Konnichiwa, minna ^0^
author adalah newbi di sini. gomen nee... baru pertama datang sudah membawa fic rated M. ._. *dijitak

ya, tapi author berusaha untuk mempublish fic yang layak untuk dibaca kok ^0^


Never Changed by Time

Desclaimer Tite Kubo

Pair: IchiRuki

Rate: M (for saveral chapters)

Genre(s): hurt, romance, friendship, drama (?) (semua genre diborong deh =.=)

baca warning sebelum membaca fic ini, flame yang diterima tak akan ditanggapi jika anda memprotes fic ini atas hal yang tercantum dalam bab warning, but welcome for critics.. (kau pikir ini supermarket, hah? ==")

WARNING: gaje, OOC, pairing Ichiruki, no sense(?), typos(pastinya)

not for underage!

Don't like, please click BACK!

.

.

.

You read, you like

Thank you ^^

.

.

.

Enjoy minna (_ _)

Chapter 1: Pertemuan

Suasana di jalan tampak tak berbeda. Masih biasa. Banyak orang berlalu-lalang di tepi jalan, dan mobil-mobil menghiasi jalan. Beberapa orang tampak tergesa-gesa, mungkin karena ia hampir kehabisan waktu untuk kegiatannya. Di sudut lain, di sebuah café, beberapa remaja tengah asyik mengobrol dengan teman-teman sebayanya. Di seberang café, terdapat taman bermain yang tampak ceria karena adanya beberapa anak yang bermain bersama teman-temannya dengan diawasi oleh orangtua mereka.

Di tepi jalan, di bawah pohon tampak seorang pemuda berseragam SMA yang sedang berdiri tampaknya menarik perhatian para wanita dan gadis yang lewat. Selain karena rambutnya yang mencolok berwarna oranye, mereka memperhatikannya karena penampilannya yang lebih dari cukup untuk digolongkan sebagai sosok yang keren, dan wajahnya yang terbilang tampan. Wajahnya tampak tersenyum, atau tepatnya menyeringai, entah karena apa. Orang-orang yang melihatnya menganggap itu adalah seyum yang cool. Hanya karena itu, tak sedikit dari mereka yang tersenyum teripu setelah melihatnya. Di luar semua yang mereka tahu, pemuda itu justru tengah menanti bahaya yang sudah ia sadari. Ia terus memperhatikan sebuah mobil yang melaju ke arahnya. Ia tahu itu, namun ia mengalihkan pandangan. Pengendara itu tengah bersiap untuk menabrak dirinya, namun ia merasa aman karena di seberang sana ada dua orang yang selalu menjaganya. Ketika mobil itu sudah dekat dengannya, tanpa ia duga ia di dorong oleh seorang gadis yang mengira bahwa ia tak tahu tengah dalam bahaya.

"Awaas!" Teriak seorang gadis. Pemuda itu terkejut melihat gadis berkacamata yang merupakan anak SMA juga, ia lihat dari seragam yang ia kenakan, mendorongnya. Mereka berdua tersungkur ke tepi jalanan, dan mobil yang tadi sudah pergi. Ia masih terkejut dan melihat gadis itu sampai ia ditegur oleh orang yang baru saja menyelamatkannya.

"Ano, apa kau tak apa-apa?" Tanya gadis itu dan mengulurkan tangan untuk membantu pemuda itu beranjak dari posisinya.

"Ya, aku tak apa-apa." Jawabnya.

"Ah, gawat! Aku sudah hampir terlambat ke tempat kerja." Serunya setelah melihat jam yang melingkar di tangannya, "Baiklah kalau begitu, aku permisi dulu. Lain kali berhati-hatilah." Pesan Si gadis yang langsung berlalu pergi. Ichigo baru tersadar dari rasa terkejutnya setelah ia tak lagi melihat pemilik kristal violet di kedua bola matanya itu karena berbelok di sebuah tikungan.

"Ichigo-sama, kau tak apa-apa?" Tanya seorang pemuda bersurai perak.

"Aku tak apa-apa, Shiro. "

"Siapa gadis itu? Kenapa dia tadi menyelamatkanmu?"

"Aku juga tak tahu. Dia mengira aku tak tahu kalau aku akan ditabrak oleh mobil itu. Ngomong-ngomong, di mana mobil itu?"

"Ia sudah kabur. Sepertinya dia lagi pelakunya."

"Ya, aku juga berpikir sama denganmu. Aku yakin bahwa orang tadi adalan suruhannya. Rupanya dia masih ingin membunuhku."

"Kami selalu bersedia menjaga Ichigo-sama."

"Terimakasih, Shiro. Lalu di mana temanmu yang satunya itu?"

"Dia pergi karena ada urusan di kota sebelah. "

"Kalau begitu, ayo kita pulang."

Mereka, di balik penampilan yang tampak seperti anak SMA biasa, sebenarnya mereka adalah anggota mafia terkuat di Jepang. Pemuda berambut perak itu adalah anggota The Guardian, Toushiro Hitsugaya. The Guardian terdiri dari lima orang. Mereka adalah pengawal setia pimpinan muda organisasi mafia mereka. Tugas mereka adalah melindungi Ichigo, meskipun sebenarnya pemuda itu cukup kuat untuk menghabisi satu gerombolan mafia. The Guardian hanyalah anak-anak remaja yang berusia delapan belas dan sembilan belas tahun. Hanya satu orang yang sudah berkepala dua. Masing-masing dari mereka memiliki kemampuan yang tak dapat diremehkan. Mulai dari Ishida Uryuu yang tak pernah gagal melacak lokasi yang dia inginkan. Renji Abarai, ia adalah sahabat Ichigo sekaligus kaki tangan Ichigo yang paling dipercayainya. Ia selalu dapat menembus data yang ingin dia ambil. Ggio Vega, tak pernah ada sasaran yang meleset darinya. Dia pandai memegang busur dan pistol. Tempakannya selalu tepat sasaran. Yang terakhir adalah Toushiro Hitsugaya yang lincah memainkan samurai. Anggota yang terakhir adalah yang paling tua di antara mereka, Ichimaru Gin yang pandai merancang senjata. Sedangkan pemuda yang kini berjalan di sebelah pemuda bernama Toushiro itu adalah pimpinan mafia terkuat di Jepang yang selalu menjadi incaran mafia lain untuk dibunuh. Dia adalah Ichigo Kurosaki. Pewaris tahta kelompok mafia yang paling dicari untuk dimusnahkan, namun juga paling ditakuti. Mobil yang tadi dilihat oleh Ichigo, adalah salah mobil yang ia yakini merupakan suruhan salah satu kelompok mafia lain. Bagi musuhnya, membunuh Ichigo adalah jalan tercepat unutk menjadi mafia yang paling ditakuti. Dengan menunmbangkan organisasi mafia yang paling ditakuti, mereka otomatis akan mendapatkan kekuasaan dan menjadi mafia yang paling ditakuti. Namun sejauh ini, tak ada seorangpun dari mereka yang berhasil mengambil nyawa Ichigo, atau hanya sekadar menggores tubuhnya. Dapat dikatakan, ia terlalu kuat untuk mereka, ditambah dengan anggota The Guardian yang tak pernah pergi jauh darinya.

Tadi Ichigo sudah menyadari bahwa ia sedang diincar. Ia merasa tenang karena sebenarnya di seberang sana, sudah ada Hitsugaya dan Ggio yang menjaganya dan bersiap dengan senjata masing-masing. Hanya saja Ichigo tak menduga ada gadis yang mendorongnya. Gadis bermata violet, yang tampak lain dari gadis-gadis yang pernah ia temui. Awalnya ia kira hanyalah gadis biasa yang ingin menarik perhatiannya. Namun ia salah ketika gadis itu samasekali tak tersipu melihatnya dan tampak benar-benar seperti melihat orang yang hampir ditabrak.

~0~

Kling!

Lonceng kecil yang terpasang di pintu masuk sebuah café itu berbunyi ketika seorang gadis memasuki café dengan tergesa-gesa. Napasnya tampak memburu karena memang tadi ia berlari mengejar waktu. Untungnya ia datang tepat waktu dan segera berlari ke runga ganti untuk memulai pekerjaannya. Gadis itu adalah Rukia Kuchiki. Seorang gadis SMA yang hidup sendiri tanpa siapa-siapa. Kakak perempuan satu-satunya yang ia miliki sudah meninggal karena penyakit yang dideritanya. Ia mencukupi kebutuhannya dengan bekerja paruh waktu. Hasilnya lumayan untuk membayar sewa mansion sederhana yang ia tempati, dan untuk makan sehari-hari. Sedangkan un tuk biaya sekolahnya, ia mendapat bantuan dari sekolah karena prstasinya. Rukia Kuchiki adalah siswa kelas 3 di Karakura High School yang selalu masuk tiga besar, dan hampir tidak pernah tidak mendapatkan peringkat satu. Di sekolahnya ia terkenal pediam, dan lebih sering bersama teman sejatinya, buku. Kemanapun ia pergi, selalu ada buku menghiasi tangan mungilnya. Karena tak puny cukup uang untuk membeli buku baru, ia memilih buku bekas yang masih layak pakai. Selain buku-buku pelajaran, kamarnya juga dihiasi novel-novel yang pastinya sudah selesai ia baca. Target Rukia adalah mendapatkan beasiswa dan melanjutkan kuliah di universitas Tokyo. Sebuah universitas terkenal di Tokyo yang dipenuhi dengan mahasiswa berprestasi. Ia ingin mempelajari bidang arsitektur, cita-cita yang pernah ia utarakan pada kakaknya dulu. Dulu ia berharap dapat mambanggakan hal itu di depan kakaknya secara langsung, tidak seperti sekarang yang hanya bisa ia tunjukkan di depan nisan kakaknya. Meskipun begitu, semangat Rukia tak pernah surut, karena ia percaya bahwa kakaknya masih memperhatikannya.

"Hai, Rukia-chan. Sepertinya setiap hari kau selalu datang tepat waktu." Sapa seorang gadis berpakaian maid yang baru saja masuk ke ruang ganti. Ia berjalan kea rah loker yang berada tepat di samping gadis itu.

"Nanao-san… ya tentu saja karena aku tak ingin kehilangan pekerjaan ini." Jawabnya dengan nada halus.

"Kau heat sekali, Rukia. sanggup hidup sendirian, bekerja, dan sekolahmu tetap bagus. Apa kau akan melanjutkan sekolahmu nantinya?"

"Ku harap iya. Aku ingin sekali kuliah di Universitas Tokyo. Itu impianku sejak dulu."

"Ku dengar itu adalah universitas yang sangat ketat penyaringannya." Sambungnya sembai mengambil sepatu maid yang ada di dalam lokernya.

"Benar sekali. Tapi aku semakin tertantang karena itu." Ujar Rukia diiringi dengan sebuah senyuman.

"Aku harap kau mendapatkan hal yang kau inginkan, Rukia."

"Terimakasih!" Ucap Rukia dan segera pergi ke luar untuk memulai pekerjaannya.

~0~

Seorang pemuda berambut oranye tengah lekat memperhatikan layar computer yang ada di hadapannya. Meskipun tampak serius menghadap layar itu, sebenarnya di dalam pikirannya penuh rasa penasaran yang menyelamatkannya tiga hari yang lalu. Entah krena apa, ia merasa pernah bertemu. Sejak hari itu, benaknya sering dibayangi oleh sosok gadis mungil yang memiliki mata keunguan. Ia lalu berhenti dan mematikan layar penuh warna itu. Pemuda berambut oranye itu lalu mengambil handphone-nya dan menghubungi seseorang.

"Renji, apa kau bisa menolongku?"

"Ada apa Ichigo?"

"Aku ingin kau mencari tahu tentang gadis yang menyelamatkanku tempo hari. "

"Baiklah, Ichigo. Tapi, seperti apa gadis itu?"

"Kau cari saja gadis SMA yang pendek bermata violet dengan rambut sebahu. Kau pasti bisa menemukannya di depan café Azure. Aku pikir tempatnya bekerja sambilan tak jauh dari sana."

Dengan segera Renji melakukan tugasnya. Ia menunggu gadis yang dimaksud Ichigo di depan café Azure, sebuah cake café. Benar kata Ichigo. Ia menjumpai gadis pendek bermata violet dan rambut sebahu. Begitu mengetahui orangnya, Renji segera mencari data tentang gadis yang dimaksud Ichigo. Dalam waktu dua jam, dia sudah mendapatkan semua informasi milik Rukia. begitu selesai, ia segera menemui Ichigo yang menunggunya di apartemen milikknya. Saat ia datang, Ichigo tengan duduk berkutat dengan laptopnya.

"Ichigo, aku sudah menemukannya."

"Kau hebat seperti biasanya, Renji. Jadi?"

"Gadis itu bernama Rukia Kuchiki. Orangtuanya sudah meninggal saat ia masih kecil, dan kakaknya Hisana Kuchiki meninggal karena sakit dua tahun lalu. Dia mendapatkan nama Kuchiki dari suami kakaknya yang dipaksa oleh keluarganya untuk menikah lagi setelah Hisana meninggal. Pernikahannya dengan HIsana sama sekali tak mendapat restu dari orangtua Byakuya. Sejak saat itu, Rukia hidup sendiri. Ia tinggal di sebuah mansion sederhana, atau dapat dikatakan tua. Dia bekerja di sebuah café untuk mencukupi kebutuhan sehari-harinya. Lalu, di sekolah dia dikenal pendiam, dan jarang berkumpul bersama teman sebayanya, atau bermain ke luar untuk sekadar jalan-jalan. Untuk prestasi, dia hanya sekali tergeser ke peringkat dua. Selain itu, ia selalu menjadi juara. Karena prestasinya itu, ia mendapatkan dana bantuan dari sekolah. Ia aktif dalam OSIS dan klub renang. "

"Rupanya dia gadis yang menarik juga. Renji, aku akan pindah ke tempat ia sekolah. Aku hanya ingin mengucapkan terima kasih padanya."

"Baiklah, akan aku urus semuanya, Ichigo."

Setelah itu Renji pergi dan menyelasaikan tugas dia selanjutnya. Ichigo sangat puas mendapatkan hal yang dia inginkan. Ia memandangi kertas yang berisi data tentang Rukia itu. Ia begitu ingin mengenal gadis yang menurutnya lain dari gadis yang lainnya. Ada sesuatu dalam diri gadis itu yang tak dimiliki oleh sembarang gadis. Detik kemudian ia tersenyum penuh arti.

"Rukia Kuchiki. Nice to meet you." Gumam Ichigo.

~0~

Thanks for read ^0^

apakah kalian suka? lanjut atau tidak? ini masih intro, jadi jangan berharap lemon. khukhukhu *smirk

dan, untuk penutup perjumpaan kali ini (?) mohon reviewnya ^^

sampai jumpa di chapter selanjutnya!