Pairing: Sebastian x fem Ciel
Rated: M
Warning: Typo(s), ooc(maybe?), Lemon lemonan, fem ciel
Kuroshitsuji belong Yana Toboso-sensei.
Happy reading
Don't like don't read
Kegelapan malam menghiasi kota London. Dan sebuah suara atau lebih tepatnya suara desahan yang berasal dari sebuah jendela apartemen memecah keheningan malam hari.
"S-sebastian… aku mencintaimu…" desah gadis berambut biru grayish mencengkram lengan pemuda berambut raven yang bernama Sebastian, erat-erat.
"Aku juga mencintaimu, Ciel…" suara baritone milik Sebastian terdengar begitu seksi ditelinga sang gadis.
Saat ini pemuda berambut raven itu sedang mencium bibir ranum milik kekasihnya dengan ganas dan penuh nafsu. Sementara Ciel membalas ciuman itu tak kalah ganas. Dan terjadilah pertarungan antara lidah Sebastian dan Ciel didalam mulut sang gadis.
Beberapa menit setelah mereka cukup lama berciuman dengan ganasnya, akhirnya ciuman itu harus berakhir dikarenakan Ciel yang mulai kehabisan nafas.
Wajah manis gadis berambut kelabu ini merah padam, entah karena malu atau karena kehabisan nafas.
"Sebastian…" kali ini Ciel memanggil nama Sebastian setelah nafasnya kembali stabil.
Sementara yang dipanggil pun menatap gadis yang ia cintai tersebut. "Ada apa Ciel? Apa aku terlalu ganas tadi?" tanya Sebastian
Ciel menggelengkan kepalanya cepat, lalu menjawab "Kita… kita sudah pacaran 2 tahun, dan…" Ciel tampak ragu untuk melanjutkan kata-katanya.
Sebastian menatap Ciel dengan raut bertanya-tanya, "Dan?"
"Kita… kita tidak pernah melakukan 'itu'?" Ciel tampak ragu lalu bertanya dengan cepat. Sebastian langsung tersenyum penuh arti, setelah mendengar pertanyaan kekasihnya tersebut.
"Kenapa kau tiba-tiba ingin melakukan 'itu'?" Sebastian balik bertanya dengan seringai yang menghiasi wajah tampannya.
Wajah Ciel sudah gelap, sembari menunduk ia menjawab "Aku hanya ingin merasakannya"
Dan itu membuat Sebastian tertawa pelan. Alasan yang benar-benar konyol, pikir Sebastian. Ia tau, Ciel memang polos. Tapi bukan berarti, dia harus melakukan 'itu' sebelum ia menikah'kan?
"Tapi Ciel… Kau yakin ingin melakukannya?" tanya Sebastian dengan tatapan cemas.
Dilubuk hati yang paling dalam, sebenarnya Sebastian juga ingin melakukan 'itu' terhadap Ciel. Apalagi, karena cintanya yang terlalu besar kepada Ciel. Tapi ia menahan semua itu demi menjaga 'kesucian' Ciel.
Ciel mengangguk pelan, dengan wajah yang masih tertunduk.
"Aku pernah mendengar, orang akan melakukan 'itu' dengan orang yang mereka cintai. Dan, aku ingin melakukannya denganmu" jawab Ciel dengan nada polosnya. Tanpa mengetahui arti dari ucapannya tersebut.
Sebastian menyeringai lebar, layaknya iblis yang telah mendapatkan jiwa yang akan ia mangsa.
"Baiklah, jika itu keinginanmu, my dear"
Sebastian langsung merengkuh tubuh Ciel kedalam pelukannya. Dan ia langsung menutkan bibirnya ke bibir Ciel, tanpa mempersilahkan Ciel untuk mengambil nafas terlebih dahulu.
Lidah Sebastian dengan mudahnya menerobos bibir Ciel, dan kedua lidah mereka pun kembali bergulat dengan ganasnya. Sementara itu Ciel hanya bisa pasrah, atau bisa dibilang ia menikmatinya.
Beberapa menit mereka berciuman, Ciel terpaksa menggigit bibir Sebastian agar pemuda itu melepas ciuman ganas mereka.
Dengan cepat, kedua tali saliva mereka terputus.
"Kenapa Ciel? Kau tidak ingin melakukannya?" tanya Sebastian sembari mengusap jejak tali saliva yang ada pada sudut bibirnya.
"Aku kehabisan nafas bodoh! Jangan tiba-tiba menyerangku!" Ciel menjawab dengan nada sarkastik –seperti biasa.
Sebastian tersenyum simpul, "Baiklah, sesuai keinginanmu, my dear"
Sebastian dengan lembutnya kembali mencium Ciel. Berbeda dengan sebelumnya, kali ini Sebastian mencium Ciel dengan lembut. Sementara itu, tangan Sebastian dengan sigapnya melepas kemeja yang ia kenakan.
Dan yang terlihat saat ini adalah tubuh atletis Sebastian yang sudah tidak memakai apa-apa, selain celana panjang yang ia kenakan.
Bibir Sebastian beralih ke leher jenjang Ciel, menelusuri leher Ciel. Sementara Ciel hanya mengerang pelan.
Tidak butuh waktu lama, kini leher putih Ciel sudah dipenuhi oleh kiss mark yang Sebastian berikan. Dan entah sejak kapan, kini kedua sejoli itu sudah tidak memakai sehelai kainpun pada tubuh mereka.
Sebastian bersiap dengan 'benda' miliknya yang sudah berdiri tegak.
"Apa kau yakin Ciel? Kau ingin aku merebut keprawananmu sebelum kita menikah?" tanya Sebastian dengan nada ragu.
"Iya! Cepatlah Sebastian!" Perintah Ciel, memejamkan matanya. Tidak ingin melihat apa yang akan terjadi selanjutnya.
Dengan sedikit ragu, Sebastian memasukkan 'benda' miliknya kedalam lubang kelamin Ciel yang masih sempit tersebut. Tentu saja, itu karena ini adalah kali pertama Ciel melakukan hubungan intim dengan seseorang.
"Bersiaplah, Ciel.. Mungkin ini akan sedikit sakit"
Sebastian mendorong tubuhnya, agar 'benda' miliknya masuk seutuhnya kedalam lubang Ciel.
"Aaaagggghhhh... S-sebastian….. s-sakit…." Ciel mengerang kesakitan, saat 'benda' milik Sebastian menerobos masuk seutuhnya kedalam lubang miliknya.
Dan setelah 'benda' milik Sebastian masuk seutuhnya kedalam lubang milik Ciel, tampak beberapa tetes darah keluar dari kemaluan Ciel.
Sebastian yang melihatnya pun hanya bisa merasa bersalah, karena telah merebut keprawanan Ciel. Dan ia tau, bahwa kali pertama melakukan hubungan intim akan terasa menyakitkan bagi Ciel.
"Maafkan aku, Ciel" ujar Sebastian dengan suara parau, melihat Ciel yang sedang menahan sakit pada kemaluannya.
Setelah beberapa saat, Sebastian pun mulai menggerakan 'benda' miliknya masuk keluar. Semakin lama, gerakan Sebastian semakin cepat.
Rasa sakit yang Ciel rasakan, berubah menjadi rasa nikmat yang tidak bisa dijelaskan lagi. Rasa yang belum pernah Ciel rasakan, kini ia dapat merasakannya. Apakah ini rasanya melakukan hubungan intim?
Sebastian menggerakan 'benda' miliknya semakin cepat, membuat Ciel semakin merasa nikmat karenanya.
"Aghh… S-sebastian… C-cepatlah…" Desah Ciel penuh kenikmatan.
Dan keluarlah cairan putih kental yang bernama sperma kedalam lubang Ciel.
"Cieelll…" Sebastian mengerang kenikmatan.
Setelah beberapa saat mereka terdiam dengan posisi mereka, perlahan-lahan Sebastian mengeluarkan kejantanannya dari lubang Ciel. Tidak ingin membuat kekasihnya merasakan sakit lebih dari ini.
Sementara itu Ciel memejamkan matanya. Wajahnya tampak begitu damai
Sepertinya ia tertidur karena kelelahan setelah melakukan hubungan sex dengan Sebastian?
Sebastian bangkit berdiri sembari membersihkan cairan sperma yang mengotori sprei, sembari menutupi tubuh telanjang Ciel yang sedang tertidur dengan selimut tebal. Setelah itu dengan tubuh yang masih tidak berbalut busana, Sebastian segera pergi kekamar mandi untuk membersihkan tubuhnya.
.
.
Cahaya pagi menyinari kamar apartemen Ciel melalui jendela besar, membuat sosok gadis berambut kelabu yang masih terbaring dengan dibalutkan selimut tebal mengerang.
Perlahan-lahan kedua manik sapphire Ciel terbuka dan sempat menyipit karena tidak terbiasa dengan cahaya sekitar.
Setelah sadar sepenuhnya, Ciel mengerjapkan matanya berkali-kali. Ia langsung menarik selimut yang menutupi tubuhnya yang tidak berbalut sehelai kain pun. Ciel masih bingung dengan kejadian semalam.
Apa benar kejadian kemarin malam itu mimpi?
Rasanya benar-benar seperti mimpi. Tapi jika itu mimpi, kenapa dia bangun dalam keadaan telanjang?
Dan hal itu membuktikan bahwa kejadian kemarin itu nyata.
Memikirkan hal itu membuat jantung Ciel berdebar, mengingat apa yang kekasihnya lakukan kemarin. Sungguh, saat ini perasaan Ciel campur aduk. Antara bingung dan senang.
"Rupanya kau sudah bangun, my dear… Sepertinya kemarin kau terlalu kelelahan hingga tertidur?" suara baritone yang taka sing lagi menginterupsi pagi yang cerah ini. Dengan cepat Ciel menoleh kearah pemuda berambut raven, yang tak lain dan tak bukan adalah Sebastian.
"A-aku…"
"Aku sudah memasak sarapan untuk kita. Bagaimana tidurmu semalam? Apakah semalam aku terlalu kasar sehingga kau kelelahan dan tertidur pulas?" Tanya Sebastian dengan nada menggoda saat menanyakan pertanyaan terakhir. Membuat Ciel blushing dipagi yang cerah ini.
"Cepatlah ganti baju, nanti kau bisa masuk angin" ujar Sebastian perhatian. Ciel hanya diam ditempat, membuat Sebastian bingung dengan tingkah gadis itu. "Kau tunggu apa lagi?" tanya Sebastian menautkan sebelah alisnya.
"BAGAIMANA AKU BISA GANTI BAJU JIKA KAU ADA DISINI?!" Ciel berteriak dengan nada melengking, membuat telinga Sebastian tuli untuk beberapa saat.
"Kau masih malu ganti baju didepanku setelah kita melakukan 'itu' semalam?" tanya Sebastian sambil menyeringai, dan berhasil mendapat lemparan bantal dari Ciel.
"KELUAR!" bentak Ciel
.
Sebastian telah menyiapkan French toast untuk sarapan mereka hari ini. Menyiapkan sarapan adalah hal rutin yang selalu Sebastian lakukan setiap pagi.
Ciel –yang sudah memakai baju- dengan santainya memakan sarapan buatan Sebastian. Sementara Sebastian sibuk memperhatikan kekasihnya yang tampak biasa saja.
"Ciel" panggil Sebastian.
Ciel menautkan alisnya tanpa mengalihkan pandangannya dari piring, "Apa?"
"Kau sudah tidak apa-apa, setelah kejadian ke_"
Kata-kata Sebastian terpotong oleh suara bel pintu apartemen yang berbunyi. Ciel langsung bangkit berdiri dari tempat duduknya, lalu berjalan menuju pintu apartemen.
Setelah membuka pintu, tampak sosok yang tidak asing lagi bagi Ciel.
Pemuda berbadan tegap dengan rambut raven dan kedua manik gold yang terbingkai kaca mata tersebut menatap Ciel dengan tatapan datar seperti biasanya.
"Ada apa, Claude?" tanya Ciel kepada pemuda bernama Claude tersebut.
"Aku datang untuk menjemputmu, karena hari ini kau mempunyai jadwal yang padat seperti biasanya" jawab sang pemuda tanpa sedikitpun perubahan ekspresi.
"Baiklah, tapi aku harus menyelesaikan sarapanku dulu"
.
.
TBC
Tunggu chapter 2 selanjutnya.
Disini Ciel berumur 19 tahun, dan Sebastian 22 tahun. Sebenarnya disini Ciel adalah seorang penyanyi, tapi mungkin akan dibahas di chapter 2 nanti. Sementara Sebastian adalah pengusaha muda yang sukses, dan akan dibahas di chapter 2 nanti.
Silahkan review!
