CIC FWC #1C
Prompt B.9 : No matter how good you are, you can always be replaced
.
.
.
-oOo-
.
.
"Drift Away"
.
.
-oOo-
.
.
Main Cast : Park Chanyeol x Byun Baekhyun
Category : Boys Love/Shounen-ai
Genre : Romance/Angst
Length : OneShot
Rate : T
.
.
-oOo-
.
.
HAPPY READING
.
.
-oOo-
.
.
"Ibu.. Aku akan menyusulmu.."/Hatinya kembali hancur menjadi berkeping-keping dan penyebab nya juga orang yang sama. Dia kembali terpaksa mengutipnya kembali dan menyatukannya dengan hati-hati dan penuh rasa sakit. Tapi, untuk kali ini.. Baekhyun tak berniat untuk mengambilnya ataupun menyatukannya kembali../ChanBaek/
.
.
.
..
..
.
.
.
-18 Mei 1998-
"Kau bisa memelukku sesukamu nanti, tapi kau harus melepasku sekarang.."
Baekhyun kecil menggeleng kuat, dia semakin mengeratkan pelukannya pada pinggang namja yang lebih tinggi dari nya. "Hyung harus berjanji dulu untuk pulang cepat hari ini.."
Namja dengan mata besar itu menghela nafasnya kasar, "Aku berjanji, Sudah kan? Lepaskan aku sekarang! Aku sudah terlambat bodoh.."
"Baiklah.." Baekhyun yang baru berusia 6 tahun itu lalu melepaskan pelukannya pada pinggang laki-laki yang lebih tua darinya itu,
"Dasar autis.." Chanyeol mengumpat sambil mendorong badan Baekhyun keras hingga Baekhyun terjatuh.
Bukannya menangis, Baekhyun malah tersenyum lebar sambil melambai-lambaikan tangannya keras saat melihat punggung Chanyeol menjauh. "Ingat hyung! Jangan melirik orang lain disana!"
Chanyeol meludah mendengarnya. "Dasar autis!"
.
.
.
.
Byun Baekhyun. Itulah nama anak itu.
Anak laki-laki dengan wajah menggemaskan dan senyuman yang sangat manis.
Semua orang jika melihatnya pasti akan mengira Baekhyun adalah anak manis yang berbakat serta pintar di sekolahnya.
Takkan ada yang mengira Baekhyun sebenarnya adalah pengidap autis dari lahirnya.
Ya.. Baekhyun adalah pengidap penyakit autis. Hanya saja, tidak terlalu parah.
Baekhyun masih mau diarahkan dan masih mau menurut. Masih mengerti dan nalarnya juga lebih baik daripada pengidap autis seperti yang lainnya.
Jadi, Kemungkinannya untuk sembuh itu lebih banyak dari penderita autis yang lain pada umumnya.
Ibu Baekhyun sudah meninggal. Dan itu terjadi pada umurnya yang baru menginjak 3 tahun. Dan mulai saat itu, Baekhyun mulai menunjukkan gejala-gejala penyakit menyedihkan itu.
Untuk menghilangkan memory tentang ibu nya, Ayah Baekhyun berinisyatif untuk membawa Baekhyun tempat lain. Dimana banyak orang dan sangat ramai. Dan Seoul lah tempatnya.
Mereka membeli rumah tepat disamping rumah keluarga Park. Keluarga Park juga menerima mereka dengan senang hati sebagai tetangga nya. Apalagi dengan Nyonya Park. Dia sangat senang saat melihat Baekhyun dan semakin menyayangi Baekhyun saat tahu kalau Baekhyun itu beda dari yang lainnya.
Bagaimana dengan Chanyeol?
Tentu saja anak itu tak menerima nya dan menolak mentah-metah saat Ibunya menyuruh mereka untuk akrab.
Chanyeol akan selalu menghindar saat Baekhyun datang ke rumahnya. Dia akan pergi menjauh sejauh mungkin jika Baekhyun berjalan ke dekatnya. Baekhyun memang sangat ingin dekat dengan Chanyeol dan Chanyeol sangat membenci nya.
"Karena dia autis."
Itu adalah jawaban pertama yang dia keluarkan jika ibunya bertanya kenapa dia tidak mau berada di dekat Baekhyun. Dan Ibu nya Chanyeol hanya menggeleng kan kepala jika mendapat jawaban seperti itu.
Baekhyun akan selalu ada di depan rumah Chanyeol jika jam sudah menunjukkan pukul 7 pagi. Memeluk Chanyeol saat ingin berangkat sekolah dan memaksanya untuk pulang lebih awal. Untuk menghindari Baekhyun maka Chanyeol akan berjanji untuk pulang lebih cepat dan pada akhirnya dia hanya mengingkarinya.
Chanyeol dan Baekhyun hanya berbeda 2 tahun, Chanyeol lebih tua dan Baekhyun yang lebih muda.
Bagaimana dengan Baekhyun? Dia sendiri menjalani Homeschooling. Ayahnya melarang dirinya untuk melihat keadaan di luar. Ayah nya takut Baekhyun akan dikucilkan dan di bully jika dirinya memasukkan Baekhyun ke sekolah-sekolah yang biasa.
"Hyung.." Baekhyun berlari ke arah Chanyeol yang punggungnya terlihat di balik pintu rumah.
Chanyeol menggeram marah saat ternyata persembunyiannya diketahui Baekhyun. Ya, jika Baekhyun datang maka Chanyeol akan bersembunyi di balik pintu sampai Baekhyun keluar dari rumahnya.
"Kenapa kau selalu menganggu ku, sih!"
Baekhyun tertawa lebar sampai seluruh gigi depannya kelihatan, Chanyeol menyeritkan alisnya melihatnya.
"Apakah seluruh autis bentuknya seperti mu?"
Baekhyun diam mendengarnya, bingung menjawab. Bahkan untuk mengartikannya saja dia bingung.
"Autis?"
Chanyeol menepuk kepalanya keras sebelum tertawa keras. "Ah, kenapa aku bertanya kepada mu? Tentu saja kau tak mengerti. Karena setiap Autis itu bodoh.."
Chanyeol kembali tertawa keras sebelum berjalan melewati Baekhyun yang menatapnya dengan tatapan berkaca nya.
.
.
.
-27 Juni 2008-
"Dasar autis.."
Baekhyun menghela nafas keras mendengar suara Chanyeol yang sangat keras itu. Jongin mengejek Baekhyun lagi. Ini bahkan sudah tahun ke 9 dia berhenti menjadi pengidap autis. Tapi, Chanyeol masih betah mengejeknya.
"Berhenti mengejeknya!"
...Dan jika Chanyeol mengejek, maka Sehun akan selalu membelanya.
Baekhyun memberikan senyuman lemahnya pada Sehun yang setia membelanya itu. Sehun hanya membalasnya dengan senyum kecilnya dan mengusak rambut Baekhyun lembut.
"Bukannya itu dulu? Kenapa dia masih saja mengejekmu?"
Baekhyun menggeleng tanda tak tahu, "Mereka suka sekali mengungkit penyakit dulu ku, padahal aku sudah berakhir dengan itu semua.."
Sehun menatap prihatin namja di depannya ini. Dia mendekatkan tangannya pada tangan kiri Baekhyun dan menggenggamnya dengan lembut.
"Jangan perdulikan kata-kata mereka.. Mereka hanya sirik dengan mu.." Ucap Sehun di sertai senyuman hangat nya. Baekhyun ikut tersenyum dengan lebar.
Sehun sangat baik pada nya..
Dan dia malah tetap tak bisa menerima perasaan nya.
"Aku minta maaf..." ucap Baekhyun sambil menunduk.
Sehun menggeleng sambil terus mempertahankan senyumannya, "Aniya.. Gwaenchanna.. Aku akan menunggu sampai kau siap menerimaku.."
Baekhyun mengerluarkan senyuman menyesalnya dan kembali menundukkan kepalanya. Dia melirik Chanyeol yang kini sedang menatapnya dengan tatapan yang sangat sulit untuk di artikan.
"Baekhyun-ah.. Aku di panggil oleh Kim Songsaenim.. Tunggu aku disini, ne? Jangan kemana-mana.."
Baekhyun mengangguk dan setelahnya Sehun beranjak dari kelas.
Kini yang ada hanya mereka berdua. Baekhyun dan Chanyeol. Baekhyun melirik namja yang sangat tinggi yang sedang duduk di pojok kelas sambil memainkan HP nya.
Chanyeol dan Baekhyun satu tingkatan?
Oh.. Tidak..
Chanyeol berada 2 tingkat lebih tinggi dari Baekhyun. Dan... kenapa Chanyeol ada disini?
Tentu saja karena kekasihnya ada di kelas yang sama dengan Baekhyun. Xi Luhan. Primadona kelas juga saingan berat Baekhyun dalam pelajaran Kimia dan Matematika.
"Sayang? Kau lama menunggu?"
Baekhyun menundukkan wajahnya mendengar suara lembut yang sialnya menyayat hatinya itu. Luhan. Namja cantik itu sudah selesai dengan tugasnya mengantar buku ke perpustakaan dan kini sudah berada di depan Chanyeol dengan tatapan manja nya.
Chanyeol bergumam sambil memasukkan ponselnya ke dalam saku nya, dia memberikan senyum tipisnya pada Luhan. "Kurang lebih 15 menit?"
"Maafkan aku, Jung Songsaenim sangat menyebalkan.." ucap Luhan menyesal lalu dengan manja menduduki bangku tepat disamping Chanyeol. Duduk berdekatan dengannya dan menyelendotkan tubuhnya pada lengan kanan Chanyeol.
Baekhyun melirik mereka dengan tatapan menyakitkan dan penuh dengan kecewa. Chanyeol kini sedang bermesraan dengan Luhan dengan cara merangkul mesra pinggang Luhan dan mengusapkan jarinya disana.
"Kau sudah makan?"
Baekhyun menegak ludahnya kasar mendengar suara lembut Chanyeol yang terdengar mengkhawatirkan Luhan. Air matanya mendadak jatuh dan Baekhyun mulai menggigit bibirnya. Menahan jika ada isakan yang hendak keluar.
"Belum.."
"Kau harus makan, sayang.. Aku tidak mau kau sakit.."
Baekhyun semakin menunduk mendengarnya. Hatinya terasa sakit dan sangat perih. Serasa seperti di campakkan dan di cabik-cabik hingga menjadi berkeping-keping. Dia tidak bohong, jika dia masih menyukai Chanyeol. Sangat, malahan. Bukan suka, tapi cinta.
Dan.. Mendengar kata-kata Chanyeol tadi benar-benar menyayat hati nya dengan sangat kejam. Chanyeol seakan merobek hatinya tanpa belas kasihan dengan tak kasat mata. Chanyeol melakukannya secara tak langsung dengan cara mengkhawatirkan Luhan.
Dia sangat iri dengan Luhan. Sangat..
Setiap harinya, dia hanya mendengar ejekan, cacian, dan makian keluar dari mulut Chanyeol untuk dirinya. Autis. Kata itu yang selalu dipakai Chanyeol untuk merendahkan dirinya.
Tak pernah sekalipun dia mendengar ungkapan kasih sayang dari mulut Chanyeol. Berbicara lembut saja tidak pernah. Jika pernah pun maka itu berarti karena Chanyeol menginginkan sesuatu dari Baekhyun.
Mengerjakan peta Asia atau menggambar anatomi belalang ataupun katak. Itu adalah hal-hal yang bisa membuat Chanyeol memohon padanya. Setelah Baekhyun mengerjakannya, maka Chanyeol akan kembali mengejeknya dan bahkan lebih parah jika nilai nya tidak melebihi angka 8.
"Tapi kau harus menemani ku.."
Chanyeol mengangguk dan berdiri. Menggenggam lembut tangan Luhan dan membawanya keluar kelas dan melewati Baekhyun yang sedang berusaha menyembunyikan isakannya.
Baekhyun menggigit kuat ujung jarinya dengan mata yang terus mengeluarkan cairan bening yang terlihat bersinar di terpa kilauan matahari.
Mulutnya melengkung bebas kebawah dan matanya menutup. Dia sunggun sangat sakit sekarang. Bukan fisik melainkan hati nya.
Benda tersayang dan berharganya kini hancur lagi berkeping-keping. Sudah tidak terhitung lagi sudah berapa kali hati itu ditata ulang kembali oleh Baekhyun. Yang pasti tiap kali hatinya hancur hingga menjadi keping-kepingan yang sangat kecil, maka dia akan merasakan sakit yang tak kunjung sembuh dan terpaksa mengumpulkan kembali beling-beling hatinya untuk di satukan kembali. Setelahnya maka Chanyeol akan menghancurkannya kembali dengan tanpa belas kasih.
Baekhyun sering berpikir, kenapa dia harus mengumpulkan keping-keping hatinya yang sudah hancur itu jika tujuannya hanya untuk dihancurkan oleh orang yang sama?
Dan Baekhyun kini tahu jawabannya.
Karena dia masih sangat mencintai Chanyeol.
.
.
.
-02 February 2009-
Ini adalah hari kelulusan Chanyeol dari SHS.
Hari dimana seluruh siswa dinyatakan lulus dan menerima setifikat serta nilai-nilai yang diperoleh mereka semasa masih sekolah. Hari dimana seharusnya menjadi saat-saat bahagia bagi Chanyeol. Dimana anak-anak pada normalnya merayakannya dan pergi berpesta dengan gembira, merayakan kelulusan.
Tapi berbeda kali ini. Chanyeol harus merasakan kesedihan yang mendalam di tanggal kedua bulan kedua tahun ini.
Semalam ibunya mengalami kecelakaan dan sempat koma untuk 9 jam, dan kini di depan matanya, dokter mengatakan Ibu nya sudah melayang. Nyawanya sudah dipanggil oleh Yang Maha Kuasa. Jiwa Ibunya sudah tak berada di dalam raga ibu nya.
Chanyeol menatap Ibunya yang terbaring kaku di depannya. Tak ada ekspresi yang berarti dari wajahnya. Tidak seperti noona nya yang kini menangis tersendu sambil mengusap kepala ibu nya.
Chanyeol tak merasakan apapun di dalam tubuhnya. Selain merasa bersalah atas semuanya.
Seharusnya dia menuruti kata Ibunya untuk mengantarkannya ke Toko Bunga, bukan malah membiarkannya pergi sendiri menggunakan skuter biru muda nya.
Disamping Chanyeol ada Baekhyun yang sedang bersimpuh melihat mayat seseorang yang sudah dianggapnya sebagai Ibu kandungnya. Baekhyun mengeluarkan air matanya dengan deras dan sangat-sangat banyak. Tangannya terangkat dan mengusap pundak Chanyeol.
Baekhyun tak perduli apapun reaksi Chanyeol. Dia hanya ingin Chanyeol merasa bahwa dia selalu ada di dekat Chanyeol tanpa kenal waktu ataupun keadaan.
Chanyeol juga hanya bisa diam menerima kekuatan yang Baekhyun transferkan untuk dirinya.
.
.
.
Baekhyun menatap punggung Chanyeol yang kini terlihat dari belakang. Baekhyun kini sedang berdiri di ambang pintu kamar Chanyeol sambil memasang wajah kasihannya.
Chanyeol benar-benar terpukul.
Baekhyun sangat mengenal Chanyeol. Chanyeol tidak akan mengeluarkan air mata disaat dia merasa terpukul atau sangat sedih.
Chanyeol akan memilih diam dan menyimpan semuanya di dalam hatinya dan membunuh perasaannya dengan perlahan dengan cara merasa bersalah.
"Chanyeol.."
Baekhyun berucap pelan sambil berjalan mendekatinya. Dia lalu berdiri di depan nya dan menatap wajah kosong Chanyeol.
Chanyeol sedang duduk di tempat tidurnya, menatap dinding di depannya dengan tatapan yang sama sekali tak ada artinya. Kosong tanpa makna. Dan Baekhyun tidak suka itu.
Baekhyun berjongkok tepat di depan Chanyeol. Menatap wajah Chanyeol yang semakin terlihat kurus setelah 4 hari ditinggal oleh Ibu nya.
Baekhyun menghapus air matanya yang tiba-tiba mendarat bebas. Dia memasang senyum semangatnya sambil tangannya mengusap lutut Chanyeol.
"Hey.." panggil Baekhyun berusaha membuat suaranya untuk normal tidak bergetar.
Chanyeol masih tidak bergeming dan tidak mengalihkan pandangannya sedikit pun dari dinding pucat itu.
"Chanyeol-ah.."
Chanyeol memalingkan wajahnya dan menatap Baekhyun. Tepat kedalam matanya. Dan Baekhyun bersumpah Chanyeol terlihat sangat kurus sekarang. Rahangnya semakin terlihat.
Baekhyun mengulas senyum manisnya. "Ayo, makan.. Chanyeol-ah.." ucap Baekhyun sedikit bergetar sambil tersenyum lebar dengan sudut mata yang sudah basah.
Chanyeol menggeleng kecil, dan Baekhyun ingin nangis sekeras-kerasnya sekarang.
Lebih baik dia mendengar setiap makian dan ejekan dari Chanyeol daripada harus melihat Chanyeol yang seperti ini. Diam tanpa semangat hidup juga terlihat sangat tersiksa,
Baekhyun benar-benar ingin menangis sekarang.
"Chanyeol-ah.. dengar.."
"...Ini semua bukan salah mu... Ini semua bukan karenamu.." ucap Baekhyun bergetar sambil mengeluarkan butiran air matanya.
"Jangan menyiksa dirimu sendiri.." ucap Baekhyun lalu mengisak sambil menghapus cepat air matanya yang keluar dengan cepat.
"Aku tidak suka melihat Chanyeol yang begini.. Ayo makan dan ayo ejek aku lagi.. Ayo hina aku lagi, caci aku, maki aku, lakukan hal buruk pada ku jika itu semua bisa membuatmu merasa lebih baik.. Ayo, Chanyeol-ah.." ucap Baekhyun sambil memukul lutut Chanyeol.
Chanyeol menatapnya tanpa ekspresi. Baekhyun semakin frustasi.
"Ayo pukul aku, Chanyeol.. Hina aku lagi! Maki aku! Lakukan—"
GREP..
Dengan cepat Chanyeol menarik Baekhyun dalam pelukannya. Mendekapnya dengan sangat erat hingga Baekhyun merasa sedikit kesulitan bernafas.
Tangis Chanyeol pecah begitu saja, dan Baekhyun kini hanya bisa mengusap punggung Chanyeol dengan senyumannya sambil merasakan air mata yang mengalir di kedua pipi nya.
.
.
.
-29 Agustus 2011-
Hubungan Chanyeol dengan Baekhyun semakin dekat semakin hari. Semenjak hari dimana Chanyeol memeluk Baekhyun secara tiba-tiba dan menangis di bahu nya, Mereka semakin susah di pisahkan dan menjadi sangat lengket.
"Chan-ah.. Aku ingin ini.."
Chanyeol melirik apa yang diinginkan Baekhyun, "Bukankah kau sudah mempunyai yang seperti itu?"
Baekhyun mengangguk keras, "Tapi itu yang bewarna biru muda.. Aku ingin yang merah.."
Chanyeol mengekeh kecil sebelum mengusap kepala Baekhyun dengan lembut. Dia memberikan senyuman tulusnya yang mampu membuat Baekhyun semakin jatuh di dalamnya.
"Baiklah, pendek.." ucap Chanyeol dan Baekhyun bersorak gembira.
Baekhyun mengambil boneka rubah itu dan memeluknya dengan riang. Dan itu sukses membuat Chanyeol terkekeh lagi. Dia mengapit Baekhyun pada lengannya.
"Kau sudah selesai? Ayo kita pulang.."
Baekhyun mengangguk lucu ditenga rona pipi nya yang memekat.
Chanyeol dan Baekhyun pacaran?
Tidak.. Mereka sama sekali tidak mempunyai hubungan spesial apapun. Hanya teman yang baru memperbaiki hubungan mereka dan menambah level menjadi sahabat.
Mereka sudah keluar dari toko boneka itu, tapi Chanyeol terhenti saat melihat siluet seseorang yang tampak dari jendela kaca toko itu. "Baekhyun-ah.. Kau masuk ke mobil duluan, ya.. Aku akan menyusul.."
Baekhyun mengangguk sambil terus memainkan rubahnya dan berjalan ke mobilnya.
Setelah memastikan Baekhyun sudah berada di dalam mobil nya itu, dia lalu berjalan kembali ke dalam toko boneka itu. Kakinya melangkah dan mulai mencari orang yang tadi terlihatnya.
Nah.. Itu dia..
"Luhan?"
"Sayang? Kenapa disini?"
Luhan sedikit memanjangkan lehernya dan mendapati Baekhyun berada di kursi mobilnya. Kacanya terbuka lebar sehingga Luhan dapat dengan cepat menyimpulkan bahwa itu adalah Baekhyun.
"Ah.. Bersama Baekhyun lagi?"
"Ini bukan seperti yang kau pikirkan, sayang.."
Luhan hanya melipat tangannya di depan dada nya. "Jadi apa yang sebenarnya terjadi?"
Chanyeol terdiam mendengarnya, "Aku hanya ingin membalas budi.."
"Dengan cara tinggal di rumahnya selama berbulan-bulan?"
Chanyeol mengangguk kecil. Dan Luhan semakin mendecih.
"Sebenarnya kau ini pacarnya siapa? Aku atau dia?"
Chanyeol terdiam mendengarnya. Dia menegak liurnya dengan keras. Entah kenapa pertanyaan Luhan sangat susah untuk dijawab oleh bibir nya.
Rasanya untuk mengatakan 'Luhan' saja itu sangat sulit, seperti ada sesuatu yang menahannya tepat di ujung bibirnya. Chanyeol hanya diam tanpa mengeluarkan suara nya saat Luhan mendecih kecil.
"Jadi kau sudah mempunyai hubungan dengannya?"
"Tidak Luhan.. Tidak.. Aku tidak mempunyai hubungan apapun dengan nya.." Sanggah Chanyeol cepat sambil mengambil tangan Luhan dan menggenggamnya lembut dan hangat. Hanya saja tidak selembut ataupun sehangat tiap kali dia bergenggaman dengan Baekhyun. Entah kenapa bagi Chanyeol rasanya berbeda.
"Kau harus membuktikan ucapan mu, Park.. Apartemen ku nanti malam.."
.
.
.
Namja dengan tubuh kecil itu semakin memeluk lututnya itu dengan erat. Terasa sangat dingin dan bahkan menusuk sampai ke tulang-tulang nya. Dan bahkan membuatnya sedikit merasa menggigil.
Baekhyun kini sedang berada di depan rumahnya. Duduk di atas bangku teras nya sambil menekuk lututnya dan memeluknya ? Tentu saja ingin menunggu Chanyeol.
Chanyeol selalu tinggal di rumahnya belakangan ini. Alasannya? Rumah Chanyeol sangat sepi. Noona nya di rekrut menjadi pembawa berita di Busan dan mengharuskannya untuk pindah ke Busan untuk beberapa waktu.
Sebelum keberangkatannya, Yoora juga sudah berpesan pada Baekhyun untuk menjaga Chanyeol. Klise memang tapi itulah yang dilakukan noona nya Chanyeol pada dirinya. Noonya nya juga menambahkan supaya merebut hati Chanyeol.
Semenjak Chanyeol mengatakan tentang kedekatannya dengan Baekhyun dan Baekhyun yang selalu bercerita tentang apa yang dilakukannya dengan Chanyeol pada dirinya, Yoora semakin merasa senang dan tenang.
Baekhyun melirik jam yang ada di pergelangan tangannya. Ini sudah pukul 11.30 malam dan Chanyeol belum sama sekali menunjukkan batang hidungnya.
"Sebenarnya kau kemana, Chanyeol-ah.."
Baekhyun bergumam sambil mengusap tubuhnya sendiri.
.
.
.
Chanyeol melirik Luhan yang kini ada dipelukannya. Ini sudah pukul 7 pagi dan Luhan masih belum bangun.
Mata Chanyeol mengedar, mencoba mencari dimana ponselnya disembunyikan oleh Luhan. Ya, semalam dirinya dan Luhan bertengkar hebat dan diam-diam Luhan menyembunyikan ponselnya. Tapi pada akhirnya dia berbaikan dengan Luhan dan berakhir dengan tidur bersama dengan satu –sama lain yang saling berpelukan.
"Luhan-ah.."
Chanyeol berbicara dengan lembut sambil sedikit menggoyangkan bahu Luhan. Pelan tapi pasti. Merasa tak mendapat rerspon apapun, dia memutuskan untuk sedikit mengeraskan goyangannya pada bahu Luhan.
"Luhan-ah.. Bangun.."
Berhasil. Luhan mengerjapkan matanya kecil, membuka nya dan mencoba menyelaraskan setiap cahaya yang hendak masuk ke dalam matanya. Perlahan dia menjernihkan pandangannya dan mengulas senyum senang nya saat melihat wajah tampan Chanyeol yang menjadi awal bagi pagi nya.
"Chanyeollie.." Luhan berucap manja sambil memeluk badan Chanyeol dan meringkuk manja.
"Luhan-ah.. Aku harus pulang.."
Luhan mengadahkan kepalanya dan menatap wajah Chanyeol. "Wae? Bukankah kakak mu sudah ada di Busan? Untuk apa kau pulang?"
Chanyeol menggeleng, "Seseor—"
Chanyeol terdiam tanpa hasrat untuk melanjutkan kalimatnya. Tidak mungkin dia mengatakan kalau Baekhyun menunggu nya?
"A-aku lupa mengunci pagar rumah.. Aku takut jika seseorang menyelinap masuk.."
Luhan membulatkan matanya sambil memukul dada Chanyeol, "Omo! Harusnya kau mengatakannya dari semalam! Cepat bangun dan pergi kesana lalu pastikan semuanya!" Luhan berujar setengah panik, Chanyeol tersenyum lalu mengangguk sebelum beranjak dari tempat tidur dengan corak daun hijau itu.
.
.
.
Namja itu dengan cepat membuka pintu gerbang bewarna coklat itu saat melihat namja kecil itu terlihat di depan rumah dengan posisi memeluk lututnya sendiri dengan mata tertutup juga pipi memerah.
Dengan cepat Chanyeol berlari menuju Baekhyun. Berjongkok tepat di depannya sambil mengatur nafasnya yang tersenggal-senggal. Mata nya menatap namja kecil dengan wajah menggemaskan itu dengan tatapan menyesalnya.
Tangannya terangkat dan menyentuh pipi tembam milik Baekhyun, dan sedikit berjengit saat merasakan panas nya pipi Baekhyun. Kemudian tangannya beralih menuju dahi nya dan menempelkan punggung tangannya disana.
Baekhyun demam.
"Kau tidak menunggu ku kan? Kau tidak demam karena ku, kan?" Chanyeol bergumam dengan rasa sesak yang menghimpitnya.
Tangannya perlahan menyelip di belakang leher Baekhyun, sebelah tangannya lagi di letaknya di lipatan lutut Baekhyun. Dengan perlahan, dia mengangkat Baekhyun sebelum berjalan kedalam rumah Baekhyun yang tentu saja lebih hangat.
Dia lalu memasukkan Baekhyun ke dalam kamar nya dan menidurkan di atas tempat tidurnya, sebelumnya dia sempat memasangkan selimut pada tubuh mungil Baekhyun.
Dengan pelan, dia mengambil tempat di samping Baekhyun. Tangannya terangkat dan mengusap pelan pipi Baekhyun. "Sihir apa yang kau gunakan, Baekhyun?"
Chanyeol bergumam sambil terus mengusap pipi Baekhyun yang panas itu. Baekhyun sama sekali tidak merasa terganggu malah semakin merasa nyaman.
"Aku akan mengambil kompres.."
.
.
.
Baekhyun mengerjapkan matanya perlahan sebelum mengambil keputusan untuk duduk. Setelah dia duduk tegak, dia sedikit bingung kenapa tiba-tiba ada sesuatu jatuh dari atas nya, dan semakin menyeritkan alisnya saat mendapati bahwa itu kain/handuk kecil yang dilipat menjadi persegi panjang. Baekhyun mengedarkan pandangannya dan kembali bingung saat menyadari bahwa dirinya kini ada di kamarnya.
"Kau sudah bangun?"
Baekhyun menolehkan kepalanya pada asal suara itu. Mengulas senyuman lebar saat melihat Chanyeol datang membawa Semangkuk bubur dan gelas yang berisi air putih. "Aku padahal hendak membangunkan mu tadi.." lanjut Chanyeol.
Baekhyun hanya mempertahankan senyumannya bahkan saat Chanyeol duduk di tepi ranjangnya dan tepat di sampingnya.
"Bagaimana perasaanmu? Merasa lebih baik?"
Baekhyun memerengkan kepalanya karena bingung, dan itu malah semakin menambah kadar keimutan Baekhyun dimata Park Chanyeol.
"Chanyeol kemana semalam?" Bukannya menjawab pertanyaan Chanyeol, dia malah mengajukan pertanyaan yang lain.
"Maafkan aku.. Aku tidur di apartemen Luhan.." ucap Chanyeol santai tanpa tahu kalau Baekhyun menahan sakit. Perlahan senyuman Baekhyun luntur.
"Oh.." ucap Baekhyun pelan.
"Sekarang, ayo makan.."
.
.
.
.
"I-ini apa?"
"Chan-Chanyeol?"
"Katakan padaku, Ini apa Luhan!"
"A-aku bisa jelaskan.."
"Kita sudah berpacaran bahkan lebih dari 2 tahun! Kenapa aku baru mengetahui sekarang!?"
"Ka-kau tau dari siapa?"
"Dari paman Xi! Kenapa kau tak mengatakan kalau kau punya penyakit separah ini?! Kanker Otak!? Kenapa kau tak memberitahu kepada ku?!"
.
.
.
Baekhyun menatap bintang yang ada di atasnya. Terlihat sangat banyak dan sangat indah.
Tidak seperti suasana hatinya kali ini..
Dia kini berada di ambang kebingungan yang luar biasa. Ini sudah satu minggu Chanyeol tak menunjukkan batang hidungnya.
Sebenarnya kemana Chanyeol?
"Aku merindukanmu.." Baekhyun bicara dengan pelan sambil mengusap sudut matanya yang sudah basah.
.
.
.
.
"Aku tidak mungkin bisa selamat.. Chanyeollie.." Luhan berbisik sambil mengeluarkan butiran air matanya. Keadaan dirinya kini sangat buruk. Dia kini sangat kurus, rambutnya sudah tidak ada lagi. Dan, penyakitnya bahkan kembali bertambah parah.
Chanyeol mengusap punggung Luhan dengan pelan, "Jangan berkata seperti itu.. Kau pasti sembuh.."
Luhan menggeleng kecil, "Tidak mungkin.." Isak Luhan. Dan Chanyeol hanya bisa diam menerima tangisan Luhan di bahunya.
"Bintangnya sangat banyak, Luhan-ah..." ucap Chanyeol menahan suaranya yang bergetar. Kini mereka sedang duduk di taman Rumah sakit, Ini sudah malam tapi ini semua juga permintaan Luhan. Jadi, Chanyeol tak bisa menolak.
Luhan menghentikan tangisnya perlahan lalu mengadahkan wajahnya ke atas, benar.. sangat banyak bintang.
"Ucapkan permintaanmu.. Mungkin saja bisa terkabul.."
Luhan tersenyum kecil sambil menatap serius ke atas,
"Aku ingin.."
Chanyeol menoleh ke arahnya, menunggu permintaan Luhan.
"...Menikah dengan Chanyeollie sebelum aku meninggal.."
.
.
.
"Chanyeol?"
Baekhyun menyerit saat merasakan tangan kekar melingkar di pinggangnya. Dia menolehkan kepalanya ke belakang, dan benar! Itu benar-benar Chanyeol!
Sudut matanya kembali berair, permintaannya pada bintang 3 hari yang lalu terkabulkan.. Dia akhirnya bertemu dengan Chanyeol.
Chanyeol meletakkan dagunya pada pundak Baekhyun. Dia semakin mengeratkan pelukannya pada pinggang ramping Baekhyun.
"Aku merindukanmu.." Chanyeol berbisik di telinga Baekhyun, dan Baekhyun semakin merasakan pipi nya memanas.
"A-Aku juga.." ucap Baekhyun kikuk. Chanyeol semakin mengeratkan pelukannya. Dengan perlahan, dia membalikkan tubuh Baekhyun dan menatap ke dalam matanya dengan senyuman lembutnya. Tangannya tetap ada di pinggang Baekhyun tanpa berniat melepaskannya.
"Aku benar-benar merindukanmu.." bisik Chanyeol kini merubah mimiknya menjadi serius. Baekhyun semakin merasa jantungnya kembali berdetak bahkan 2 kali lebih cepat.
"Na-Nado.." ucap Baekhyun pelan,
Chanyeol semakin mendekatkan wajahnya pada wajah Baekhyun. Matanya menatap dalam mata Baekhyun. Bahkan kini ujung hidungnya sudah bertemu.
"Aku mencintai mu.." bisik Chanyeol dan itu malah membuat Baekhyun semakin melebarkan matanya bersamaan dengan jantungnya yang semakin berdegup dengan sangat keras.
Perutnya seakan mual dan dia serasa tidak berpijak lagi dengan tanah. Dia tidak salah dengar, kan?
Chanyeol menyukai nya?
Chanyeol mencintai nya?
"Ch-Chan?"
"Aku benar-benar mencintai mu, Baekhyun.."
Baekhyun hendak membuka mulutnya, tapi Chanyeol malah meraup bibir tipis Baekhyun ke dalam bibir tebalnya. Menyecapnya bahkan ke setiap inchi nya dan melumatnya dengan lembut. Tangan Chanyeol berperan menekan tenguk Baekhyun hingga kini mereka sangat menempel.
Chanyeol terus melumat bibir Baekhyun dengan lembut dan penuh perasaan. Setelahnya, dia melepasnya dan menyatukan keningnya ke kening Baekhyun. Menatap ke dalam matanya.
Chanyeol kini sudah mengambil keputusan.
"Ingat itu selalu, Baekhyun.. Aku mencintai mu.."
.
.
.
Baekhyun menyilang salah satu tanggal di kalendernya. "Sudah 17 hari.." ucap Baekhyun dengan nada yang sangat pelan. Bahkan jika tidak terlalu diperhatikan itu akan seperti bisikan.
Ini sudah 1 minggu 3 hari sejak dirinya berciuman dengan Chanyeol. Dan itu berarti sudah 17 hari juga Chanyeol semakin menghilang tanpa kabar.
Dan ini semakin membuat Baekhyun menahan sakit. Setelah Chanyeol mengatakan hal yang manis itu dia kemudian hilang?
"Tok..Tok..Tok.."
Baekhyun meletakkan spidol merahnya ke atas nakas nya dan berjalan ke luar kamarnya menuju pintu rumahnya yang terdengar di ketuk barusan.
Mungkinkah ini Chanyeol?
Baekhyun membuka pintunya setelah memutar kuncinya, dia mengulas senyum nya saat melihat ahjumma dengan wajah keibuan berada di depannya.
Ahjumma ini adalah orang yang baru menempati rumah yang berada di depan rumahnya. Singkatnya dia adalah tetangga barunya.
"Ne? Ahjumma? Ada yang bisa saya bantu?"
"Ah.. Tadi ada seorang namja tinggi, menitipkan ini pada ku.. Dia menyuruhku untuk memberikannya pada mu.."
Baekhyun menerima sesuatu yang ada di tangan Ahjumma itu. dia lalu membungkuk sekali sebelum ahjumma itu berlalu dari hadapannya.
Dia kemudian menutup pintunya. Menatap sesuatu dengan warna biru muda itu. Dengan penasaran, dia membukanya. Bentuknya seperti surat tapi teksturnya lebih keras. Seperti dari karton.
Dengan perlahan dia mengeluarkan kertas intinya dari dalam pembungkusnya, membukanya perlahan dan menyerit saat mendapat kata-kata disana.
Undangan Pemberkatan Pernikahan
Park Chanyeol
dengan
Xi Luhan
Tempat : Grand Pearl Ballroom
Waktu : Minggu, 26 September 2011
Setelahnya Baekhyun tak dapat merasakan apa-apa lagi. Dia hanya bisa jatuh dan terdiam di depan pintu dengan tangisan keras yang keluar dari mulutnya.
Untuk keberapa kali nya, Chanyeol menghancurkan hati Baekhyun. Menghancurkannya hingga hancur berkeping-keping. Membuat Baekhyun merasa kembali sakit di tengah kegiatan menunggu nya. Memaksanya kembali mengutipnya dan kembali menyatukannya.
Tapi, untuk kali ini...
Baekhyun harus berpikir dua kali untuk mengutip dan memperbaiki nya lagi.
.
.
.
.
.
.
.
.
-26 September 2011-
Baekhyun menatap 2 orang disana tanpa ekspresi.
Tak ada lagi air mata. Tak ada lagi isakan dari mulutnya.
Dia tak merasakan apa-apa lagi kini. Dia tak merasa ada kasih di dalam dirinya lagi.
Baginya, Cinta itu tidak ada. Cinta itu sudah mati. Cinta itu hanya akal-akalan seseorang untuk membuatnya kembali jatuh dan merasa kesakitan.
Setelah Chanyeol menghancurkannya, Baekhyun sama sekali tak berniat untuk mengumpulkan kembali seluruh kepingannya yang sudah tak layak pakai itu.
Dia hanya melihat potongan-potongan hatinya itu dengan tatapan kosongnya tanpa berniat mengutipnya. Dia hanya menganggap kepingan itu adalah sampah yang tak perlu repot-repot di angkat ataupun di daur ulang.
Baekhyun sudah lelah untuk mendaur ulang kan hatinya, jadi lebih baik dia membiarkannya berserakan di depan matanya.
Lagipula, Untuk apa dirinya mengumpulkannya lagi? Untuk kembali dihancurkan oleh dia?
Dia kini hidup tanpa cinta. Hidup tanpa semangat.
Setelah keduanya mengucapkan "Aku bersedia", Baekhyun mengalihkan pandangannya kebelakang dan mengambil langkah keluar dari venue itu. Berjalan menuju pintu luar.
Untuk apa melihat mereka berdua lagi? Itu hanya semakin membuat nya merasa cambukan tepat di punggungnya.
Dia kemudian masuk ke dalam mobilnya dan mengendarai nya menuju rumahnya. Oh.. Bukan.. Baekhyun tak ingin kerumahnya, sekarang. Dia ingin kerumah Chanyeol.
Di rumahnya sangat banyak kenangannya dengan Chanyeol dan itu hanya membuatnya semakin merasa tersayat.
Baekhyun masuk ke dalam rumah Chanyeol tanpa susah, ponsel di saku nya bergetar, dan Baekhyun tau itu siapa.
Itu pasti Yoora. Kakaknya Chanyeol.
Dengan kasar, Baekhyun membanting ponsel yang terus bergetar itu hingga hancur hampir sama dengan hati nya tempo lalu.
Dengan langkah yang bergetar, dia masuk ke dalam kamar Chanyeol. Duduk di tepi balkonnya dengan tatapan kosongnya.
Jika melihat yang dulu, Baekhyun merasa kembali menyayat.
Dia selalu ada disamping Chanyeol. Memerhatikannya, memberinya banyak cinta dan perhatian. Membantunya dalam apapun bahkan menyayanginya tanpa mengingat apa yang telah Chanyeol lakukan dulu.
Tapi... Kenapa semua seperti ini?
Kenapa dia kembali merasakan sakit?
Dan kali ini bahkan sangat parah.
Baekhyun menekan dadanya yang kembali bergemuruh dengan rasa sakit nya. Dengan amarah yang memuncak,dia memukulnya dengan keras. Berharap bisa menghilangkan rasa yang menyiksa itu.
"Aku mencintai mu. Aku sangat mencintai mu." Gumam Baekhyun sambil terus memukul dada nya.
Baekhyun kemudian menatap ke arah atas. Melihat bagaimana bergembiranya langit dengan matahari yang bersinar dengan terangnya.
Baekhyun tersenyum kecil, senyum yang sangat beda, bahkan terlihat seperti seringai.
Dia melirik pisau tajam yang terletak tak jauh didekatnya. Dengan perlahan, dia mengambilnya dan meletakkan nya tepat di atas pergelangan tangannya.
Dia menatap sebentar langit-langit yang sangat cerah itu, seperti mendukungnya untuk berbuat lebih lagi. Dia tersenyum lebar, sepertinya langit mendukungnya dengan sangat.
"Ibu.. Aku akan menyusulmu.."
Itu adalah kata-kata terakhir Baekhyun sebelum menyayat nadi nya dengan pisau tajam itu.
.
.
.
..
.
.
.
No Matter How Good You Are, You Can Always Be Replaced
.
.
.
.
.
-oOo-
.
.
END
.
.
-oOo-
.
.
THANKS FOR READING
LEAVE A REVIEW
.
.
-oOo-
.
.
NOTE BY #CHANBAEKID
Mohon readers memberi tahu jika merasa pernah membaca cerita yang serupa dan mirip, karena CIC tidak sempat mengecek satu per satu fanfic yang masuk. Jadi mohon bantuannya bila sekiranya ada unsur plagiat. Terima kasih atas kerjasamanya
