Seandainya saja aku tahu itu adalah saat terakhir aku bisa melihat wajahmu, aku akan berlari ke arahmu dan memeluk tubuhmu. Dan dengan segenap kesungguhan yang aku miliki, aku akan berkata, bahwa aku mencintaimu…

Disclaimer : Naruto © Masashi Kishimoto

Rated : T

Pairing : NaruSaku

Genre : Romance & Friendship

PELANGI SETELAH HUJAN

By Dhaina Kaka-chan

WARNING : AU, OoC, Abal, Gaje, Lebay, Typos

Don't like don't read!

(~^-^)~Happy Reading~(^-^~)

Sebuah prolog dari kisah cinta dan persahabatan ….

Seorang gadis kecil tampak merengut menatap cengiran lebar bocah laki-laki yang ada di hadapannya. Dahinya yang sedikit lebar itu tampak berkedut-kedut, menandakan betapa marahnya ia. Rambut merah jambunya yang terkepang dua, kini kotor dengan lumpur. "Kau menyebalkan!"jeritnya kesal.

Bocah laki-laki berambut blonde itu tak membalas. Hanya memperlebar cengiran khas yang menampakan deretan gigi susunya. Gadis berumur 7 tahun itu pun semakin merengut kesal.

"Hentikan cengiranmu itu Uzumaki Naruto!"suara nyaringnya terdengar lagi.

"He…he…he….itu salahmu juga Sakura. Aku kan sudah memperingatkanmu. Siapa suruh kau tidak menyingkir?"balas bocah yang bernama Naruto itu.

"Kau membual. Kau memang sudah berniat untuk melemparku dengan lumpur. Kau harus menerima balasanku. Rasakan ini!"

Bocah perempuan itu kini bergerak untuk mengambil segenggam lumpur yang ada di bawah kakinya. Dan dengan cepat, tangan mungilnya melempar segenggam lumpur itu tepat ke wajah si bocah laki-laki yang berumur 1 tahun lebih tua darinya. Lumpur itu pun melayang cepat menuju korbannya, dan sukses mendarat di wajah Naruto.

"Ha..ha..ha..kita seri, baka!"ucap Sakura puas.

Naruto mengusap wajahnya yang penuh dengan lumpur. Cengiran lebarnya seketika hilang. Digantikan dengan kerutan-kerutan penuh kemarahan. Bocah itu lalu mengambil lumpur yang ada di wajahnya dan balas melemparnya pada Sakura. Perang lumpur pun tak dapat terelakan lagi.

Bola-bola lumpur kini berterbangan di udara. Dilempar dari satu benteng ke benteng yang lain. Namun bukan caci maki maupun sumpah serapah yang mengiringi perang itu, melainkan tawa riang yang begitu lepas dari dua bocah kecil yang menjadi pelopornya.

Mereka tertawa bahagia. Menampilkan senyum khas dari wajah anak-anak yang tak berdosa. Berlarian ke sana kemari menghindari serangan lumpur dari yang satu ke yang lainnya. Begitu bebas. Tanpa beban dan hambatan. Bagaikan malaikat kecil yang tak tahu apa-apa.

Beberapa menit pun berlalu, dan akhirnya ke dua bocah itu merasa lelah. Sakura dan Naruto merebahkan tubuh mungil mereka di atas tanah taman bermain yang becek karena hujan yang turun beberapa saat yang lalu. Ke dua tangan mereka disilangkan di belakang kepala.

Sambil menatap langit senja yang merah dan sedikit kelabu, ke dua bocah itu tersenyum.

"Kau suka hujan Sakura?"tanya Naruto pada sahabatnya yang berbaring di sampingnya.

"Sedikit,"jawab Sakura.

"Kenapa?"

Sakura menghela napas.

"Kalau hujan, tanah akan becek. Dan kau akan melempariku dengan lumpur lagi. Lihat bajuku, Okaa-san pasti marah sekali,"ujarnya.

Mau tak mau Naruto tertawa juga mendengar tuturan gadis manis itu.

"Hahahaha…aku minta maaf, deh. Kau mau kan memaafkanku?"tanyanya. Ia mengangkat jari kelingkingnya dan menghadapkannya pada Sakura.

Sakura tampak menimbang-nimbang. Namun akhirnya ia tersenyum juga dan menautkan jari kelingkingnya pada jari kelingking Naruto.

"Aku akan selalu menjadikanmu sebagai sahabatku. Sahabat yang paling aku sayangi sampai aku besar nanti. Meskipun kita harus berpisah, aku akan selalu menyayangimu, Sakura. Aku berjanji,"ujar Naruto.

"Aku juga akan selalu menjadikanmu sebagai sahabatku. Aku berjanji,"balas Sakura.

"Sahabat selamanya?"tanya Naruto.

"Sahabat selamanya,"jawab Sakura mantap.

Ke dua sahabat itu pun tertawa bersama.

"Oh iya Naruto, bagaimana denganmu? Apakah kau suka hujan?"tanya Sakura. Naruto melepaskan tautan kelingkingnya dan beralih menatap langit yang semakin memerah.

"Aku tidak terlalu suka pada hujan. Tetapi aku suka pada sesuatu yang terjadi setelah hujan,"tuturnya.

Sakura mengerutkan keningnya heran.

"Hah? Memangnya apa?"

Naruto tak menjawab. Ia tampak mencari-mencari sesuatu pada bentangan merah yang memenuhi cakrawala di atas mereka. Lalu tiba-tiba saja, Naruto menunjuk satu titik yang ada di sudut kanan langit dengan bersemangat.

"Lihat itu Sakura! Itulah yang aku sukai dari hujan!"ucapnya.

Sakura menggerakkan kepalanya menuju satu titik yang ditunjuk tangan mungil Naruto. Disana, gadis kecil itu dapat melihat lengkungan warna-warni yang dilatarbelakangi langit senja. Lengkungan warna merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila, dan ungu yang bersatu padu membentuk satu kesatuan yang begitu indah.

"Pelangi!"jerit Sakura senang.

Naruto mengangguk.

"Kau tahu kisah tentang pelangi Sakura?"tanyanya.

Sakura menggeleng pelan.

"Aku tidak tahu,"ucapnya.

"Yah…kau payah! Baiklah akan aku ceritakan. Pelangi itu sesungguhnya adalah bidadari-bidadari dari Surga yang sedang terjun ke bumi. Mereka itu sebenarrnya bukan hanya merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila, dan ungu saja. Tapi ada satu warna lagi. Yaitu merah muda.

"Benarkah?"

Naruto mengangguk.

"Iya. Dan mereka terjun ke bumi untuk mandi di sungai,"ucapnya.

"Hah…? Mandi di sungai? Kenapa? Apa mereka tidak mempunyai kamar mandi?"

"Mereka punya sih. Tapi sedang rusak. Makanya mereka numpang mandi di sini,"

Sakura ber-ooh ria mendengar penjelasan sahabatnya itu.

"Tapi, pada suatu ketika, saat mereka sedang mandi, tiba-tiba saja si bidadari merah muda sakit perut. Jadi ia pamit pada bidadari-bidadari lainnya untuk buang air dulu,"

Sakura sontak menutup hidungnya.

"Iiuuuhhh…bidadari merah muda jorok,"ujarnya.

"Kau bisa diam tidak sih?"omel Naruto jengkel membuat Sakura merengut.

"Iya…iya,"balasnya.

Naruto menarik napas dalam-dalam dan melanjutkan kembali ceritanya.

"Tapi, karena kelamaan buang air, bidadari-bidadari yang lainnya lupa padanya, sehingga meninggalkannya sendiri di bumi. Bidadari merah muda tidak bisa pulang ke Surga tanpa bidadari-bidadari yang lain. Akhirnya, ia terperangkap di bumi selamanya. Makanya, pelangi kini hanya ada tujuh warna. Dan saat pelangi muncul, itu tandanya bidadari-bidadari itu sedang mencari bidadari merah muda yang hilang,"ucap Naruto mengakhiri ceritanya.

"Mereka tidak menumpang mandi lagi ya?"tanya Sakura.

"Tidak. Soalnya kamar mandi Surga sudah diperbaiki,"balas Naruto asal.

Sakura ber-ooh ria lagi.

"Terus bagaimana dengan bidadari merah muda?"

"Dia berhasil ditemukan saat bermain-main dengan teman barunya. Tetapi saat bidadari lain mengajaknya pulang, dia tidak mau. Soalnya dia sudah terlanjur sayang sih sama teman barunya. Makanya bidadari-bidadari suka bolak-balik dari Surga ke bumi untuk membujuk bidadari merah muda agar mau pulang ke Surga, makanya pelangi itu ada,"jawab Naruto.

"Kau membuatku bingung Naruto. Tadi kau bilang kalau pelangi itu ada karena bidadari turun ke bumi untuk mencari bidadari merah muda, tetapi kenapa kau bilang kalau mereka bolak-balik ke bumi untuk membujuk bidadari merah muda? Jadi yang benar yang mana?"

" Ke dua-duanya benar tau! Itu karena sebelumnya mereka tidak menemukan bidadari merah muda. Setelah menemukannya dan ternyata bidadari merah muda menolak ajakan mereka, bidadari-bidadari itu akhirnya bolak-balik deh! Kau itu bodoh sekali sih? Begitu saja tidak mengerti!"omel Naruto.

"Kau yang bodoh! Tidak bisa bercerita tetapi asal bercerita! Eh, jangan-jangan ceritamu itu bohongan ya? Ayo ngaku!"hardik Sakura.

Naruto tampak gelagapan.

"Ti-tidak. Aku tidak bohong. Aku jujur!"

"Kau bohong!"

"Tidak. Aku tidak berbohong!"

"Iya! Kau berbohong!"

'Tidak!"

"Iya!"

"Tidak-tidak-tidak!"

"Iya-iya-iya!"

"Dasar dahi lebar!"

"Apa kau bilang? Dasar rambut kuning jelek!"

"Bandar udara!"

"Durian busuk!"

Ke dua bocah itu bangkit dari posisi berbaring mereka. Mata mereka saling mentap tajam satu sama lain. Tangan terkepal erat di ke dua sisi tubuh mereka.

"Kau hanya pembual payah Naruto!"jerit Sakura.

"Lagi sekali kau berkata seperti itu, kau tak kan kuberitahu sebuah rahasia!"balas Naruto.

Mendadak Sakura menjadi ciut. Gadis pintar itu paling tidak suka rahasia.

"Ra-rahasia apa?"tanyanya ragu.

Namun Naruto menggeleng tegas. Ke dua tangannya ia lipat di depan dada.

"Tidak akan ku beritahu!"ujarnya.

Sakura cemberut. Ia berkacak pinggang.

"Dasar pelit!"jeritnya.

"Biarin! Weeekkkk!"balas Naruto sambil menjulurkan lidah.

Sakura semakin cemberut. Namun akhirnya ia luluh juga. Wajahnya yang tadinya tampak sangar, kini ia lembutkan. Senyum manis pun ia sunggingkan di bibrnya yang mungil.

"Naruto…beritahu aku dong!"pintanya manja.

Namun Naruto masih menampakkan ketidak kepeduliannya.

"Tidak akan!"ujarnya.

Sakura kini menghampiri Naruto dan menarik-narik lengan baju laki-laki itu. Puppy eyes yang menjadi senjata andalannya, ia tampakkan sejelas mungkin

"Naruto…ku mohon,"pintanya.

Tetapi Naruto sudah kebal dengan semua itu. Bocah laki-laki itu malah menyingkirkan tangan Sakura dari lengan bajunya, dan menepuk-nepuknya seolah-olah menghilangkannya dari debu. Sakura merengut kesal. Tapi dia tidak menyerah begitu saja. Ia melancarkan aksi ber-puppy eyesnya sekuat tenaga.

"Naruto…pleaseeee…..,"ucapnya memelas.

Pertahanan Naruto akhirnya runtuh juga. Ia menghela napas berat.

"Oke. Baiklah. Berhubung kau adalah sahabatku, maka akan kuberitahu,"ucapnya.

Sakura bersorak senang. Ia menepuk-nepuk tangannya dengan riang. Tak lupa ia mendaratkan cubitan yang menyakitkan di kedua pipi Naruto. Membuat mulut bocah itu meluber seperti permen karet.

"Terima kasih Naruto!"ucapnya gembira.

"Eya-eya…! Tape piepieku jengen de cubettt!"gumam Naruto.

Dengan malu-malu, Sakura melepas cubitannya.

"Maaf-maaf. Ya sudah! Cepat beritahu aku apa rahasianya,"

Naruto mengelus-elus pipinya yang memerah.

"Huh! Sudah asal main cubit, asal main perintah lagi! Dasar!"bocah itu ngedumel.

"Iya-iya. Aku kan sudah minta maaf. Cepat beritahu aku Naruto!"balas Sakura.

"Oke. Rahasia itu adalah…,"

"Adalah apa…?"

Naruto semakin memelankan volumenya.

"Adalah….,"

"Apa…?"

"Adalah aku pernah melihat bidadari merah muda itu,"ucap Naruto pelan sekali.

"APA?"jerit Sakura keras. Membuat Naruto membekap mulutnya dengan cepat.

"Hush! Kau ini, pelan-pelan. Nanti banyak orang yang tahu,"

Sakura mengangguk dengan tangan Naruto yang masih membekap mulutnya. Bocah laki-laki itu lalu melepas bekapannya dari mulut Sakura.

"Bagaimana wajahnya?"bisik Sakura.

"Bidadari itu sangggaaaaatttt ccccaaaannnntttttiiiiikkkkk. Benar-benar perempuan yang paling cantik yang pernah aku lihat. Rambutnya merah muda, kulitnya putih, pokoknya cantik deh,"balas Naruto sambil berbisik juga.

"Benarkah? Kau tidak berbohong?"

Naruto mengancungkan jari telunjuk dan jari tengahnya di udara.

"Aku tidak berbohong,"ucapnya.

"Sudah berapa kali kau melihatnya?"tanya Sakura lagi.

Naruto tampak berhitung dengan jari-jari kecilnya.

"Aku rasa sudah ratusan kali,"jawabnya kemudian.

Sakura menatap sahabatnya itu kagum.

"Wow…bisakah kau mengajakku untuk melihatnya?"tanyanya.

Naruto mengangguk dengan besemangat.

"Tentu saja! Untuk bertemu dengannya itu sangat mudah. Kau hanya perlu….,"

Belum sempat Naruto selesai berkata, ucapannya sudah harus terpotong dengan teriakan ibu Sakura dari kejauhan.

"Sakura-chan! Ayo pulang! Sudah malam!"teriak ibu Sakura.

"Iya okaa-san!"balas Sakura.

Gadis itu menatap sahabatnya dengan wajah meminta maaf.

"Maaf ya Naruto. Aku sudah harus pulang. Kita lanjutkan saja besok,"ucapnya lalu berlari menuju rumahnya yang terletak tak jauh dari taman bermain itu.

"Sakura, tapi aku…,"

"Jaa Naruto!"ucap Sakura sambil melambaikan tangannya pada sahabatnya.

Naruto tak membalas. Ia masih terpaku menatap sosok sahabatnya yang menjauh itu. Air mata tiba-tiba saja mengalir dari ke dua matanya. Bibirnya bergetar. Tak mampu berkata-kata, bocah itupun berlari menuju rumahnya yang hampir kosong.

Keesokan harinya, ketika fajar telah menyingsing, gadis kecil berambut merah muda itu berjalan dengan riangnya menuju rumah sahabatnya. Senyum kecil menghiasi bibirnya. Betapa tak sabarnya ia untuk menagih janji yang telah diutarakan sahabatnya itu. Bertemu dengan Bidadari Merah Muda, pasti akan menyenangkan sekali.

Namun harapan itu harus pupus seketika, saat Sakura mendapati rumah Naruto tidak penuh lagi seperti dulu. Rumah itu kosong melompong. Tak ada apa-apa lagi di sana. Tak ada lagi mobil-mobil mewah yang terparkir di garasinya. Tirai-tirai yang menutupi jendela besarnyapun sudah tak terlihat lagi. Hanya ada pohon-pohon besar yang bergoyang-goyang dengan daun-daunnya yang bergugugran. Berjatuhan mengotori setiap sudut halamannya . Kaki Sakura mendadak lemas. Air matanya membucah.

"Naruto!"teriak gadis itu sambil berlari menuju daun pintu yang tertutup. Menuju daun pintu yang dulu sering ia lewati. Menuju daun pintu yang kini takkan pernah terbuka lagi.

Sakura menggenggam gagang pintu itu seerat mungkin. Mengguncang-guncangnya dengan harapan bisa membukanya. Namun pintu itu sama sekali tak bergerak.

Gadis itu kini menggunakan kakinya untuk mendendang-nendang pintu tersebut. Tetapi pintu itu tetap bergeming. Seolah tak peduli pada perlakuan gadis itu.

Merasa lelah, Sakura akhirnya merosot dan jatuh terduduk di lantai. Tubuh mungilnya berguncang hebat. Dan air matanya mengalir semakin deras.

"Naruto! Kenapa kamu pergi? Mana janjimu?" teriaknya pilu.

Sakura lalu membenamkan wajahnya diantara ke dua lututnya. Menumpahkan segala kegalauannya diantaranya. Kenapa Naruto pergi tanpa bilang-bilang? Apa salahnya sampai-sampai Naruto meninggalkannya?

Langit kini mulai tampak menghitam. Bersiap-siap memuntahkan air yang sudah tak kuat lagi ditampung awan-awan. Guntur pun mulai menggelegarkan suaranya. Mengawali pagi dengan kilatan-kilatan petirnya.

Dengan perlahan, Sakura mengangkat kepalanya. Matanya bengkak dan memerah. Dan saat itulah, gadis itu melihat sepucuk surat yang terselip dibawah daun pintu.

Tangannya bergetar saat membuka surat itu. Dan air matanya semakin deras keluar, saat matanya mulai menulusuri kata demi kata yang tertulis di dalam surat itu. Tulisan cakar ayam yang hanya dimiliki sahabatnya. Tulisan cakar ayam yang ditujukkan hanya untuk dirinya….

Untuk Sahabatku tercinta,

Sakura Haruno

Sakura…

Saat kau menemukan surat ini, aku pasti sudah pergi jauh…

Aku minta maaf karena harus pergi tanpa pamit dulu padamu…

Sungguh, ini bukanlah kemauanku...

Aku melakukan ini karena terpaksa...

Oto-san dan Okaa-san mendadak mendapat proyek baru di Amerika…

Jadi aku harus ikut mereka…

Sakura….

Sebenarnya kemarin aku ingin mengatakan hal ini padamu…

Tapi aku tak sanggup…

Aku tak sanggup melihatmu menangis saat aku pergi…

Aku tak sanggup, Sakura…

Aku lebih baik mati daripada menyaksikan setetes air mata mengalir dari wajahmu…

Sakura…

Apa yang telah kita alami selama ini, adalah hal terbahagia dalam hidupku…

Aku tak akan pernah melupakan semua itu…

Kau akan selalu ada di hatiku Sakura…

Selalu…

Kau adalah anugerah terindah yang Kami-sama berikan padaku…

Sakura…

Aku takkan pernah melupakan janjiku padamu untuk mempertemukanmu dengan Bidadari Merah Muda…

Suatu saat nanti, aku pasti akan mempertemukanmu dengannya…

Ingatlah janjiku ini…

Sakura…

Okaa-san sering berpesan padaku…

Dan aku juga akan memberikan pesan ini padamu :

Sederas apapun hujan yang terjatuh dari langit…

Kau harus bisa menerjangnya dengan segenap kekuatanmu…

Dan percayalah…

Bahwa akan selalu ada pelangi…

Yang menghiasi langit setelah hujan….

Salam Cinta,

Uzumaki Naruto

Sakura menangis sejadi-jadinya. Dengan perlahan, ia merebahkan dirinya di lantai beranda rumah Naruto. Surat itu ia peluk erat-erat di dalam dekapannya. Dan dengan diiringi tetesan air hujan, air matanya mengalir satu demi satu…

PELANGI SETELAH HUJAN

By Dhaina Kaka-chan

To Be Continued…

A/N:

Salam penuh cinta dariku untuk Sang Hyang Widhi Wasa atas imajinasi yang tak pernah terputus. Salam manis untuk tumpukan novel-novel yang menjadi sumber inspirasiku. Serta salam penuh kasih untuk pembaca yang dengan setia mengikuti cerita ini sampai mengklik link review. Tak cukup 1000 ucapan terima kasih aku persembahkan untuk membalas semua jasa-jasa kalian. Aku berharap Tuhan akan memberikan kebahagiaan untuk membalas semuanya. :)

Add me on my facebook : Indri Yagaryu McGallaghan