tempat ini menjadi saksi bagaimana dua orang pahlawan mendapatkan harta terindah dalam hidup mereka
Disclaimer : Naruto belongs only to Masashi Kishimoto
.
Ichiraku Story
.
Canon Universe
.
"Hime kenapa menungguku disini, kenapa tidak menunggu apartement saja?" Naruto menautkan alisnya penuh kekhawatiran saat melihat sang istri, berdiri sendirian di tengah angin musim gugur di pintu gerbang desa.
Pagi ini Naruto baru saja kembali dari misi pengawalan Hokage yang berkunjung ke Suna untuk membahas bantuan yang akan di berikan Konoha untuk Negara pasir itu.
Pipi Hinata bersemu merah sambil tertunduk, bagaimana dia tidak malu, sang suami yang begitu sampai di gerbang langsung menghampirinya dan melupakan sang Rokudaime yang dia kawal berada di belakangnya.
"Mungkin lebih baik aku duluan saja," Ujar Kakashi sambil menggaruk belakang kepalanya karena kikuk kemudian meninggalkan pasangan suami istri yang baru menikah tiga bulan yang lalu ini.
"Ne, Hime, sekarang kita pulang kau bisa sakit jika berada diluar dengan udara sedingin ini, lagi pula aku sangat lapar dan ingin memakan masakanmu," Baru saja Naruto menarik lembut tangan sang istri, tapi langkahnya tertahan karena sang istri yang menariknya balik.
Naruto menoleh dan melihat sang istri tak bergerak dari tempatnya berdiri, kakinya kembali mengambil langkah untuk berdiri dekat di hadapan sang istri
"Nani?" Tanya Naruto dengan wajah di dekatkan pada sang istri, dan seperti biasa, Hinata akan memerah seperti kepiting rebus.
"Ano... Eto... Hmmmmm," Hinata mencoba mecari kata kata yang tepat untuk menyuarakan isi hatinya.
Tangan kanan yang terbungkus perban itu lalu terulur dan membelai pipi gembul yang sudah sangat merah itu.
" Tak perlu ragu," Ucap sang pahlawan lembut.
"Gomenasai Naruto-kun, sebenarnya...," Jawaban Hinata terputus.
"Sebenarnya apa hm...?" Oh, Naruto membuang segala sifat tidak sabarannya jika berada dekat sang istri, walau tak seperti sang istri yang selalu bersikap sabar dan lembut padanya, setidaknya Naruto mencoba untuk mengimbangi sang istri.
"Aku tidak, ,memasak hari ini...," Cicit Hinata takut takut kalau sang suami akan marah padanya.
Bukan, bukan kemarahan atau kekesalan yang di tampakan sang jinchuuriki no kyubi ini, tangan kanannya yang dibalut perban secara refleks menempel pada kening sang istri setelah menyingkap poni rata yang menghiasinya. "Kau sakit Hime?" Tampak jelas wajah kekhawatiran yang amat sangat dari putra Yondaime Hokage ini "Kita periksa ke Sakura-chan ya...?" Pinta Naruto lembut.
Hinata menggeleng pelan.
"Kau kenapa sayang..?" Lagi, Naruto menunjukan kekhawatiran yang berlebihan hanya karena Hinata tidak memasak. Tidak bisa kah dia berfikir bahwa Hinata sedang malas saja. Seperti Sai yang sering mengeluh saat pulang misi karena sang istri tidak memasak karena alasan malas.
"Naruto-kun... ,aku ingin sekali makan di ichiraku ramen. Berdua dengan mu...," Pinta Hinata malu malu sambil menunduk dan meremas ujung kaos peachnya.
Naruto terperangah dengan tidak elitnya, Hinata, istrinya yang lembut dan sangat menjaga kesehatan ini minta di ajak makan ramen. Biasanya juga dia yang selalu mengajak sang istri untuk memakan mi tebal dengan kuah penuh lemak ini. Jika tidak di ajak olehnya atau teman teman seangkatannya, Hinata bisa dikatakan sangat jarang makan ramen karena keinginan nya sendiri.
Lama Naruto tersesat dalam spekulasinya sendiri karena keinginan sang istri untuk makan ramen sampai sampai tidak memasak. Hingga suara rengekan manja nan lembut keluar dari bibi peach yang selalu dia ciumi itu.
"Jadi atau tidak kita makan ramen Naruto-kun?" Seperti mendengar suara dari surga Naruto segera sadar dari pemikirannya sendiri.
"Ayo ayo... ,aku juga sudah lama tidak makan ramen ichiraku," Sambil mengamit tangan putih sang istri Naruto, mengajak Hinata menyusuri jalanan Desa yang akan dimpimpinya kelak
.
.
"Hah... rasanya lama sekali tidak kesini," Naruto mendaratkan bokongnya di kursi kayu di depan mini bar yang terdapat di kedai ramen kesukaannya ini.
"Wah ada pengantin baru ya...?" Sambut ayame semangat, sambil melanjutkan pekerjaannya membersihkan meja yang baru saja di tinggalkan pengunjung.
"Yo... Naruto kau datang kesini mengajak Hinata...," Teuchi tak kalah semangatnya menyambut sang pahlawan yang sudah cukup lama tidak makan di kedainya lagi.
"Ohayo Ayame nee, Teuchi ji-san," Sapa Hinata lembut sambil mengambil posisi duduk di samping suaminya.
" Wah Hinata kau bertambah cantik ya sekarang, Naruto benar-benar beruntung mendapatkan istri seperti mu," Puji Ayame sambil menatap lekat Hinata.
" Sudah, sudah, mau sampai kapan mengobrol terus, mereka kesini mau makan ramen buatanku Ayame" Teuchi menyela obrolan antara putrinya dan pasangan suami istri baru ini.
"Ah aku sampai lupa Tou-san, ne Naruto, Hinata kalian mau pesan apa?" Tanya ayame sambil tersenyum manis
"Miso ramen jumbo ekstra pedas dengan taburan naruto diatasnya," Teriak Naruto dengan semangat dan di tanggapi kikikan tertahan dari sang istri.
"Kalau Hinata-chan mau pesan apa?" Tanya Ayame sambil menatap Hinata yang masih terkikik karena tingkah suaminya yang tidak pernah berubah saat akan menyantap makanan favoritnya ini.
"Eh? gomenasai Ayame-nee, aku samakan saja dengan Naruto-kun," Mendengar penuturan Hinata, Ayame, Teuchi, bahkan sang suaminya pun terperangah.
Jika Hinata memesan ramen miso ramen mungkin itu terdengar biasa, tapi kali ini, Hinata memesan ramen dengan porsi jumbo, dan ekstra pedas, itu sangat sangat tidak Hinata.
"Hime kau yakin?" Tanya Naruto sambil menatap lembut sang istri.
"Aku sangat lapar Naruto-kun, apa tidak boleh memesan yang sama sepertimu?" Jawab Hinata pelan sambil tertunduk meremas rok creamnya, dan bulir-bulir air mata yang hampir menetes dari bola mata lavendernya.
Naruto gelagapan dan buru-buru memeluk sang istri "Hey, hey jangan menangis seperti itu, tak apa jika kau ingin makan porsi jumbo Hime, tapi jika ekstra pedas, aku takut kau akan sakit perut sayang," Naruto mencoba menghentikan tangis sang istri sambil membelai surai indigo Hinata.
Beruntung di kedai ini baru mereka lah berdua lah yang menjadi pengunjung, jika tidak sang pahlawan dunia ini, bisa di kira melakukan kekerasan rumah tangga hingga sang istri menangis.
"Tapi aku mau Naruto-kun," Rengek Hinata dengan manja. Naruto bingung dengan kelakuan sang istri hari ini, tidak memasak, ingin makan ramen di pagi hari, bahkan ingin makan ramen yang seperti sering dirinya makan.
"Ya sudah Ayame-nee akan membuatkan yang sama sepertiku untukmu, tapi kau jangan menangis lagi ya sayang," Bujuk Naruto sambil mengecup poni rata sang istri.
"Uhum.,." Jawab Hinata pelan, sambil beranjak dari pelukan sang suami.
"Nah begini kan lebih baik" Ujar Naruto sambil mengusap air mata di pipi gembul sang istri. Sementara Ayame dan Teuchi terkikik geli melihat adegan romantis yang baru saja mereka tonton.
.
.
"Itadakimasu...," Ujar Naruto dan Hinata serentak setelah satu mangkuk mi dengan kuah mengepul terhidang di meja mereka.
Seperti biasa Naruto selalu menyeruput ramen yang masih panas itu dengan lahap. Tak ada yang berbeda baginya rasa ramen di kedai Ichiraku ini tetap sama seperti saat dia pertama kali makan disini.
Begitu pula Hinata walau tak selahap sang suami, tapi terlihat dari wajahnya dia menikmati tiap suap ramen yang di seruputnya perlahan. Tapi tiba-tiba ,kenikmatan pasangan itu melahap mi dengan kuah kaldu itu terhenti...
"Hmkkkkk," Suara tertahan dari mulut Hinata menghentikan kegiatan Naruto menyeruput ramen dari mangkok ke duanya.
"Hime Kau kenapa, sayang?" Terlihat jelas di wajah Naruto ke khawatiran dengan keadaann istrinya.
Bukan jawaban yang berikan oleh Hinata, wanita dengan kulit seputih susu itu malah berlari keluar kedai dengan menahan rasa ingin muntahnya.
"Hime kau mau kemana?" Dengan rasa khawatir Naruto mengejar sang istri yang keluar dari kedai, dalam keadaan menahan muntah, sampai-sampai dia lupa membayar ramen yang mereka makan.
"Kau ingat sesuatu nak?" tanya Teuchi ambigu, pada putrinya setelah pasangan itu keluar.
Ayame mengangguk dengan mata menerawang mengingat sesuatu, "Kita akan kehadiran Naruto Junior Tou-san," Jawab Ayame sambil tersenyum.
.
.
flash back
"Yondaime-sama, Kushina-sama, YĆkoso," Ayame kecil berlari kegirangan menyambut pengunjung di kedai sang ayah. Dia begitu bersemangat karena yang datang kali ini bukan pengunjung biasa. Hokage ke empat datang bersama sang istri yang selalu memberinya permen dan menyapanya saat bertemu.
"Ayame-chan apa kabar?" Kushina berjongkok dan memeluk putri kecil pemilik kedai ramen yang sangat dia sukai ini.
Ayame memeluk erat sang istri Hokage "Aku sangat rindu Kushina-sama" Ujar Ayame semangat sambil mencium pipi Kushina.
Kushina menatap Ayame sambil menautkan alisnya, "Kenapa masih memanggil ku dengan suffix sama sih" Ujar Kushina pura-pura merajuk
"Maaf aku lupa, Kushina-sa, eh, Kushina ba-chan, jangan marah padaku ya," Ayame kecil menampilkan senyuman manisnya pada istri sang Hokage.
Minato tersenyum melihat kedekatan Kushina dengan Ayame, dia ikut berjongkok menyamakan tingginya dengan Ayame.
"Kau juga harus memanggilku Minato ji-chan, Ayame-chan" Pinta Minato sambil mengusak poni coklat Ayame
"Apa boleh, andakan seorang Hokage?" Tanya Ayame polos.
Minato terkekeh mendengar celoteh putri pemilik kedai ramen yang menurutnya terlezat di desa yang dia pimpin ,"Tapi Hokage ini sangat menyukai ramen buatan Ayame-chan ini."
.
"Itadakimasu...," Ucap Minato dan Kushina bersamaan. Kushina dengan semangat lebih dulu menyeruput ramen yang kuahnya mengepul yang tersaji dalam mangkuk ukuran jumbo.
Sementara Minato tersenyum melihat tingkah sang istri sebelum ikut menyeruput ramen di mangkoknya sendiri.
Baru beberapa suap ramen di suap kedalam mulut mungil Kushina... "Hmkkkkk."
"Kushina kau kenapa, sayang?" Tanya Minato khawatir saat sang istri seperti menahan ingin memuntahkan sesuatu.
Tak ada jawaban dari Khusina, wanita dengan rambut semerah tomat itu, malah berlari menuju keluar kedai.
"Kushina...?" Panggil Minato seraya mengejar sang istri.
Ayame kecil memandang sang ayah dengan tatapan penuh tanda tanya, " Sebenarnya Kushina Ba-chan kenapa Tou-san?" Tanya Ayame kecil polos.
Teuchi tersenyum kecil "Hokage-sama dan Kushina-sama akan kedatangan tamu istimewa," Jawab Teuchi ambigu.
end flash back
.
seven moths later
"Hinata, Naruto, ayo masuk, masuk," Ayame hampir saja menutup kedainya jika tidak melihat sang pahlawan bersama sang istri berjalan menuju kedainya "Aduh kenapa malam-malam seperti ini kemari, kau bisa memintaku mengantarkan ke apartementmu Naruto, kasihan Hinata, sudah berapa bulan hm?" Ayame sedikit membungkuk dan membelai perut besar Hinata.
"Hampir delapan bulan Ayame-nee" Jawab Hinata sambil tersenyum manis.
"Ayame kenapa-," Baru saja Teuchi ingin bertanya pada sang putri kenapa belum menutup kedai, dia sudah menjumpai keberadaan Naruto dan Hinata di kedainya.
"Maaf Teuchi Ji-san mengganggu malam-malam, Boruto ingin sekali makan ramen malam ini," Jawab Naruto sambil menggaruk belakang kepalanya yang tidak gatal.
"Oh jadi nama jagoan kecil ini Boruto ya, ya ampun tendangannya kencang sekali" Ujar Ayame sambil mengelus lagi perut besar Hinata "Hinata, Naruto, duduk lah dulu sambil meminum ocha, pesanan kalian seperti biasakan" Ayame menghampiri sang ayah di balik mini bar untuk menyiapkan pesanan Naruto dan Hinata.
Sambil memotong sayuran untuk bahan pelengkap ramen yang dimasak sang ayah, fikiran Ayame kembali mengenang kejadian dua puluh tahunan yang lalu
.
flash back
Ayame kecil terseok seok menyapu kedainya yang sebentar lagi akan tutup, angin musim gugur yang menusuk tulang tidak dihiraukannya, dia tetap menyapu dengan semangat, sampai sepasang orang yang selalu dia tunggu untuk mengunjungi kedainya datang sebagai pengunjung terakhir di malam itu.
"Kushina ba-chan, Minato Ji-chan...," Ayame kecil menjatuhkan sapunya dan berhamburan kepelukan Kushina. Ia tempelkan pipi dan telinganya pada perut buncit Kushina "Ah adik kecil di dalam menendang," teriak Ayame girang sambil memeluk perut Kushina.
"Ayame biarkan Hokage-sama dan Kushina-sama duduk dulu...," Tegur sang ayah dari balik bar kedai.
"Tak perlu sungkan Teuchi-san," Jawab Minato sambil tersenyum.
end flash back
.
.
"Mengingat sesuatu nak?" Suara sang ayah memecah bayangan Ayame tentang kenangannya bersama Hokage keempat dan sang istri.
"Tempat ini menjadi saksi bagaimana dua orang pahlawan mendapatkan harta terindah dalam hidup mereka." Jawab Ayame sambil kembali melanjutkan memotong sayurannya.
.
end
Fic ini terinspirasi dari salah satu fanart.
Spesial buat afika chia semoga ficnya tidak mengecewakan ya.
.
Terimakasih sudah mau membaca
