Disclaimer:

All Character (minus OC) © Masashi Kishimoto

Main Character:

Yamanaka Ino

Nara Shikamaru

Hyuuga Neji

Other Character:

Yamanaka Inojin

Uzumaki Nagato

Warning:

This is a crackpair fic. If you don't like, get out of here, please. If you like it, I hope you'll enjoy it.

.

.

Happy Reading!

.

.

Putus asa adalah suatu hal yang belum tentu semua orang mengetahuinya. Kau merasa benar-benar putus asa saat kau tetap tinggal tanpa melakukan apapun akibat kebungkaman waktu yang tak sama sekali menunjukkan kepadamu arah mana yang harus kau ambil. Putus asa karena ada seseorang yang mengandalkanmu namun tak ada yang bisa kau lakukan. Putus asa akibat tak mendapatkan dukungan dalam hidupmu dan membuatmu terlihat seperti manusia paling kesepian di dunia. Jadi, itulah apa yang kau rasakan di dalam. Dan dengan hebatnya kau menutupi semuanya dari mereka.

Kau tak menunjukkannya pada orang-orang bahwa petugas bank datang mengetuk pintu rumahmu untuk menyampaikan keterlambatan pembayaran sewa rumahmu. Kau tidak menunjukkan pada putramu yang setiap hari meminta dibelikan mainan olehmu namun kau mengatakan padanya 'lain kali' walau kau yakin itu tidak akan terjadi mengingat kondisi keuanganmu yang sedang dalam keadaan buruk. Tidak sama sekali. Kau bahkan tak menunjukan itu semua di depan pria yang sedang melakukan wawancara denganmu yang saat itu sedang melamar pekerjaan.

"Maafkan aku, Yamanaka-san. Walaupun kau memiliki semua persyaratan dan sempurna untuk pekerjaan ini, kenyataannya kau adalah seorang single parent yang membuat kami sulit untuk mempekerjakanmu."

Putus asa akibat ditolak untuk keenam kalinya dalam minggu ini hanya karena orang menyebalkan yang tak ingin beresiko akibat mempekerjakan seorang single parent yang harus menjaga anaknya dan bekerja sekaligus.

~ Time and Fallen Leaves ~

Ino kini berjalan pulang ke rumahnya. Ya, kerumahnya. Walaupun rumah itu kecil, dia tidak mengeluh sedikit pun. Dia tetap menganggap itu adalah tempat yang nyaman untuk tinggal dan orang-orang di sekitar rumahnya adalah orang-orang yang baik. Putranya, Inojin adalah bocah umur tujuh tahun yang sama sekali tak pernah melihat ibunya menunjukan keputus-asaannya.

Ino tahu kalau pengeluaran terus mengalir dan jika dia tak mendapatkan pekerjaan, mereka harus meninggalkan apartment.

~ Time and Fallen Leaves ~

Ino yang baru bangun tidur pun melanjutkan hidupnya karena menyerah adalah hal yang tidak seharusnya dia lakukan manakala pukulan hidup semakin membebankannya. Dia harus bangkit demi putranya. Demi memberikan semua yang Inojin butuhkan untuk menjadi seorang pria yang mapan kelak. Inojin harus bangkit untuk menunjukkan kepada orang tuanya yang sudah berkorban di saat dia membutuhkan. Tidak peduli walau wanita bersurai pirang itu sendiri tak cukup kuat untuk melakukan semuanya.

"Ino, aku membawa Inojin" seru tetangga Ino. Seorang pria berusia dua puluh lima tahun, sepupu dari teman sekelasnya Inojin yang selalu menjemput Inojin pulang sekolah.

"Shikamaru, arigatou," ucap Ino yang tersenyum begitu melihat Inojin berlari memasuki rumah. "Hai, Yumi-chan! Apakah Inojin melakukan semua kegiatan di sekolah dengan baik?" tanya Ino pada gadis dengan warna rambut yang senada dengan Shikamaru.

"Ya, dia juga memperlakukanku dengan baik" jawab Nara Yumi sambil tersenyum lebar.

"Syukurlah," gumam Ino sambil mengusap pelan kepala Yumi. "Tolong jaga dia untukku ya?" Gadis berambut pirang itu pun mengangguk ceria.

"Jadi, bagaimana lamaran pekerjaanmu?" tanya Shikamaru pada Ino yang kini hanya tersenyum begitu melihat Yumi berlari menyusul Inojin memasuki rumah.

"Masih sama. Lagi-lagi aku ditolak karena mereka tak berani mempekerjakan single parent sepertiku" jawab Ino sambil tersenyum kecut.

"Ino, kau tau kalau aku bisa membantumu, kan?" Shikamaru meraih tangan Ino. "Kau tau bagaimana perasaanku padamu. Aku mempunyai pekerjaan yang mapan dan aku bisa menjaga Inojin seperti yang kau mau" imbuhnya sambil tersenyum pada pemilik manik biru langit di hadapannya.

"Shikamaru," sudah satu bulan sejak pengakuan Shikamaru dan walau Ino menganggapnya pria baik dan bisa diandalkan, wanita pemilik manik secerah biru langit ini tetap merasa bahwa masih banyak perempuan lain yang lebih baik untuknya, untuk Nara Shikamaru.

"Kaa-chan, aku lapar," rengek Inojin yang muncul dari dalam rumah dan membuat Ino melepas genggaman tangan Shikamaru.

"Aku akan segera memasak untukmu, Inojin-kun," ucap Ino sambil berjongkok dan mengecup kening putranya. "Well, Terimakasih sudah membawa Inojin pulang. Jaa ne~" ujar Ino sambil melambaikan tangan pada Shikamaru dan masuk ke rumah. Lelaki dengan rambut bak buah nanas itu hanya melambaikan tangan dengan cara yang sama. Tak ada pilihan lain untuknya selain pergi.

~ Time and Fallen Leaves ~

Pekerjaannya sebagai seorang ibu dimulai sejak usia sembilan belas tahun saat putranya lahir. Ino bekerja keras sampai akhirnya dapat menyewa rumah di lingkungan yang kini dia tinggali. Beruntung dia memiliki tetangga-tetangga baik di sekitarnya. Khususnya Haruno Sakura, yang selalu membantunya menjaga Inojin manakala harus pergi bekerja.

"Kaa-chan, apakah Shikamaru-jisan akan menjadi ayah baruku?" tanya Inojin yang sedang mengerjakan PR selagi Ino mencuci piring. Ino yang mendengarnya segera menghentikan kegiatannya dan beralih memandang putranya.

"Kenapa Inojin bertanya begitu?" tanya Ino yang sempat terkejut.

"Karena aku merasa kaa-chan kesepian dan Shikamaru-jisan selalu tersenyum setiap melihatmu. Lagipula semua temanku di kelas membicarakan ayah mereka, dan aku..." Bocah pirang itu menunduk. Segera Ino menghampirinya dan memeluknya. Ino tau bahwa tidak memiliki ayah adalah sulit untuk Inojin dan yang lebih menyedihkan adalah anak itu sudah kehilangan ayahnya sebelum dilahirkan.

"Inojin-kun, aku tak kesepian, aku memilikimu. Kau adalah laki-laki di rumah ini, itu sebabnya aku tidak pernah berpikir untuk mencari lelaki manapun, nak." Wanita bersurai senada dengan putranya itu mencium kening putranya dan menepuk pelan pucuk kepalanya. "Apakah kau ingin Shikamaru menjadi ayahmu? Apakah kau menyukainya?"

"Dia adalah paman yang baik dan selalu menjagaku. Jadi, aku tidak akan berpikir bahwa dia akan menjadi ayah baruku." Ino terkikik mendengarnya.

~ Time and Fallen Leaves ~

Keesokan harinya, Ino menitipkan Inojin untuk ke sekolah diantar Shikamaru. Dia membawa koran untuk melihat lowongan kerja di sana. Sampai akhirnya dia menemukan satu yang mungkin cocok untuknya. Sebuah perusahaan yang sedang tumbuh ternyata tengah mencari asisten manager dan Ino merasa memang cukup pengalaman untuk itu. Segera diraihnya ponsel untuk menghubungi nomor yang tertera pada iklan di koran tersebut.

~ Time and Fallen Leaves ~

Yamanaka Ino sampai di tempatnya ingin melamar kerja. Gedung bernama Hyuuga Logistics itu pun dimasukinya, setelah menghela napas sebentar, dia pun berjalan ke meja receptionist.

~ Time and Fallen Leaves ~

Ino merasa sudah cukup lama ada di ruangan ini, ruangan yang terlihat seperti ruang wawancara atau semacamnya. Dia pun melihat jam tangannya yang ternyata menunjukkan bahwa sudah tiga puluh menit dia di sini, namun belum ada siapapun yang masuk untuk ditemuinya. Ino pun berdiri dan melihat ke arah luar jendela. Pemandangan yang tidak terlalu indah namun melihat jajaran mobil di tengah kemacetan di sana membuatnya sedikit tersenyum. Pemilik surai pirang panjang ini teringat pada mobil mainan untuk ulang tahun putranya.

Kemudian, seorang pria membuka pintu. Seorang pria dengan mimik wajah tegas, senyum tipis, dan pakaian rapih memasuki ruangan. Yang paling menjadi perhatian Ino saat ini adalah rambut cokelat panjang yang tergerai. Tidak pernah dalam hidupnya dia lihat seorang eksekutif berambut panjang yang tergerai bebas seperti itu, walau begitu tetap terlihat rapih dengan ikat rambut yang mengunci pergerakan rambut lebat itu di ujungnya, ya, hanya di ujungnya. Seolah profesi apapun tak mempengaruhi gayanya, gaya lelaki itu, Hyuuga Neji. Dengan cepat Ino duduk lagi dan menyerahkan CV-nya. Lalu, Neji mendekatinya dan menatapnya. Ino merasa agak gugup mendapat tatapan dari iris lavender teduh itu.

"Jadi, Yamanaka-san," ini waktunya, batin Ino. Setelah enam kali ditolak, inilah saatnya untuk ditanya apakah dia benar-benar single parent. "Seorang klien ada janji denganmu pukul 8 pagi ini dan kau mengetahuinya pukul 10 malam di hari sebelumnya, apa yang akan kau lakukan jika menjadi orang yang harus menandatangani dokumen-dokumen di jam yang sama dengan jadwalnya berangkat ke luar kota?"

Ino tertegun atas pertanyaan yang baru saja didengarnya. Ini pertama kalinya dia tidak ditanya soal status pernikahannya. Pemuda beriris lavender itu memandang Ino menunggu jawaban calon pekerja di perusahaannya itu.

"Itu tidak bisa dibantu saat beberapa jadwal sudah saling melengkapi. Jadi jika sudah ada catatan pra tugas sebelumnya, aku akan pergi mengambil dokumen-dokumen itu, membawanya untuk ditandatangani dan kembali pada klien yang sudah ada janji. Tentu saja, semua kondisi harus sudah tertulis sebelumnya sehingga tidak akan ada masalah" jawab Ino.

"Apa yang akan terjadi jika kondisi itu belum dibicarakan terlebih dahulu?" tanya lelaki itu lagi.

"Jika perjanjiannya sungguh penting dan tak bisa ditunda, maka rapat harus segera diselesaikan. Klien bukanlah orang yang pergi begitu saja seperti itu. Komunikasi yang baik adalah kuncinya sebaik kita mengembangkan hubungan yang baik" jelas Ino mengakhiri wawancara. Pemuda berambut panjang itu tersenyum tipis dan sebelum dia mengatakan sesuatu, ponselnya berdering. Pemilik manik lavender itu menyerahkan ponselnya pada Ino seolah menyuruhnya untuk mengangkat telepon masuk, tentu saja itu membuat mata Ino membulat terkejut. Secepat Ino menekan layar ponsel, suara bentakan dari penelepon terdengar.

"Hyuuga! Kita perlu bicara" Ino menatap pemilik manik lavender dan mendapatinya mengisyaratkan Ino seolah tak mau bicara dengan siapapun termasuk penelepon di seberang sana, dan Ino mengerti.

"Maaf, tapi Hyuuga-sama sedang sibuk. Bisakah anda memberitahuku nama anda agar saya bisa menyampaikan pesan pada beliau supaya menelepon balik anda?" Ino membuat suara permintaan maaf dengan penuh kesopanan sekaligus sambil menyiapkan sebuah agenda dan pena untuk menuliskan pesan dari si penelepon. Pria di seberang sana tidak punya pilihan lain selain meninggalkan pesan.

~ Time and Fallen Leaves ~

"Uzumaki-sama ingin menelepon anda secepat mungkin karena masalah di Cabang Okayama" lapor Ino.

"Apakah kau selalu menulis pesan dengan cara seperti itu?" Neji menunjuk agenda tempat Ino menulis. "Aku kan ada di depanmu."

"Ini bukan kebiasaanku. Aku suka merekam pembicaraan orang-orang yang menelepon, jadi aku mengingatnya" Ino menjelaskan cara yang lebih nyaman.

"Tunggu di sini" ucap Neji sambil berdiri dan meninggalkan ruangan. Ino menghela napas lega. Ino merasa seperti mimpi karena ini pertama kalinya keluarganya tak menjadi pertanyaan dalam wawancara. Kemudian, pintu terbuka lagi dan orang yang sama memberi Ino titah untuk mengikutinya. Segera Ino berdiri dan mengikuti pemilik manik lavender itu menuju lift.

~ Time and Fallen Leaves ~

Setelah berbicara dengan receptionist, Hyuuga Neji memberikan sebuah tablet dan ponselnya kepada Ino. "Kita akan pergi ke Okayama. Ini semua adalah informasi para klien dan perusahaan. Dan ponsel bisnisku ini sekarang kau yang urus. Ayo!" Ino dan Neji pergi meninggalkan gedung dan masuk ke mobil yang sudah menunggu mereka.

"Kemana anda akan pergi, Hyuuga-sama?" tanya supir. Ino menoleh pada pemuda di sampingnya dan terkejut. Rupanya Neji menunggu Ino menjawabnya.

"Ke Stasiun Tokyo, tolong" ucap Ino dan sang supir mengangguk.

TBC

A.N: Arigatou karena sudah membaca ch 1 baik yang disengaja maupun terlanjur baca XD

Mind to Review?