30 Days of Love

A Kagerou Project / Mekakucity Actors fanfiction by Chikara Az

KagePro / MekakuCA © Jin

This fanfiction © Me

Rating : T

Warning : ShinKono, possibly (very) OOC, slash/BL/sho-ai dan semacamnya, kumpulan drabble, dibuat untuk memenuhi OTP Challenge dan mendorong diri untuk terus menulis- /ngek, genrenya bermacam-macam tiap chapter, rating bisa berubah sewaktu-waktu

FYI : Settingnya sesudah mereka mengalami insiden Kagerou Daze, jadi bisa dibilang setelah KagePro tamat gitu. Tapi Konoha tidak berubah kembali menjadi Haruka. Setiap chapter setting waktunya seperti itu, namun ceritanya tidak berhubungan satu sama lain, jadi bisa dibaca secara terpisah ^^

Iya saya emang ga pinter bikin judul /crais

Enjoy~

.

Day 1 : Holding Hands, ShinKono

.

Walaupun waktu menunjukkan tengah hari, bukan terik sang mentari yang menyengat orang-orang, tetapi rasa dingin yang disebarkan benda-benda lembut yang melayang turun dari langit. Benda berwarna putih itu turun perlahan, kemudian mendarat di berbagai tempat : atap rumah, mobil-mobil, kepala dan pundak orang-orang, juga jalanan. Benda lembut yang juga membuat permukaan yang mereka hinggapi perlahan memutih. Benda itu juga jatuh di kepala seorang lelaki bermata merah yang berjalan bersama seseorang yang lebih pendek beberapa senti darinya. Antara rambut lelaki dan benda itu, susah membedakannya.

Sekalipun sudah mengenakan syal hijau tebal dan dua lapis sweater, Konoha tetap merasa kedinginan. Nafasnya yang hangat berubah menjadi uap begitu menyentuh udara yang dingin. Sambil berjalan, ia menggosokkan kedua tangannya yang telanjang satu sama lain, mencari kehangatan. Wajah yang biasanya pucat itu memerah karena suhu yang rendah.

Sementara orang yang berjalan dengannya, Shintarou Kisaragi, terlihat baik-baik saja walau hanya mengenakan sebuah sweater dan mantel untuk menghangatkan diri. Wajah Shintarou tidak semerah sahabatnya. Lelaki itu menenteng sebuah bungkusan berisi barang-barang yang rencananya akan menjadi hadiah untuk teman-temannya di Natal nanti. Memang Natal masih dua minggu lagi, namun dia ingin membeli hadiah lebih awal. Lagipula dia baru saja mendapatkan uang honor atas lagu-lagu yang ia buat, jadi untuk apa disia-siakan.

Shintarou sengaja mengajak Konoha ikut berbelanja bersamanya, mengingat Konoha sama sekali belum pernah ke tempat-tempat seperti itu. Sejak ia bergabung dengan Mekakushi Dan, tampak jelas kalau Konoha tidak mengetahui banyak hal tentang dunia luar, jadi Shintarou ingin mengajaknya ke berbagai tempat. Lagipula, dia jarang kencan dengan Konoha hanya berdua, biasanya diganggu oleh anggota Mekakushi Dan lainnya.

Ya, setelah insiden Kagerou Daze beberapa waktu lalu, Shintarou mengajak Konoha untuk menjadi kekasihnya. Ia menyadari kalau rasa cinta yang pernah padam karena jatuhnya seorang gadis itu hinggap lagi di hatinya ketika bertemu Konoha. Dan, ya, Konoha tidak terlalu mengerti soal perasaan ini, namun dia juga merasa sangat nyaman dan ingin terus bersama Shintarou, jadi Konoha pun menerimanya.

Shintarou tahu kalau lelaki yang kini menjadi kekasihnya itu dulu adalah kakak kelasnya di SMA, namun Shintarou juga tahu kalau dia orang yang berbeda. Memang, Konoha telah mengingat saat-saat ketika dia masih menjadi Haruka, tapi bukan berarti Konoha bisa kembali menjadi Haruka. Setelah insiden itu, Konoha masih sama dengan Konoha yang pertama dia kenal, polos, berambut putih, bermata merah. Dia bisa saja menjadi Haruka lagi kalau dia mau, namun entah kenapa dia menolak tawaran itu dari medusa yang membuat dunia yang terus terulang tempat para anggota Dan mendapat kekuatan matanya.

Semua anggota Mekakushi Dan masih memiliki kekuatan mata itu, mungkin disebabkan karena mereka gagal mengembalikan orang-orang yang terjebak di sana dan menghancurkan dunia itu. Tapi, kekuatan mata itu semakin bisa mereka kendalikan, dan mereka jarang menggunakannya lagi. Terkecuali Ene, yang kehilangan kekuatan matanya supaya bisa kembali menjadi Takane. Kini Takane tinggal bersama keluarga Kisaragi, bersama Konoha juga, karena nenek Takane ternyata sudah meninggal dan Konoha tidak punya tempat untuk pulang.

Kini, semuanya menjalani kehidupan yang biasa. Marry ikut bersama Kido, Kano, dan Seto untuk tinggal di markas mereka. Hibiya pulang ke kampung halamannya, dan Takane, Konoha, Momo, dan Shintarou tinggal bersama Ibunya di kediaman Kisaragi. Sesekali, mereka semua akan berkumpul lagi di markas, atau yang lainnya yang akan mengunjungi kediaman Kisaragi.

Shintarou menggelengkan kepalanya, berusaha menghapus pikiran-pikiran tentang bagaimana semuanya bisa menjadi seperti sekarang ini. Dua musim telah berlalu sejak pertemuan pertama mereka di Mekakushi Dan, jadi semuanya terasa sangat cepat baginya.

Lelaki bermarga Kisaragi itu melirik kekasihnya. Konoha sedang menggosokkan kedua tangannya, mencari kehangatan. Shintarou mengernyitkan dahi.

"Memangnya sedingin itu?" dia bersuara setelah mereka berjalan tanpa saling bicara selama beberapa saat. Konoha menoleh ke arahnya dengan wajah memerah, dan detak jantung Shintarou berhenti selama beberapa detik. Kok manis ya.

"Euh, iya... ngh..." Konoha menjawab seadanya sebelum kembali menggosokkan tangannya.

Padahal Konoha kan android, kenapa bisa sangat sensitif begitu? Atau memang karena dia androidlah dia jadi sensitif? Saat musim panas lalu juga Konoha pernah pingsan ketika mereka berjalan dari markas ke kediaman Kisaragi. Saat itu panasnya sangat tinggi sehingga bisa menyebabkan beberapa orang mimisan. Shintarou sendiri masih merasa bangga hingga sekarang karena dia masih bertahan dan menggendong (tepatnya menyeret) Konoha pulang hari itu. Padahal dia adalah seorang mantan HikkiNEET.

Shintarou memasukkan sebelah tangannya ke saku mantel yang ia kenakan, dan ia baru menyadari sesuatu.

"Kau tidak memakai sarung tangan, Konoha?"

Sang android tertegun. Ia memandang Shintarou selama beberapa saat seolah Shintarou sudah memberikan ide terbrilian yang pernah ia dengar. Kemudian, dengan polosnya Konoha menggeleng.

"Lah? Pantas saja!" kata Shintarou sambil menepuk dahi.

"Tidak punya... mm... sarung tangan... sshh..."

Konoha mendesis, kelihatannya ia sangat kedinginan hingga sulit bicara. Shintarou memutar otaknya mencari solusi. Sebuah ide akhirnya melintasi kepalanya, namun ide tersebut termasuk agak memalukan.

'Ah, memangnya kenapa? Dia kan kekasihku sekarang. Kalau orang-orang liat ya masa bodoh.' Shintarou meyakinkan dirinya sendiri.

Shintarou berhenti melangkah, membiarkan Konoha yang tak menyadari berjalan duluan. Ia menurunkan kantong belanjaan berisi bermacam hadiah dan melepas sarung tangan sebelah kanannya.

"Sh—hss, Shintarou...?" suara serak Konoha terdengar. Rupanya ia sudah menyadari kalau Shintarou tertinggal beberapa langkah darinya.

"Tuh, pakai."

Pria berambut gelap itu melempar sarung tangan yang baru saja ia lepaskan pada Konoha, yang menangkapnya dengan cekatan. Bingung, Konoha memakainya di tangan kanannya. Ia merasa sedikit hangat.

"Nah. Bagus."

Ia berusaha terlihat cool, namun jantungnya tetap berdegup kencang. Shintarou mengambil kembali belanjaannya, lalu melangkah mendekati Konoha dan menangkap tangan kiri sang android yang telanjang di genggaman tangan kanannya. Konoha mengeluarkan suara pekikan kecil, kaget.

"Eh? Kenapa...?"

"Hangat kan?"

Wajah Konoha memerah lagi, namun Shintarou yakin penyebabnya bukan suhu yang dingin ini.

Perlahan, Konoha mengangguk. Shintarou menyeringai, walau masih merasa salah tingkah. Dia pun memasukkan tangannya yang menggenggam tangan Konoha ke saku mantelnya. Konoha harus mendekati Shintarou karena itu, tapi ia tidak protes.

"Um, keliatan orang-orang..." katanya pelan sambil menunduk, memandang tangannya yang terperangkap di saku mantel Shintarou.

"Tak apa-apa. Biar kelihatan gitu kalau kau kekasihku." Shintarou berkata dengan sok kalemnya, padahal dia merasa grogi tingkat nasional.

"Mm..." Konoha menyunggingkan senyum kecil. "Lagipula rasanya tidak buruk. Hangat."

"Kalau mau lebih hangat nanti di rumah. Ayo pelukan di dekat pemanas."

Kata-kata itu meluncur begitu saja dari mulut Shintarou tanpa bisa dicegah. Sang mantan HikkiNEET merasakan tangan Konoha menegang di genggamannya, namun hanya sesaat. Ketika ia menoleh, wajah Konoha sudah merah padam. Mati-matian Shintarou menahan diri untuk tidak menciumnya di tempat.

"Uh, boleh..." suara Konoha pelan, namun Shintarou bisa mendengarnya. Dia pun menyeringai dan mengeratkan genggaman tangannya pada Konoha.

Terkadang suhu dingin yang ditebarkan benda putih nan lembut itu tidak terlalu buruk juga.

~ Day One, FIN ~

A / N :

Ini apa... /terjunbebas

Kalian tahu kah 30 Days OTP Challenge-nya DA? Nah, saya ingin membuatnya, tapi dalam bentuk fanfic *grin* karena saya kalau menggambar itu harus sesuai mood. Nulis baru bisa dipaksa /ngek

Walaupun temanya memang 30 Days, tapi saya tidak yakin bisa menulis drabble sehari sekali /ming. Jadi kemungkinan seri ini bakal diupdate sesuai mood juga- /ditimpuk.

Oya, saya juga mau berterimakasih untuk yang sudah ngereview fanfic pertama saya, "A Question From Konoha'! Maaf saya gak balas satu-satu karena saya bingung mau balasnya seperti apa /lah. Yang jelas, saya senang sekali bisa membaca review kalian dan gak menyangka fanfic pertama saya itu disambut hangat di sini ;w; Sekali lagi, hontou ni arigatou gozaimashita!

Ada lagi nih, Day 2 saya aplod bersamaan! Jadi kalian bisa membacanya sekarang—kalau mau. Karena kebetulan saya mengerjakan Day 1 kemarin dan Day 2 baru saya bereskan beberapa jam lalu~ Hehe. Jadi bagi yang berminat silahkan baca! ^^