Disclaimer : My Hero Academia milik Horikoshi Kohei

Genre : Friendship, Romance

Berdasarkan "School Trip Arc" dan "Hideout Raid Arc" dengan perubahan disana-sini

Bakugou x Midoriya, Kacchan x Deku

MILIKKU


"Kacchan!" di gendongan Shouji, dengan sekunjur badan yang penuh luka akibat pertarungan melawan seorang penjahat di tebing saat itu, Midoriya berteriak parau.

Bakugou terdiam.

Anak sialan itu…

Kenapa setiap kali aku melihatnya, dia selalu terluka seperti itu?

Apa yang sebenarnya kau inginkan, Deku?

"Berhenti disitu, Deku." Bakugou menatap Midoriya tajam.

Bukan hanya Midoriya, Todoroki dan beberapa murid yang ada disana pun hanya bisa berdiri kaku. Bukan kalimat seperti, "Aku tidak butuh bantuanmu!", atau, "Aku ini lebih kuat darimu, brengsek!" seperti yang biasa Bakugou ucapkan ketika Midoriya bermaksud menolong.

Ekspresi Bakugou saat itu…

"K-Kacchan…"

"Jangan mendekat." adalah kalimat terakhir yang Bakugou ucapkan, sebelum anak itu menghilang.

Selepas itu hanya terdengar teriakan parau Midoriya, yang perlahan membuat semuanya menjadi gelap.

.

.

.

.

.

Beberapa hari semenjak insiden penyerangan dan diculiknya Bakugou, Midoriya berubah. Lukanya memang belum sepenuhnya pulih, tapi ada luka lain yang lebih menyakitkan.

Kacchan ada didepanku…

Tapi aku bahkan tak bisa menggapainya.

Akademi tentu tak tinggal diam. Berkat kecerdikan Yaoyorozu yang memasang pelacak disalah satu penjahat yang saat itu menyerang, para pahlawan pro bergegas menyusun strategi dan menyergap markas aliansi penjahat. Namun tetap, berhasil atau tidaknya belum sampai di telinga murid-murid kelas A.

Midoriya tak banyak bicara. Hanya memandang kursi kosong Bakugou didepannya, beralih ke jendela, balik menatap kursi Bakugou, dan begitu seterusnya.

Bukan berarti murid-murid yang lain tidak sadar. Hanya tak mampu berbuat apa-apa. Yang saat itu ada disana bukan hanya Midoriya, Mereka juga ada. Tapi bahkan tetap tak bisa menyelamatkan.

Mereka tentu tahu, yang paling kehilangan adalah Midoriya.

Mereka tahu…

Tapi tak tahu harus bagaimana.

.

.

.

.

.

Di hari kelima, Aizawa-sensei tiba-tiba masuk kedalam kelas. Tetap memasang ekspresi malasnya, tapi kini dengan binar mata yang seolah lega.

Harapan mulai muncul. Dan Midoriya hanya terpaku. Dibalas dengan senyuman oleh Aizawa-sensei.

Hei, Aizawa-sensei jarang tersenyum, bukan?

Midoriya terlalu takut untuk berharap.

Tapi ketika sosok yang ia tunggu selama ini muncul, dan dengan tetap menunjukkan ekspresi garang seperti biasa, Midoriya melepas semua bebannya.

Entah siapa yang memulai. Bukan Midoriya, bukan pula Bakugou.

Tapi keduanya saling bertatapan.

Midoriya sendiri sudah tak bisa menahan lagi air matanya.

"K-Kacchan…" Midoriya meremas kemeja depannya dengan erat.

Kenapa jantungnya berdegup begitu kencang?

Dasar Deku brengsek. Dasar nerd. Dasar lemah.

Tubuh yang kecil dan rapuh itu…

Aku benar-benar ingin merengkuhnya.

"Berisik, Deku! Kau ini memang benar-benar cengeng!" ejek Bakugou begitu sampai di depan kursinya. Murid-murid yang lain hanya menghela napas lega. Tak tahu harus mengucapkan apa. Beberapa murid perempuan memang menangis haru, sisanya hanya tersenyum lega. Kirishima yang biasanya senang menyeletuk sekalipun, tak mau mengganggu momen keduanya.

Midoriya tahu kalau Bakugou bukanlah orang yang punya sifat sosial. Apalagi perlakuan manis.

Tapi ketika samar-samar Midoriya mendengar ucapan, " Aku pulang, Deku.",

Midoriya tahu…

Kacchan-nya telah kembali.