Fifty Shades Darker "Hunhan Version"
By : E.L James

Genre : Yaoi

Chap 1

Luhan berhasil bertahan selama 3 hari setelah berpisah dari Sehun , dan sekarang hari ini , hari pertama luhan bekerja . Waktu bergerak cepat tak jelas oleh banyaknya wajah baru, pekerjaan yang harus dikerjakan, dan Mr. Wu Yi Fan dia tersenyum Luhan , mata birunya berbinar, saat dia membungkuk di meja Luhan

"Kerja yang sangat bagus, Luhan . Kupikir kita akan menjadi tim yang hebat."

Entah bagaimana, Luhan berhasil melengkungkan bibirnya ke atas, menyerupai senyuman.

"Aku akan pulang jika anda tidak keberatan," bisik Luhan.

"Tentu saja, ini sudah jam 5.30. Sampai bertemu besok."

"Selamat malam, Yifan."

"Selamat malam, Luhan."

Luhan mengambil tas, memakai jaket dan menuju pintu. Di luar Luhan menghirup dalam-dalam udara sore kota Seoul . Luhan menghirup napas panjang, tak langsung mengisi kekosongan dalam diri luhan, kekosongan yang sudah ada sejak sabtu pagi, rasa hampa ini sangat menyakitkan, mengingatkan rasa kehilangan Luhan. Luhan berjalan menuju halte bus dengan menunduk, menatap kaki dan merenungkan Wanda tercinta, Beetle lama atau Audi.

Luhan segera menutup pikiran itu. Tidak. Jangan berpikir tentang Sehun. Tentu saja, Luhan bisa membeli mobil, mobil baru yang bagus. Luhan curiga dia terlalu dermawan dengan pembayarannya, dan pikiran itu meninggalkan rasa pahit di mulutnya, tapi Luhan menolaknya dan mencoba untuk menjaga pikirannya yang mati rasa dan mungkin juga kosong. Luhan tidak boleh memikirkan Sehun. Luhan tak ingin menangis lagi, apalagi di jalan.

Apartemen kosong. Luhan merindukan Baekhyun, dan Luhan membayangkan dia berbaring di pantai Jeju sambil minum koktail dingin. Luhan menyalakan televisi layar datar, jadi ada suara untuk mengisi keheningan dan memberikan suasana bahwa Luhan ditemani, tapi Luhan tidak mendengar atau menontonnya. Luhan duduk dan menatap kosong pada dinding. Luhan mati rasa. Luhan tidak merasakan apa-apa selain rasa sakit. Berapa lama aku harus menahan rasa ini? "Seru Luhan

Bel pintu mengejutkan Luhan dari kesedihan, dan jantungnya berdebar-debar. Siapa itu? Luhan menekan interkom.

"Pengiriman untuk Mr. Xi." Sebuah suara seperti bosan menjawab, dan rasa kecewa langsung pecah dalam diri Luhan . Dengan lesu Luhan menuruni tangga dan menemukan seorang pemuda mengunyah permen karetnya dengan berisik, membawa kotak karton yang besar, dan bersandar di pintu depan. Luhan menandatangani paketnya dan membawa ke atas. Kotaknya sangat besar yang membuatku heran. Di dalamnya terdapat dua lusin mawar putih dan sebuah kartu.

- Selamat atas hari pertamamu di tempat kerja.
Aku harap berjalan dengan lancar.
Dan terima kasih untuk glidernya. Itu sangat bijaksana.
Dengan bangga aku meletakkan di atas mejaku.
Oh Sehun -

Luhan terpaku menatap kartu yang diketik, lubang di dadanya semakin membesar. Tak diragukan lagi, asistennya yang mengirim ini. Mungkin sedikit sekali campur tangan Sehun dengan urusan ini. Terlalu menyakitkan untuk dipikirkan. Luhan melihat mawar itu-mereka sangat indah, dan Luhan tak sampai hati membuang ke tempat sampah. Dengan patuh, Luhan berjalan ke dapur untuk mencari sebuah vas.

Dan terbentuklah sebuah pola: bangun, kerja, menangis, tidur. Yah, berusaha untuk tidur. Luhan bahkan tak bisa melarikan diri dari mimpinya. Mata abu-abunya yang membakar, rasa kehilangannya, rambutnya yang mengkilap dan terang, semua menghantui Luhan.

begitu banyak musik . Luhan tak tahan untuk mendengar suara musik. Luhan berhati-hati untuk menghindari semua jenis musik. Bahkan jingle iklan membuat Luhan bergidik.

Luhan tidak bericara dengan siapapun, bahkan ibunya atau Ray. luhan tidak punya kemampuan untuk mengobrol sekarang. Tidak, Luhan tidak ingin satupun. Luhan merasa jadi negara kepulauan sendiri. Sebuah daratan yang rusak akibat dilanda perang di mana tak ada tumbuhan dan cakrawalanya suram. Ya, itulah Luhan. Luhan hanya bisa berinteraksi secara profesional di tempat kerja, tapi itu saja. Jika Luhan bicara dengan Ibunya, Luhan tahu, Luhan akan hancur lebih jauh lagi - dan Luhan tak punya apapun yang tersisa untuk dihancurkan.

Luhan merasa kesulitan untuk makan. Saat makan siang hari Rabu, Luhan bisa minum secangkir yoghurt, dan itulah pertama kali yang Luhan makan sejak Jumat kemarin. Luhan bertahan dengan toleransi yang baru ditemukan untuk minum kopi latte dan Diet Coke. Ini merupakan kafein yang bisa mengisi perutnya, tapi itu membuat Luhan gelisah.

Dengan sengaja Yifan mulai mendekati Luhan , mengganggu, menanyakan hal-hal pribadi. Apa yang dia inginkan? Luhan berusaha bersikap sopan, tapi Luhan harus tetap menjaga jarak.

Luhan duduk dan mulai memilah tumpukan surat yang ditujukan padanya, dan Luhan senang bisa mengalihkan perhatian dengan pekerjaan sepele ini. E-mailnya berbunyi, dan Luhan cepat-cepat memeriksa untuk melihat itu dari siapa.

Ya ampun. Sebuah e-mail dari Oh Sehun. Oh jangan, jangan di sini... jangan di tempat kerja.

Dari: Oh Sehun
Perihal: Besok
Tanggal: 8 Juni 2011 14:05
Untuk: Xi Luhan

Dear Xi Luhan
Maaf mengganggu di tempat kerjamu. Aku berharap tidak apa-apa. Apa kau sudah menerima bunga dariku?
Aku ingat bahwa besok pembukaan galeri temanmu, dan aku yakin kau belum sempat membeli mobil, dan itu adalah perjalanan yang jauh. Aku merasa sangat senang untuk bisa mengantarmu - jika kau mau.
Kabari aku.

Oh Sehun
CEO, Grey Enterprises Holdings Inc.

Air mata berlinang di matanya. Buru-buru Luhan meninggalkan mejanya dan segera ke toilet untuk melarikan diri ke salah satu kamar kecilnya. Pamerannya Xiumin. Ya ampun. Aku sudah lupa semua tentang itu, dan aku berjanji padanya aku akan datang. Sial, Sehun benar, Naik apa aku ke sana?

Luhan memegang erat dahinya. Mengapa Xiumin tidak menelepon? Coba memikirkan itu - mengapa tak ada seorangpun yang menelepon? Luhan begitu pelupa, Luhan tidak menyadari bahwa ponselnya tidak berbunyi.

Sial! Aku seperti orang idiot! Nomorku masih ada di Blackberry. Sialan. Sehun pasti sudah menerima panggilan teleponku kecuali dia sudah membuang Blackberry-ku. Bagaimana dia tahu alamat email-ku?

Dia tahu ukuran sepatuku, alamat e-mail ini pasti tidak banyak masalah untuknya.

Bisakah Luhan bertemu dengannya lagi? Bisakah Luhan menanggung ini? Apa Luhan ingin melihatnya? Luhan memejamkan mata dan memiringkan kepalanya kembali karena kesedihan dan kerinduan yang menusuknya. Tentu saja Luhanmasih menginginkannya.

Mungkin, mungkin Luhan bisa mengatakan pada Sehun bahwa Luhan sudah berubah pikiran... Tidak, tidak, tidak. Luhan tidak bisa bersama seseorang yang memperoleh kesenangan dengan menyakitinya, seseorang yang tidak bisa mencintainya.

Kenangan menyiksa tiba-tiba masuk pikiran Luhan , gliding, pegangan tangan, ciuman, di bak mandi, kelembutannya, humornya, dan kegelapannya, geramannya, tatapan seksinya. Luhan merindukannya. Sudah lima hari, lima hari penuh penderitaan terasa seperti sangat lama.

TBC

hai :) Aku balik lagi :) Makasih reviewnya , seneng banget aku ada yang nge review kirain bakal nggk ada yg review . Maaf banget baru bisa lanjut lagi , kalian taulah gimana mahasiswi dengan tumpukan tugas dari dosen Kkkkk , eh malah curhat gini :v Di usahain bakal lanjut kalau lagi nggk kena penyakit males :v See you