berdiri kalian," geram Kyuhyun membuat dua namja itu buru-buru berdiri di hadapan Kyuhyun sebelum kaki panjang Cho Kyuhyun mendarat di perut mereka.
"Dengar!" gertak Kyuhyun sambil mendorong kening dua temannya. "Aku tidak peduli pengecut seperti kalian membicarakanku. Tapi jangan harap aku membiarkan mulut kalian terus mengoceh membicarakan orang tuaku. Ya! Kau dengar?" bentak Kyuhyun sambil menempeleng wajah dua pria itu bergantian.
"Orang yang kalian sebut gay itu jauh lebih baik dibanding pengecut seperti kalian. Seharusnya kalian di rumah, minum susu dan bermain mobil-mobilan bersama baby sitter. Hei, kalian mendengarku anak manja?"
Plak! Plak! Tempelengan main-main yang Kyuhyun lakukan berkali-kali cukup membuat dua teman sekelasnya meringis. "Sampai aku dengar siapapun di antara kalian membicarakan orang tuaku, mati kalian," peringat Kyuhyun. Walaupun matanya hanya tertuju pada dua 'korban'nya. Siswa lainnya ikut meneguk ludah.
"YA!"
Semua penghuni kelas langsung menolehkan kepalanya ke arah pintu kelas dan mendapati satu guru pria dan siswa dari kelas sebelah yang pasti turut mendengar keributan karena jeritan murid perempuan di kelas Kyuhyun. "Cho Kyuhyun apalagi ini!" pekik guru pria yang biasa dipanggil Kim seonsaengnim itu.
"Seonsaengnim, Cho Kyuhyun pasti memukul mereka. Ck,ck, ck! Harus segera dilaporkan pada pihak kedisiplinan," bisik salah satu siswa yang berada di dekat Kim seonsaengnim. Guru bernama lengkap Kim Heechul itu hanya bisa mengepalkan tangan dengan gemas kemudian berteriak keras. "Kalian bertiga! Ikut aku sekarang juga!"
Kyuhyun hanya bisa mendongakkan kepalanya sambil menghembuskan napas malas. "Bosan sekali berada di tempat itu."
Benar saja. Jangankan Kyuhyun yang sudah menjadi pelanggan tetap ruang kedisiplinan, dua siswa yang baru pertama kali menginjakkan kaki di ruang kedisiplinan itu terlihat menunduk bosan. Bayangkan saja, sejak memasuki ruangan hingga menit ke 30 ini, Pembina Kedisiplinan Siswa masih setia memberikan petuah-petuah yang mulai tak jelas arah dan tujuannya.
"Seonsaengnim."
"Diam kau Cho Kyuhyun! Dasar pembuat masalah! Lihat seragammu! Kau dan Choi Yesung itu sama saja!"
Heechul hanya bisa menaikkan sebelah alisnya, kenapa setiap Kyuhyun memiliki masalah Yesung akan disangkutpautkan, demikian pula sebaliknya. "Jun seonsaengnim, saya rasa mereka harus segera kembali ke kelas," suara Heechul terdengar lembut. Jun seonsaengnim mendelik ke arah Heechul membuat Heechul mendesah serba salah akan sikap guru pertengahan abad itu. "Kim seonsaengnim, Anda sebagai wali kelas mereka seharusnya bla bla bla..."
Dan ya begitulah! Akan selalu seperti itu kata-katanya hingga Kyuhyun dan Heechul bisa merapalkan dalam hati apa yang akan dikatakan guru senior tersebut.
.
.
.
Klek!
Mereka sudah berdiri di luar pintu ruang kedisiplinan.
"Nah, kalian berdua segeralah kembali ke kelas," ucap Heechul. Dua siswa yang bermasalah dengan Kyuhyun langsung membungkukkan tubuhnya, kemudian sedikit membungkuk pada Kyuhyun namun Kyuhyun memilih memutar matanya.
Setelah dua muridnya tak lagi terlihat..
Plak!
Kyuhyun menggeretakkan giginya dan mengepalkan tangannya untuk menahan rasa jengkelnya. Untuk pagi ini saja sudah tiga orang yang memukul kepalanya, untuk apa Heechul menjadi orang keempat?
"Ya! Kenapa kau tidak mengatakan alasanmu memukul mereka?"
Tidak tertarik menjawab pertanyaan wali kelasnya, Kyuhyun justru menggumam kesal. "Seonsaengnim, bisakah berhenti memukul kepalaku?"
"DAN KAU BISAKAH BERHENTI MEMBUATKU MEMUKUL KEPALAMU!"
Kyuhyun hanya bisa mengernyit saat teriakan itu membuat telinganya berdengung. Satu guru pria lain yang kebetulan lewat di depan Kyuhyun dan Heechul hanya bisa menyunggingkan senyum manis. Eh tunggu, manis? "Waaahh! Apa anak didikmu kembali membuat masalah, Kim seonsaengnim?"
Sosok yang dipanggil Kim seonsaengnim hanya bisa meneraturkan napasnya kemudian balas menyunggingkan senyum—yang dibuat—manis pada guru yang baru saja menyampaikan sindiran halusnya. "Han seonsaengnim, bukankah seharusnya Anda berada di kelas?"
"Tentu, saya baru saja kembali dari ruang guru untuk mengambil barang yang tertinggal," ucap guru Han kemudian menepuk bahu Kyuhyun. "Jangan terus membuat masalah, masa depanmu masih panjang."
Heechul masih menyunggingkan senyum—yang dibuat—manis, kemudian berkata dengan tak kalah manis. "Ah kudengar tadi pagi Yesung mendapat kartu kuning dari Sungmin, apakah Han seonsaengnim sudah menyetujui surat panggilan orang tua untuk Yesung."
Senyum congkak guru bernama lengkap Tan Hankyung itu langsung lenyap saat mendengar sindiran balasan yang diberikan Heechul. Sedikit berdehem, pria itu hanya menganggukkan kepalanya. "Saya harus kembali mengajar," pamitnya.
"Ne, silahkan!" balas Heechul sambil mendelik tak suka pada punggung Han seonsaengnim. Kyuhyun hanya bisa memasang tampang malas. Hankyung adalah wali kelas yang juga menjadi langganan tetap ruang kedisiplinan karena pria itu adalah wali kelas Yesung. Dan hal inilah yang membuat Heechul kerap terlibat perang sindir menyindir dengan Hankyung. Karena anak didik mereka yang penuh dengan catatan masalah di ruang kedisiplinan.
.
~(*o*)~
.
Jam sudah menunjukkan pukul 10.10 malam. Sungmin melangkah gontai ke luar halaman sekolahnya. Sudah sepi dan hanya ada beberapa gelintir siswa yang masih memiliki urusan dengan klub. Gurat lelah yang terlukis di wajahnya menunjukkan dengan jelas jika pemuda itu membutuhkan istirahat setelah direpotkan dengan masalah-masalah yang dibuat siswa-siswi di Eternal School. Sekolah yang akrab disebut ES (i-es) ini sekolah umum. Tidak ada kekhususan perlakuan untuk siswa kaya, siswa miskin, siswa sederhana, dan jenis siswa lainnya.
Dan inilah poin merepotkannya..
Sekolah dengan siswa kaya cenderung memiliki masalah dengan kesombongan dan kearoganan siswa. Sekolah dengan siswa miskin cenderung memiliki masalah gangster, bolos, merokok tanpa peduli area, dan sejenisnya. Karena bercampur menjadi satu seperti nasi campur, masalah yang muncul di ES ini kerap kali membuat Ketua Kedisiplinan memilih mengundurkan diri.
"Hyung!" Sungmin tersentak dari kegiatan mengusap belakang lehernya. Kepalanya bergerak mencari asal suara dan menemukan sang adik yang seharusnya sudah berada di rumah sejak pukul 7 malam tengah berlari ke arahnya.
"Jin-ah, apa yang kau lakukan di sini?" tanya Sungmin sambil mengamati penampilan adiknya, masih lengkap mengenakan seragam salah satu sekolah menengah pertama yang cukup terkenal dan sedikit terengah mengatur napasnya. "Ayo cepat pulang hyung, ada pria yang datang ke rumah dan bertengkar dengan eomma. Aku sudah menitipkan Jungkook, Taehyung, dan Jimin pada Yun ajjuma."
Tanpa menunggu lebih lama, Sungmin segera menarik lengan adiknya. Setengah berlari menuju halte terdekat. "Lain kali tidak usah menyusul ke sekolah. Seharusnya kau menemani anak-anak nakal itu. Kau bisa menelepon hyung 'kan?"
Remaja bernama lengkap Kim Seokjin itu hanya bisa menundukkan kepalanya. "Aku tidak menghafal nomor hyung, catatannya ada di kamarku. Tadi saat sampai di rumah aku tidak berani masuk kamar. Eomma dan pria itu bertengkar di ruang tamu."
"Apa anak-anak nakal itu kembali menonton saat eomma bertengkar dengan pria asing?"
"Tentu saja. Mereka itu aneh sekali," komentar Jin saat mengingat keabsurd-an ketiga adiknya.
Sungmin hanya bisa termenung. Ibunya adalah seorang pecandu alkohol dan menjalani hidup yang terlalu bebas. Dulunya wanita bernama Kim Hyuna itu sempat tinggal di Amerika dan kerap kali bergonta ganti pasangan. Sungmin dan adik-adiknya hanyalah saudara satu ibu, ayah mereka tidak jelas siapa dan berada di mana. Wanita bernama Kim Hyuna itu bahkan sempat menjual salah satu anaknya. Dia hidup dengan memeras uang dari pria yang Sungmin duga adalah "ayah-ayah" dari mereka. Sudah jelas siapa para pria itu, pria mapan dan sudah beristri.
'Ya Tuhan,' sebut Sungmin dalam hati.
Seperti inikah jalan hidup?
TBC
Ketemu lagiiiihhhh~~~
Ah! Aku debutin(?) suami baru di sini #LOL dan sepertinya benar-benar harus ada pertanyaan ada apa dengan huruf S mulai dari bias hingga suami idaman saya? :D Sungmin! Sungjin! Sasuke! Dan Jin! Awalnya aku tertawa bahagia dan akhirnya bisa punya suami idaman yang namanya gak diawali S. Dan setelah saya ucek-ucek profilnya Jin~ Jeng! Jeng! Jeng! Namanya lengkapnya Kim Seokjin! Tetap saja berkelut di huruf S =_= Tapi ya sudahlah ya~~
Kenapa saya bawa BTS juga? Apa saya bukan ELF lagi? Nope! Gak ada alasan untuk beralih cinta dari uri ajushi, Syupeo Junieo *pelukeratsatu-satu* Saya butuh karakter baru aja. Dan kayaknya mereka lagi laris manis. Boleh deh diserang juga! Kecuali My Seokjin! Arrana?
Gak usah pake bash, ye? Ini fiksi. Kalo gak ngerti, ini cerita hasil khayalan saya #plak
Oke, chapter 1 untuk perkenalan karakter dulu aja ya. Maaf buat typos!
Review please~
Thanks for reading \(*o*)/
